ISSN 2477-1686
Vol. 9 No. 07 April 2023
“Siap untuk Belajar, tapi Terhambat Budaya Asing”: Model Inteligensi Kultural dalam Beradaptasi terhadap Pengalaman Culture Shock Peserta IISMA
Oleh:
Nabila Aysha Raina Irawan
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
Bukan proses mudah untuk mengemban studi di luar negeri. Pada tahun 2020, Kemendikbudristek meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk setiap perguruan tinggi. Salah satu bentuk kegiatannya adalah program Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) di mana partisipan sebagai pelajar pertukaran mengikuti pembelajaran di perguruan tinggi luar negeri selama satu semester (Prakoso dkk., 2021). Dari implementasinya, beberapa partisipan menilai bahwa pengalaman ini membantu mereka memperkaya wawasannya terkait iklim akademik maupun budaya (Aprianti, 2022; Danylaksono, 2022) serta mengembangkan kompetensinya (e.g., kecakapan intelektual dan emosional) (Prakoso dkk., 2021; Siregar dkk., 2022). Hal tersebut terfasilitasi melalui wadah jejaring internasional, seperti diskursus kelas, festival budaya, dan lainnya. Meski demikian, terdapat beberapa hambatan yang dialami peserta. Sejumlah dari mereka mengalami culture shock akibat hambatan akademik, budaya, bahasa, dan gaya hidup yang menyulitkan proses interaksi mereka dengan pelajar asing (Danylaksono, 2022; Zubaidah, 2022). Terlebih lagi, IISMA menjadi pengalaman pertama bagi kebanyakan peserta untuk cukup lama berada di luar negeri (Prakoso dkk., 2021; Audriatika, 2022; Siregar dkk., 2022).
Culture shock adalah pengalaman emosi dan pikiran negatif yang tiba-tiba dirasakan saat memasuki budaya baru (Furnham, 2019; Bai dkk., 2022) dan menjadi bagian dari proses adaptasi kultural yang harus dilalui pelajar internasional (Hotta & Ting-Toomey, 2013; Khanal & Gaulee, 2019). Hal tersebut memang benar, mengingat pelajar butuh menyesuaikan diri dalam aspek sosiokultural, seperti akademik (e.g., gaya pengajaran dan beban akademik), gaya hidup, sosialisasi (e.g., komunikasi dan norma), dan bahasa serta aspek psikologis (e.g., kesepian, self-esteem rendah, dan ketegangan identitas) yang kadang menjadi hambatan (Bierwiaczonek & Waldzus, 2016; Forbush & Foucault-Welles, 2016: Gong dkk., 2021). Culture shock menjadi sebuah tantangan, bahkan proses adaptasi intens (Furnham, 2019) akibat kegagalan individu untuk menyesuaikan diri (Wang dkk., 2018). Oleh karena itu, kemampuan adaptasi dianggap penting dalam menavigasi pengalaman culture shock. Sejalan dengan Wang dkk. (2018), kemampuan adaptasi, khususnya adaptasi kultural (cultural adaptation) menjadi kunci untuk mengatasinya.
Keberhasilan individu dalam beradaptasi secara kultur ditandai oleh kesuksesannya untuk menetapkan dan mempertahankan hubungan stabil serta fungsional dengan lingkungan tersebut (Kim, 2017). Tanpa kemampuan ini, culture shock akan terus berlangsung dan memengaruhi keberfungsian emosi, kognitif, dan fisik individu (Cupsa, 2018). Culture shock secara keseluruhan berdampak pada ketidakseimbangan emosional, kecemasan, dan kebingungan psikologis (Akarowhe, 2018; Furnham, 2019). Pada pelajar, dampak tersebut dapat mengganggu keberfungsiannya, seperti terhambatnya komunikasi dan kegiatan akademik, sikap penyimpangan dan penarikan diri, serta disorientasi psikologis maupun identitas diri (Akarowhe, 2018). Dengan demikian, pelajar internasional membutuhkan kemampuan adaptasi kultural yang baik untuk mengatasi pengalaman culture shock-nya.
