ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 07 April 2023

 

Identitas Nasional

(Studi Deskriptif Pada Pelajar Indonesia yang Menempuh Studi di Luar Negeri)

 

Oleh:

Aurelia Gabriella Meyer & Ari Widiyanta

Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara

 

Pelajar suatu negara yang menempuh studi di negara asing (international students) yang berpendidikan tinggi merupakan agent of change yang dimiliki suatu negara. Hal ini karena kelompok ini memperoleh bekal ilmu pengetahuan dan teknologi dari negara maju yang dapat membantu proses pembangunan di negara asal. International students tidak hanya berpindah secara fisik tetapi juga menciptakan ruang-ruang baru dalam pengetahuan akademis dan mengkonfigurasi konstitusi serta kekuasaan secara global (Raghuram, 2013; Madge dkk., 2014). Pelajar lndonesia kini memiliki banyak pilihan perguruan tinggi dan sekolah yang dapat menjadi tujuan untuk melanjutkan studi di jenjang pendidikan selain dalam negeri, luar negeri juga dapat menjadi pilihan bagi banyak masyarakat lndonesia.

 

Pelajar Indonesia yang memilih untuk bersekolah di luar negeri sebagai pelajar internasional tentunya akan merasakan perbedaan budaya. Setelah lama menetap di luar negeri untuk menempuh pendidikan, tentunya pelajar Indonesia semakin dekat dan lekat dengan budaya asing. Jauh dari rumah, siswa internasional menghadapi banyak tantangan umum, seperti kendala bahasa, kesulitan keuangan, penyesuaian budaya, dan masa depan yang tidak pasti (Khanal & Gaulee, 2019).

 

Dampak negatif dari globalisasi dan paparan budaya asing yang menjadi makanan sehari-hari pelajar Indonesia di luar negeri, tetapi banyak himpunan atau komunitas perkumpulan pelajar Indonesia di luar negeri yang dapat diikuti oleh pelajar Indonesia. Identitas nasional sangat penting dalam konteks studi di luar negeri karena sangat membentuk pengalaman siswa di luar negeri”. Pengaruh pengalaman belajar di luar negeri pada identitas nasional bervariasi, tergantung pada interaksi siswa dengan masyarakat lokal dan non-lokal, dan refleksi pada identitas mereka sendiri, baik pada perbedaan budaya atau politik atau pada prestasi nasional (Cheng & Szeto, 2019).

 

Pola ini selaras dengan pengamatan dan pengalaman peneliti bahwa beberapa pelajar yang menempuh studi di luar negeri seringkali tidak ingin kembali ke Indonesia, melupakan Bahasa Indonesia, dan mempunyai gaya hidup yang kebarat-baratan. Pelajar Indonesia yang menempuh studi di luar negeri dikhawatirkan dapat tidak lagi memperhatikan budayanya sendiri apalagi punya keinginan dan dorongan untuk melestarikanya. Mereka cenderung mengadopsi dan menerapkan budaya asing yang dianggap lebih modern dan mengabaikan budaya sendiri yang dianggap kuno (Wang, 2009).

 

Pemikiran dan pemahaman seperti inilah yang membuat menurunnya nilai-nilai kebudayaan asli bangsa dan berpotensi hilangnya identitas bangsa yang sebenarnya (Adelina, 2017). Pengaruh budaya asing juga membuat pelajar lebih suka meniru-niru gaya orang lain dengan cara menutupi identitasnya.  Meskipun masih banyak juga pelajar yang melestarikan budaya bangsanya sendiri dengan menggunakan pakain yang sopan sesuai dengan perilaku dan kepribadian bangsa Indonesia, namun jika hal ini tidak segera diantisipasi lama kelamaan identitas diri sebagai Bangsa Indonesia akan terkikis sedikit demi sedikit (Hartika, 1970).

 

Identitas nasional dapat menciptakan dan memperkuat solidaritas antar sesama warga negara dan mempersatukan beragam anggota negara. Sejalan dengan itu, identitas nasional dapat menjadi kekuatan pemersatu atau inklusi yang dapat meredam konflik etnis. Adanya perasaan terhubung dengan identitas nasional mereka dan sesama warga negara, orang lebih cenderung mendukung program yang mungkin membantu kelompok minoritas. Bagi individu yang tinggal di satu wilayah sepanjang hidupnya, identitas nasional mungkin cenderung diterima begitu saja. Tetapi, bagi mereka yang menikmati hidup di lebih dari satu negara, identitas nasional mungkin dipertanyakan. Maka dari itu, studi tentang identitas nasional tetap penting di dunia yang terus berubah.

 

Referensi:

 

Adelina, F. (2017, March 1). Hubungan antara prasangka sosial dan intensi melakukan diskriminasi mahasiswa etnis jawa terhadap mahasiswa yang berasal dari nusa tenggara timur. Retrieved January 1, 2023, from https://media.neliti.com/media/publications/128643-ID-none.pdf

Cheng, A., & Szeto, E. (2019). Changing Hong Kong University Students’ national identity through studying abroad. Asian Education and Development Studies, 8(2), 233-247. doi:10.1108/aeds-05-2017-0045

Davidov, E. (2009). Measurement Equivalence of Nationalism and Constructive Patriotism in the ISSP : 34 Countires in a Comparative Perspective. Political Analysis, 17 (1), 64-82.

Hartika, D. (1970, January 1). Penanaman Nilai cinta tanah air di sekolah (studi Kasus Siswa Kelas VII SMP negeri 2 colomadu Kabupaten Karanganyar tahun ajaran 2014/2015). UMS ETD-db. Retrieved December 12, 2022, from http://eprints.ums.ac.id/42448/

Khanal, J., & Gaulee, U. (2019). Challenges of international students from pre-departure to post-study. Journal of International Students, 9(2), 560–581. https://doi.org/10.32674/jis.v9i2.673

Madge, C., Raghuram, P., & Noxolo, P. (2014). Conceptualizing International Education. Progress in Human Geography, 39(6), 681–701. https://doi.org/10.1177/0309132514526442

Raghuram, P. (2013). Theorising the spaces of student migration. Population, Space and Place, 19(2), 138–154. https://doi.org/10.1002/psp.1747

Jing Wang. (2009). A study of resiliency characteristics in the adjustment of international graduate students at American Universities. Journal of Studies in International Education, 13(1), 22–45. https://doi.org/10.1177/1028315307308139