ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 11 Juni 2023

 

Penelitian Arsip/Dokumen (Archival Study) dalam Penelitian Psikologi

 

Oleh:

Airin Yustikarini Saleh & Eko Aditiya Meinarno

Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia

 

 

Pengantar

Banyak penelitian di bidang psikologi dilakukan dengan pengambilan data secara langsung ke partisipan manusia atau hewan. Sepertinya para peneliti hanya tahu bahwa penelitian yang dilakukan harus mengambil data langsung. Padahal, ada cara pengambilan data lain yang juga bisa digunakan dalam penelitian di bidang psikologi. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah penelitian arsip atau dokumen (archival study).

 

Pengertian Penelitian Arsip/Dokumen (Archival Study)

Penelitian Arsip/Dokumen (Archival Study) adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan catatan data yang disimpan dalam bentuk fisik atau bentuk digital. Catatan tersebut dianalisis untuk memperoleh kesimpulan mengenai perilaku, sikap, keyakinan, dan lain-lain (Schweigert, 2021).

 

Data yang diperoleh dinamakan data arsip (archival record), yakni dokumen-dokumen publik dan pribadi yang mendeskripsikan atau menggambarkan aktivitas individu, kelompok, institusi, dan pemerintah (Shaughnessy, Zechmeister, & Zechmeister, 2012). Ada dua jenis data dalam data arsip. Yang pertama adalah catatan berjalan (running records), yakni data terdiri dari rekaman pencatatan yang disimpan dan diperbarui terus menerus sesuai kronologis waktu. Contohnya data akademis siswa atau karyawan, data pertandingan sebuah klub sepakbola atau data pergerakan harga saham. Kedua adalah catatan episodik (episodic records), yakni data berupa dokumen pribadi (akta kelahiran, buku nikah) yang merupakan catatan mengenai kejadian khusus dalam kehidupan seseorang (Webb et al., 1981).

           

Tujuan Penggunaan

Data arsip digunakan untuk menguji dampak signifikan dari suatu peristiwa yang terjadi secara alami di kelompok masyarakat atau individu. Untuk menguji dampak tersebut, perlu menggunakan berbagai bentuk pengukuran perilaku, yang salah satunya didapatkan dari data arsip. Data seperti ini digunakan karena peristiwa yang terjadi tidak selalu memungkinkan untuk terjadi. Sebagai contohnya, peristiwa kerusuhan sosial di tahun 1998, resesi ekonomi dunia di tahun 2008, dan kondisi pandemi Covid di tahun 2020. Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan contoh dari berbagai peristiwa yang memiliki dampak signifikan terhadap perilaku individu dan kelompok, dan bisa diteliti dengan menggunakan data arsip.

 

Kejadian-kejadian alami yang dialami oleh individu sepanjang kehidupannya (lulus sekolah, menikah, penyakit kronis) juga dapat berdampak pada perilaku dan sikap individu. Dampak dari kejadian-kejadian tersebut dapat ditelaah lebih lanjut dengan menggunakan data arsip. Sebagai contohnya, peneliti dapat menemukan hubungan antara catatan absen atau catatan nilai siswa dengan respon siswa terhadap perceraian orang tua. Friedman et al. (1995) dan Tucker et al. (1997) menggunakan data arsip dari sebuah penelitian longitudinal yang dimulai pada tahun 1921 dengan sampel 1.500 anak. Dengan meneliti data kehidupan dan catatan kematian dari setiap individu di dalam sampel tersebut, peneliti dapat menemukan bahwa perceraian orangtua berhubungan dengan usia kematian yang lebih awal pada partisipan penelitian mereka.

 

Keuntungan Menggunakan Data arsip

Ada beberapa keuntungan praktis dengan menggunakan data arsip. Pertama, data arsip sangat banyak tersedia, baik berdasarkan kronologis waktu maupun berdasarkan kejadian tertentu. Data yang banyak tentunya memudahkan peneliti untuk menyingkat waktu pengumpulan data. Bayangkan semua data pribadi kita, mulai dari akte kelahiran; kartu keluarga, riwayat nilai di sekolah; sampai kepada data yang ada di media sosial kita. Kemudian kalikan dengan jutaan orang yang memiliki data serupa dengan kita.

 

Data yang diperoleh akan dapat diolah untuk kemudian diperoleh gambaran umum perilaku individu atau kelompok dengan menggunakan data arsip. Apalagi saat ini, dengan sumber data semakin banyak tersedia melalui situs-situs resmi institusi atau pemerintah melalui internet, maka penelitian akan lebih mudah dilakukan. Kedua, data arsip seringkali juga merupakan bagian dari data publik. Biasanya tidak mengidentifikasi individu tertentu, atau cukup terjaga kerahasiaannya, sehingga membuat masalah etika tidak terlalu mengkhawatirkan.

 

Ketiga, data arsip juga dapat menjadi pelengkap dalam pengujian hipotesis berdasarkan metode lain, seperti observasi langsung, eksperimen laboratorium, survei dan wawancara. Data arsip paling berguna ketika memberikan bukti pelengkap dalam pendekatan multimetode untuk menyelidiki suatu fenomena. Data arsip dapat dikumpulkan sebelum, selama atau sesudah penelitian utama dilakukan, sehingga tidak mengganggu kegiatan penelitian. Data arsip dapat meningkatkan validitas eksternal dari temuan penelitian utama. Peneliti dapat menggeneralisasi temuan penelitian dan meningkatkan dukungan untuk hipotesis yang sedang diuji. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Rozin et al (2003) terhadap ukuran porsi makanan antara orang Prancis dan Amerika Serikat (AS). Dengan memeriksa data arsip tentang panduan restoran di dua kota dan mencatat jumlah referensi untuk prasmanan “makan sepuasnya”, mereka menemukan bukti yang mendukung hipotesis mereka bahwa orang Prancis makan lebih sedikit daripada orang AS. Ini terlihat dari data bahwa di Philadelphia (AS) memiliki 18 pilihan restoran untuk makan sepuasnya dan Paris (Perancis) tidak memilikinya.