Sejauh ini, banyak model terdahulu (Argyle & Kendon, 1967; Feather, 1982) yang menjelaskan proses adaptasi dan culture shock. Salah satu model terbaru dengan penjelasan komprehensif, terintegratif, dan banyak digunakan peneliti lain (Belford dkk., 2017; Yang dkk., 2018; Furnham, 2019; Gong dkk., 2021) adalah model ABC–afek, perilaku, dan kognitif–milik Zhou dkk. (2008). Melengkapi model ini, sejumlah peneliti (Matsumoto & Hwang, 2013; Presbitero, 2016) menemukan variabel yang memoderasi adaptasi kultural dan culture shock, yaitu inteligensi kultural (CQ). Model CQ ditemukan efektif di berbagai latar, termasuk pelajar internasional (Presbitero, 2016; Mokhothu & Callaghan, 2018; Gong dkk., 2021), keperawatan (Majda dkk., 2021; Farokhzadian dkk., 2022), dan perusahaan (Uitvlugt, 2017; Setti dkk., 2022). Model CQ juga menyediakan sejumlah kompetensi konkrit yang perlu dicapai oleh pelajar dan pengukuran objektif untuk meninjau tingkat ketercapaiannya sehingga tidak memakan waktu yang lama dan jumlah tenaga profesional yang besar. Melihat kelebihan-kelebihan ini, penulis menggagas intervensi Belajar Adaptasi Kultural (Belajar) berbasis model CQ untuk diimplementasikan pada pelajar IISMA.
Belajar merupakan intervensi yang berupaya mengatasi pengalaman culture shock para pelajar IISMA. Intervensi akan menggunakan model inteligensi kultural (CQ) milik Ang dan Dyne (2015) dengan keempat dimensinya (e.g., metakognitif, kognitif, motivasional, dan perilaku). Melalui model ini, intervensi diharapkan dapat mempercepat proses adaptasi kultural (Ang & Dyne, 2015; Wang dkk., 2018) dengan meningkatkan kompetensi antarkultur, seperti kemampuan komunikasi antarbudaya, kesadaran budaya, dan adaptasi terhadap perbedaan kultur (Earley & Mosakowski, 2004). Intervensi akan berbentuk pelatihan (pre-departure training) yang berjumlah 15—20 pelajar tiap kelompoknya dengan total durasi pelatihan 10—15 jam yang bisa dibagi ke beberapa sesi (Majda dkk., 2021). Di awal dan akhir rangkaian pelatihan, dilakukan pre-test dan post-test menggunakan self-report the Cultural Intelligence Scale (CQS) untuk mengetahui tingkat CQ para peserta (Ang & Dyne, 2015) sehingga pelaksana intervensi dapat memberikan intervensi lanjutan apabila pelajar masih belum memenuhi standar kompetensi minimal CQS.
Terkait pengembangan konten, penulis menggunakan empat dimensi CQ (Ang & Dyne, 2015) dan rujukan intervensi lain dengan model serupa (Majda dkk., 2021; Majda dkk., 2015). Pertama, dimensi CQ metakognitif adalah kemampuan memahami pengetahuan kultural, termasuk merencanakan, memonitor, dan merevisi model mental akan norma kultur. Intervensinya akan menyasar pada keterampilan sosial berbasis perilaku dan self-esteem. Selanjutnya, CQ kognitif merupakan pengetahuan norma, praktik konvensional, ekonomi, sistem legal dan sosial, serta kerangka berpikir dari nilai-nilai kultur yang diperoleh melalui pengalaman. Intervensi pada dimensi ini membantu: (1) persiapan adaptasi (e.g., gejala culture shock); (2) pembelajaran mengenai kultur diri (e.g., kesadaran identitas dan budaya pribadi); dan (3) pembelajaran mengenai kultur negara pilihan studi (e.g., pengetahuan umum, derajat perbedaan, dan kesamaan antarbudaya), khususnya dalam konteks pembelajaran di kelas (e.g., proses dan ekspektasi belajar). Dimensi CQ motivasional didefinisikan sebagai kemampuan mengarahkan atensi dan energi pada pembelajaran dan keberfungsian diri. Intervensinya mengarah pada kemampuan manajemen stres. Terakhir, CQ perilaku adalah kemampuan mengekspresikan perilaku verbal dan non-verbal ketika berinteraksi dengan pelajar dari kultur yang berbeda. Intervensinya berusaha memberikan strategi akulturasi, pengaruh budaya diri terhadap persepsi maupun perilaku, penafsiran perilaku verbal dan non-verbal secara objektif, serta pengekspresian perilaku afirmatif mikro dan makro.
