ISSN 2477-1686
Vol. 9 No. 07 April 2023
Keep The Balance: Study, Buddy and Money
Oleh:
Galuh Ajeng Rusmawardani
Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Dalam masyarakat banyak kita temui mahasiswa yang bekerja paruh waktu baik di cafe, pelayan toko, maupun menjadi guru privat. Pekerjaan paruh waktu dipilih oleh mahasiswa karena mahasiswa mengalami kesulitan ekonomi, ingin menambah pengalaman, dan menambah jaringan kerja tanpa mengganggu waktu perkuliahan (Lusi, 2021). Akan tetapi, mahasiswa yang bekerja paruh waktu akan mengalami beberapa permasalahan seperti kekurangan waktu untuk berkumpul dengan keluarga maupun teman mereka (Felix dkk., 2019). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada sembilan orang mahasiswa yang bekerja di Salatiga diketahui bahwa mereka mengalami kesulitan membagi waktu antara bekerja dan berkumpul dengan keluarga dan teman mereka. Delapan dari sembilan mahasiswa yang bekerja paruh waktu tersebut mengatakan bahwa mereka menjadi jarang berkomunikasi dengan keluarga dan jarang berkumpul dengan teman kuliah karena mereka harus segera pergi ke tempat kerja setelah menyelesaikan jadwal kuliah mereka. Hal ini juga didukung oleh penelitian dari Firmansyah (2016) yang menemukan bahwa mahasiswa yang bekerja paruh waktu mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan kehidupan perkuliahan dan pekerjaan dibandingkan mahasiswa yang tidak bekerja paruh waktu.
Permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa yang bekerja paruh waktu membuat mereka perlu melakukan self-adjustment di tengah perubahan model pembelajaran dari daring ke luring yang membuat waktu mereka akan semakin sedikit untuk berkumpul dengan keluarga dan teman. Self-adjustment penting bagi mahasiswa yang bekerja paruh waktu karena dengan melakukan self-adjustment yang baik mahasiswa yang bekerja paruh waktu dapat menjalani peran ganda sebagai mahasiswa dan pekerja dengan baik dan membentuk keseimbangan antara kehidupan perkuliahan dan pekerjaan (Sitorus & Warisot WS, 2013). Mahasiswa yang bekerja paruh waktu yang mengalami kesulitan untuk melakukan self-adjustment dapat mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan dalam kehidupan perkuliahan dan pekerjaan paruh waktu mereka, yang termasuk dalam work-life balance.
Work-life balance adalah kemampuan seseorang untuk menyeimbangkan tanggung jawab dirinya di dalam pekerjaan dan hal yang tidak memiliki kaitan dengan pekerjaan (Riandani, 2020). Work-life balance diperlukan oleh mahasiswa yang bekerja paruh waktu agar terjadi keseimbangan dalam perkuliahan dan pekerjaannya. Work-life balance yang dimiliki oleh seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor individual, faktor organisasional, faktor lingkungan, dan faktor lain (Pouluse & Sudarsan, 2015). Pouluse dan Sudarsan (2015) menjelaskan bahwa faktor individual yang meliputi kepribadian, kesejahteraan, dan kecerdasan emosional yang dimiliki oleh individu. Faktor kedua yang memengaruhi work-life balance yaitu faktor organisasional seperti pengaturan pekerjaan, dukungan sosial, stres kerja, konflik peran ganda, dan penguasaan teknologi. Faktor ketiga yang memengaruhi work-life balance adalah faktor lingkungan yang meliputi hubungan dengan keluarga dan hubungan dengan masyarakat sosial. Faktor terakhir yang memengaruhi work-life balance adalah faktor lainnya seperti umur, status orang tua, pengalaman kerja, tipe pekerjaan, dan penghasilan.
Work-life balance merupakan hal yang penting mahasiswa yang bekerja paruh waktu karena dapat meningkatkan produktivitas, mencegah stres, menjaga kesehatan jasmani dan rohani, menciptakan hubungan relasi yang baik antara teman kerja, teman kuliah, serta keluarga, dan menciptakan waktu luang untuk aktivitas lain di luar lingkungan kerja sehingga terbentuk keseimbangan antara kehidupan perkuliahan dan pekerjaannya (Nurmillah, 2021). Mahasiswa yang bekerja paruh waktu akan mengalami beberapa hal apabila kurang memiliki work-life balance yang baik, seperti kelelahan fisik dan mental, kurang fokus menyelesaikan suatu hal, serta mengakibatkan kurangnya hubungan relasi yang baik dengan keluarga, teman kuliah, dan teman kerja (Nurmillah, 2021). Hal ini tentu dapat mengganggu kehidupan mahasiswa yang bekerja paruh waktu apabila berdampak pada hubungan relasi pertemanan mahasiswa, karena hubungan relasi pertemanan penting dalam dunia perkuliahan mahasiswa.
Mahasiswa perlu memiliki hubungan relasi pertemanan yang baik karena hubungan relasi pertemanan dapat meningkatkan dukungan sosial bagi mahasiswa, meningkatkan solidaritas, serta meningkatkan motivasi (Afiah & Nengsi, 2022). Hal ini membuat mahasiswa yang bekerja paruh waktu dapat menyelesaikan masalah pekerjaan maupun perkuliahan yang dihadapi dengan baik. Selain itu, hubungan relasi yang baik dapat meningkatkan solidaritas yang membuat mahasiswa yang bekerja paruh waktu merasa ada teman-teman yang selalu ada untuknya saat dirinya mengalami kesulitan.