 

Tantangan Menggunakan Data Arsip 

Walaupun menawarkan keuntungan, akan tetapi terdapat tiga potensi masalah dalam penelitian yang menggunakan data arsip. Permasalahan tersebut muncul karena adanya bias pada cara pembuatan arsip. Webb dkk (1981) menjelaskan bahwa terdapat masalah penyimpanan selektif (selective deposit) dan selective survival. Untuk mengatasi masalah ini peneliti perlu berhati-hati dalam mencapai kesimpulan akhir hanya berdasarkan hasil studi arsip.

 

Penyimpanan selektif terjadi ketika ada beberapa informasi dipilih untuk disimpan dalam arsip, tetapi informasi lainnya tidak. Misalnya, dalam pembuatan buku tahunan angkatan SMA. Tidak semua aktivitas, acara, dan grup dipilih untuk ditampilkan di buku tahunan. Penentuan apa yang ditampilkan dalam buku tahunan bergantung pada aspirasi dan kebutuhan pihak-pihak yang terlibat di dalam pembuatan buku tersebut. Begitupula misalnya dalam sebuah notula rapat Senat Akademik Fakultas. Tidak semua pernyataan dicatat tentunya, apalagi pernyataan yang kurang bijaksana tentunya akan diubah sebelum disimpan dalam dokumen milik Fakultas.

 

Selective survival muncul ketika ada catatan hilang atau tidak lengkap. Terkadang, ini merupakan sesuatu yang bahkan mungkin tidak disadari oleh peneliti. Dalam pengambilan data peneliti harus mempertimbangkan apakah beberapa catatan “bertahan”, sedangkan yang lain tidak. Dokumen-dokumen yang secara khusus merugikan individu atau kelompok tertentu dapat hilang, misalnya perceraian membuat hilangnya beberapa foto-foto yang dulu pernah diambil bersama mantan pasangan. Contoh lainnya adalah tidak semua data kesehatan di masa penjajahan dapat diperoleh karena hanya sebagian kecil yang dipilih oleh pihak pemerintah pada saat itu untuk dapat disimpan, dan sebagian kecil lagi yang selamat dari kekejaman cuaca dan jamur. Ketika ada data yang hilang, peneliti perlu mencari tahu alasannya (Schweigert, 2021). Apakah data hilang disebabkan bencana alam atau keteledoran manusia, atau mengapa hanya data tertentu saja yang hilang, atau apakah terdapat bias tertentu atau ada kerusakan pada penyimpanan.

 

Kemungkinan masalah lainnya adalah adanya hubungan palsu (spurious). Sebuah hubungan palsu ada ketika bukti palsu menunjukkan bahwa dua atau lebih variabel terkait (Shaughnessy, Zechmeister & Zechmeister, 2012). Bukti palsu dapat muncul karena analisis statistik yang tidak memadai atau tidak tepat, atau lebih sering ketika variabel terkait secara tidak sengaja atau kebetulan. Misalnya, data arsip menunjukkan bahwa pembelian produk perawatan wajah dan tingkat penghasilan saling terkait (seiring meningkatnya penghasilan, pembelian produk perawatan wajah juga meningkat). Sebelum kita dapat menyimpulkan bahwa pertambahan penghasilan menyebabkan orang lebih banyak membeli produk perawatan wajah, penting untuk mempertimbangkan bahwa kedua variabel tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh variabel lain, seperti frekuensi tayangan iklan produk perawatan wajah dalam kurun waktu tertentu. Hubungan palsu antara pembelian produk perawatan wajah dan tingkat penghasilan dapat dijelaskan oleh variabel ketiga, yakni frekuensi tayangan iklan produk.

 

Penutup

Penelitian dengan menggunakan data arsip dapat menjadi suatu hal baru yang menarik bagi peneliti psikologi. Banyak sekali arsip yang belum menjadi kajian psikologi di Indonesia yang bisa jadi justru akan memunculkan konsep psikologis baru.

 

Referensi:

 

Friedman, H. S., Tucker, J. S., Schwartz, J. E., Tomlinson-Keasy, C., Martin, L. R., Wingard, D. L., & Criqui, M. H. (1995). Psychosocial and behavioral predictors of long evity: The aging and death of the “Termites.” American Psychologist, 50, 69–78.

Rozin, P., Kabnick, K., Pete, E., Fischler, C., & Shields, C. (2003). The ecology of eating: Smaller portion sizes in France than in the United States help explain the French paradox. Psychological Science, 14, 450–454

Schweigert, W.A (2021). Research Methods in Psychology – A Handbook, 4th edition. Waveland Press, Inc.

Shaughnessy, J., Zechmeister, E.B., Zechmeister, J.S. (2012) Research Methods in Psychology 9th edition. New York: McGraw-Hill, Inc.

Tucker, J. S., Friedman, H. S., Schwartz, J. E., Criqui, M. H., Tomlinson-Keasey, C., Wingrad, D. L., & Martin, L. R. (1997). Parental divorce: Effects on individual behavior and longevity. Journal of Personality and Social Psychology, 73, 381–391.

Webb, E. J., Campbell, D. T., Schwartz, R. D., Sechrest, L., & Grove, J. B. (1981). Nonreactive measures in the social sciences (2nd ed.). Boston: Houghton-Miffl in.