Program IISMA yang diimplementasikan di tiap institusi pendidikan tinggi tentu membawa perubahan besar pada dunia perkuliahan, khususnya pada partisipan IISMA yang akan menjalani studi di luar negeri. Tanpa kemampuan beradaptasi, keberfungsian pelajar rawan terganggu pengalaman negatif dari culture shock. Untuk mengatasinya, penulis mengajukan gagasan intervensi Belajar yang mengembangkan kemampuan adaptasi kultural para pelajar IISMA sehingga mampu mengatasi dampak culture shock. Menggunakan model CQ Ang dan Dyne (2015) yang teruji efektivitasnya, intervensi menggunakan keempat dimensi metakognitif, kognitif, motivasional, dan perilaku. Culture shock cenderung tidak terhindari, tetapi pengalaman dalam menavigasinya akan membawa para peserta untuk mendapatkan pemahaman mendalam mengenai diri dan lingkungannya. Maka, menjadi tugas pelaksana untuk membekali para peserta dalam beradaptasi di budaya asing.
Referensi
Akarowhe, K. (2018). Effects and remedies to cultural shock on the adolescent students. Sociology International Journal, 2(4), 306-309.
Ang, S., & Van Dyne, L. (2015). Handbook of cultural intelligence: Theory, measurement, and applications. Routledge.
Ang, S., Ng, K. Y., & Rockstuhl, T. (2020). Cultural intelligence. In R. J. Sternberg (Ed.), The Cambridge handbook of intelligence (pp. 820–845). Cambridge University Press.
Aprianti, R. (2022). Membaca MBKM dalam Ilmu Komunikasi.
Argyle, M., & Kendon, A. (1967). The experimental analysis of social performance. In Advances in experimental social psychology (Vol. 3, pp. 55-98). Academic Press.
Audriatika, T. (2022, May 11). Lulus IISMA dan Kuliah gratis di NTU, Cewek Ini Ngaku sempat culture shock. Education. Retrieved March 15, 2023, from https://hai.grid.id/read/073275531/lulus-iisma-dan-kuliah-gratis-di-ntu-cewek-ini-ngaku-sempat-culture-shock?page=2
Bai, L., & Wang, Y. X. (2022). Combating language and academic culture shocks—International students’ agency in mobilizing their cultural capital. Journal of Diversity in Higher Education.
Belford, N. (2017). International Students from Melbourne Describing Their Cross-Cultural Transitions Experiences: Culture Shock, Social Interaction, and Friendship Development. Journal of International Students, 7(3), 499-521.
Bierwiaczonek, K., & Waldzus, S. (2016). Socio-cultural factors as antecedents of cross-cultural adaptation in expatriates, international students, and migrants: A review. Journal of cross-cultural psychology, 47(6), 767-817.
Cupsa, I. (2018). Culture shock and identity. Transactional Analysis Journal, 48(2), 181-191.
Danylaksono, O. (2022, January 13). Laporan Kegiatan Mahasiswa: IISMA 2021. Riset dan Publikasi. Retrieved March 15, 2023, from https://geodesi.ugm.ac.id/laporan-kegiatan-mahasiswa-iisma-2021/
Earley, P. C., & Mosakowski, E. (2004). Cultural intelligence. Harvard business review, 82(10), 139-146.
Farokhzadian, J., Nematollahi, M., Dehghan Nayeri, N., & Faramarzpour, M. (2022). Using a model to design, implement, and evaluate a training program for improving cultural competence among undergraduate nursing students: a mixed methods study. BMC nursing, 21(1), 85.
Feather, N. T. (1982). Expectancy-value approaches: Present status and future directions. Expectations and actions, 395-420.
Forbush, E., & Foucault-Welles, B. (2016). Social media use and adaptation among Chinese students beginning to study in the United States. International Journal of Intercultural Relations, 50, 1–12.
Furnham, A. (2019). Culture shock: A review of the literature for practitioners. Psychology, 10(13), 1832.
Hotta, J., & Ting-Toomey, S. (2013). Intercultural adjustment and friendship dialectics in international students: A qualitative study. International Journal of Intercultural Relations, 37(5), 550-566.