Dengan demikian, mahasiswa yang bekerja paruh waktu perlu memiliki hubungan relasi yang baik sehingga terbentuk work-life balance yang tinggi, dan membuat mahasiswa dapat melakukan self-adjustment dengan baik. Menurut Franco (2019) terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh mahasiswa yang bekerja paruh waktu untuk membentuk hubungan relasi pertemanan yang baik. Cara pertama adalah dengan memanfaatkan teknologi untuk menjalin komunikasi secara rutin. Perkembangan teknologi saat ini memberikan kemudahan untuk kita dalam berkomunikasi dengan orang lain dengan waktu yang cukup singkat meskipun terpisah oleh jarak dan kesibukan masing-masing. Cara kedua adalah terbuka dalam menjelaskan kesibukan yang dialami kepada teman. Keterbukaan dalam menjelaskan aktivitas dan tugas yang dimiliki kepada teman akan membuat teman menjadi lebih memahami posisi kita sebagai mahasiswa yang bekerja paruh waktu. Keterbukaan yang dilakukan juga akan memperkuat hubungan pertemanan yang dijalani karena keterbukaan yang tinggi dapat membangun intimasi yang tinggi dalam sebuah pertemanan (Sherly dkk., 2019). Cara ketiga adalah melakukan quality time dengan teman secara berkala. Meskipun sulit untuk menghabiskan waktu bersama teman seperti sebelumnya, kita tetap perlu meluangkan waktu untuk bertemu dengan teman agar hubungan pertemanan yang dijalani tetap kuat.
Banyak dampak yang dirasakan oleh mahasiswa yang bekerja paruh waktu, salah satunya adalah kesulitan untuk melakukan self-adjustment akibat kurangnya work-life balance yang memicu permasalahan hubungan relasi pertemanan. Oleh karena itu, mahasiswa perlu memiliki work-life balance yang baik dengan menjaga hubungan relasi pertemanannya sehingga dapat melakukan self-adjustment yang baik dalam bekerja dan berkuliah. Ada beberapa cara yang dapat mahasiswa yang bekerja paruh waktu lakukan untuk menjaga hubungan relasi pertemanan, yaitu memanfaatkan teknologi untuk berkomunikasi, terbuka dalam menjelaskan kesibukan yang dialami, dan menyisihkan waktu untuk quality time bersama teman. Dengan melakukan cara tersebut diharapkan mahasiswa yang bekerja paruh waktu dapat memiliki hubungan relasi pertemanan yang baik sehingga memiliki work-life balance yang baik dan mampu melakukan self-adjustment yang baik.
Referensi :
Afiah, N., & Nengsi, F. (2022). Analisis relasi pertemanan melalui perilaku asertif pada mahasiswa IAIN parepare. Indonesian journal of islamic counseling, 4(2), 80-87.
Felix, T., Marpaung, W., & Akmal, &. M. (2019). Peranan kecerdasan emosional pada pemilihan strategi coping pada mahasiswa yang bekerja. Persona : Jurnal psikologi indonesia, 8(1), 29-56.
Firmansyah, Y. (2016). Komperatif faktor work life balance (Studi pada mahasiswa bekerja dan tidak bekerja di kota Bandung. Jurnal manajemen dan bisnis (Performa), 13(2), 99-117.
Franci, M. G. (2019). 5 ways to maintain friendships when you’re busy. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/platonic-love/201912/5-ways-maintain-friendships-when-youre-busy.
Lusi, R. A. (2021). Penyesuaian diri mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Jurnal mediapsi, 7(1), 5-6.
Nurmilah, A. (2021). Pentingnya work life balance di era digital. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13846/Pentingnya-Work-Life-Balance-di-Era-Digital.html#:~:text=Manfaat%20work%20life%20balance%20antara,untuk%20kinerja%20yang%20lebih%20baik.
Nurmillah, A. (2021). Saat work-life balance pada pegawai tidak tercapai. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-kalbar/baca-artikel/13927/Saat-Work-Life-Balance-pada-Pegawai-Tidak-Tercapai.html#:~:text=Work%2Dlife%20balance%20yang%20tidak,fokus%20dan%20sering%20berbuat%20kesalahan.
Owen, M. S., Kavanagh, P. S., & Dollard, &. M. (2018). An integrated model of work-study conflict and work-study facilitation. Journal of career development, 45(5), 504-517.
Pouluse, S., & Susdarsan, N. (2014). Work-life balance : A conceptual review. International journal of advances in management and economics, 3(2), 1-17.
Riandani, D. (2020). Worklife balance sebagai gaya hidup. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-palangkaraya/baca-artikel/13616/Worklife-Balance-Sebagai-Gaya-Hidup.html#:~:text=Worklife%20balance%20sendiri%20memiliki%20makna,kehidupannya%20antara%20lain%20Keseimbangan%20Waktu.
Sherly., Hartini, S., & Manurung, S. (2019). Intimasi pertemanan ditinjau dari self-disclosure pada mahasiswa jurusan kebidanan Universitas Prima Indonesia. Journal of education, humaniora and social sciences (JEHSS), 2(1), 36-46.
Sitorus, L. I. S., & Warsito WS, H. (2013). Perbedaan tingkat kemandirian dan penyesuaian diri mahasiswa perantauan suku Batak ditinjau dari jenis kelamin. Character, 1(2), 1-6.