Khanal, J., & Gaulee, U. (2019). Challenges of international students from pre-departure to post-study: A literature review. Journal of International Students, 9(2), 560-581.
Gong, Y., Gao, X., Li, M., & Lai, C. (2021). Cultural adaptation challenges and strategies during study abroad: New Zealand students in China. Language, Culture and Curriculum, 34(4), 417-437.
Kim, Y. Y. (2017). Cross-cultural adaptation. Oxford research encyclopedia of communication.
Majda, A., Zalewska-puchała, J., Bodys-cupak, I., Kami´nska, A. Intercultural education of nurses. In proceedings of the international conference on new horizons in education, Barcelona, Spain, 10–12 June 2015.
Majda, A., Zalewska-Puchała, J., Bodys-Cupak, I., Kurowska, A., & Barzykowski, K. (2021). Evaluating the effectiveness of cultural education training: Cultural competence and cultural intelligence development among nursing students. International Journal of Environmental Research and Public Health, 18(8), 4002.
Matsumoto, D., & Hwang, H. C. (2013). Assessing Cross-Cultural Competence: A Review of Available Tests. Journal of Cross-Cultural Psychology, 44(6), 849–873.
Merdeka, M. B. K. (2020). Buku Panduan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mokhothu, T. M., & Callaghan, C. W. (2018). The management of the international student experience in the South African context: The role of sociocultural adaptation and cultural intelligence. Acta Commercii, 18(1), 1-11.
Prakoso, A. L., Yuspin, W., & Kurnianingsih, M. (2021, December). Program merdeka belajar kampus merdeka: Implementasi kegiatan pertukaran pelajar di program studi ilmu hukum fakultas hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. Seminar Nasional dan Call of Paper: Impelmentasi Dampak MBKM.
Presbitero, A. (2016). Culture shock and reverse culture shock: The moderating role of cultural intelligence in international students’ adaptation. International journal of intercultural relations, 53, 28-38.
Setti, I., Sommovigo, V., & Argentero, P. (2022). Enhancing expatriates’ assignments success: The relationships between cultural intelligence, cross-cultural adaptation and performance. Current Psychology: A Journal for Diverse Perspectives on Diverse Psychological Issues.
Siregar, F. S., Hafiz, M. S., & Pradesyah, R. (2022). Model Kecakapan Intelektual dan Kecakapan Emosional Terhadap Keputusan Berpartisipasi Mahasiswa dalam Program MBKM Luar Negeri. Munaddhomah: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 3(2), 183-193.
Suwandi, S. (2020, October). Pengembangan Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa (dan Sastra) Indonesia yang Responsif terhadap Kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka dan Kebutuhan Pembelajaran Abad ke-21. In Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Dan Sastra (pp. 1-12).
Soeharso, S. Y. (2021). Relevansi Kebijakan MBKM Terhadap Penguatan Pendidikan Karakter Pancasila. Jakarta: Universitas Pancasila.
Uitvlugt, I. L. (2017). Cultural Intelligence in Higher Education Institutions-How managers of international teams can help international employees adapt to a new cultural context (Master's thesis, University of Twente).
Wang, Y., Li, T., Noltemeyer, A., Wang, A., Zhang, J., & Shaw, K. (2018). Cross-cultural adaptation of international college students in the United States. Journal of international students, 8(2), 821-842.
Yang, Y., Zhang, Y., & Sheldon, K. M. (2018). Self-determined motivation for studying abroad predicts lower culture shock and greater well-being among international students: The mediating role of basic psychological needs satisfaction. International Journal of Intercultural Relations, 63, 95-104.
Zhou, Y., Jindal-Snape, D., Topping, K., & Todman, J. (2008). Theoretical models of culture shock and adaptation in international students in higher education. Studies in higher education, 33(1), 63-75.
Zubaidah, N. (2022, May 13). Sempat Alami Culture Shock, Ini Cerita mahasiswi unair ikut IISMA ke Thailand. SINDOnews.com. Retrieved March 15, 2023, from https://edukasi.sindonews.com/read/768309/213/sempat-alami-culture-shock-ini-cerita-mahasiswi-unair-ikut-iisma-ke-thailand-1652425523