ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 06 Maret 2023

 

Pulih Bersama Remaja Kecenderungan Self Harm

 

Oleh

Agustina Simangunsong

Program Studi Magister Psikologi Sains Pendidikan dan Keluarga

Universitas Sumatera Utara

 

Belakangan ini semakin banyak isu mengenai kesehatan mental dan permasalahan terutama di kalangan remaja. Dalam menghadapi masalah dan sumber stress remaja sering mengambil tindakan dan memutuskan melakukan sesuatu yang dianggapnya menjadi salah satu tindakan yang benar namun pada kehidupan normal dianggap kurang sesuai. Remaja pada masa perkembangannya masih sangat labil dan butuh arahan.

 

Self-Harm

Salah satu perilaku yang dilakukan remaja untuk mengurangi rasa negatif dari stress yang dialami adalah menyakiti diri sendiri. Perilaku melukai diri sendiri atau self-harm tersebut merupakan suatu bentuk perilaku yang dilakukan untuk mengatasi tekanan emosional atau rasa sakit secara emosional dengan cara menyakiti dan merugikan diri sendiri tanpa bermaksud untuk melakukan bunuh diri (Tarigan, 2021). Data terkini menyebutkan bahwa ada sebanyak 20,21% remaja yang pernah melakukan perilaku self-harm di Indonesia dan 93% adalah remaja perempuan (Faradiba, Paramita, Dewi, 2022). Perilaku self-harm yang dilakukan secara berulang dengan intensitas yang semakin kuat berhubungan dengan risiko bunuh diri sehingga sangat membahayakan.

 

Kepedulian kita tentang lingkungan sekeliling dan kemampuan pengamatan kita bisa membantu kita melihat apakah ada indikasi perilaku self-harm. Dalam istilah lain Non-Suicidal Self-Injury (NSSI) adalah perilaku melukai diri sendiri yang disengaja, yang dapat menyebabkan pendarahan, memar, dan rasa sakit yang ditujukan untuk menyebabkan kerusakan tubuh yang ringan tanpa disertai niat untuk bunuh diri (American Psychiatric Association, 2013). Jadi kita harus lebih sadar dengan sekeliling ketika ada lebam atau tempelan plester luka di bagian tubuh remaja. Melakukan pendekatan yang tepat untuk menanyakan kondisi seseorang bisa membantu kita mengetahui kondisi sekeliling kita.

 

Perilaku ­self-harm yang dilakukan remaja tidak secara terang-terangan secara tertutup dan tidak banyak orang sekelilingnya yang mengetahui. Remaja melakukan self-harm ketika tidak mampu menghadapi sebuah masalah. Biasanya remaja dengan kecenderungan ini tidak memiliki tempat untuk menceritakan permasalahannya. Self harm yang umumnya dilakukan dengan memberikan sayatan ditangan atau bagian kakinya atau memukulkan tangannya ke benda keras.

 

Bagi remaja yang mengalami kecenderungan self-harm, mereka biasanya mencoba menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapinya. Namun ketidakmampuan dalam menyelesaikan konflik yang terjadi membuatnya mengambil keputusan untuk menyakiti dirinya sendiri. Remaja yang cenderung melakukan self-harm memiliki orang dekat namun tidak semua masalah yang dihadapinya bisa diceritakan karena mereka membuat batasan terhadap orang lain karena takut di anggap tidak normal.

 

Bentuk Dukungan

Bentuk dukungan yang bisa membantu remaja untuk mengurangi tindakan self-harm dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi.

 

Bentuk dukungan teman sebaya :

1.  Mendengarkan cerita teman kita, kita diharapkan menjadi pendengar yang baik.

2.  Saling memberi contoh positif dalam beraktivitas di lingkungan tempat.

3.  Tidak menjadikan masalah yang sudah diceritakannya sebagai bahan bercandaan.

 

Bentuk dukungan pendidik atau guru :

1.  Memberikan bimbingan agar siswa bisa memahami dan mengetahui hal-hal apa saja yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hidup. Seperti memberikan motivasi, padangan mengenai dunia dengan keindahannya, memberikan bimbingan untuk rasa syukur.

2.  Memberikan nilai-nilai moral melalui aksi nyata di sekolah seperti cara membantu, cara menolong dan cara berterima kasih.

3.  Siap memberikan pertolongan dan membuka diri jika ada siswa yang membuka diri menceritakan permasalahan-permasalahannya dan tidak memberikan penilaian sepihak terhadap masalah yang dihadapi.

4.  Membekali diri terhadap informasi terbaru mengenai masalah-masalah yang sering muncul bukan hanya terkait masalah akademik saja.

 

Bentuk dukungan Orang tua :

1.  Mau mendapingi anak dan mendengaran cerita bahkan keluh kesah anak. Sesibuk apapun orangtua diharapkan memberikan ruang dan waktu untuk saling berkomunikasi dengan anak.

2.  Tidak saling menuntut anak harus mengerti keadaan orang tua atau sebaliknya.

3.  Menjaga komunikasi yang baik dan berempati dengan anak.

4.  Membekali diri tentang permasalahan-permasalahan yang mungkin di alami oleh anak-anak terutama remaja.

 

Bentuk dukungan bagi diri sendiri sebagai orang yang melakukan self-harm :

1.  Memberanikan diri untuk bercerita kepada orang yang kamu anggap nyaman dan memahamimu. Ingat, kamu harus membuka diri supaya bisa keluar dari zona ini.

2.  Tidak menyalahkan diri sendiri untuk apa yang sudah terjadi selama ini.

3.  Jika masih belum menemukan orang yang tepat dan merasa bisa dipercaya cari pertolongan dari konselor, psikolog atau ahli yang dapat membantu kamu menyembuhkan diri dari trauma dan kejadian di masa lalu.

4.  Jika merasa perlu, bergabunglah dengan support group agar bisa pulih secara bersama-sama mengingat banyaknya remaja yang berusaha kembali dan ingin menjalani kehidupannya secara baik jadi support group sangat memungkinkan memberikan sumbangan untuk pemulihan.

 

Remaja yang cenderung melakukan self-harm membutuhkan dukungan dan orang yang bisa dipercaya, menjaga rahasia, menerima keadaan remaja dengan kecenderungan self-harm.

 

Referensi :

 

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.). Washington DC: American Psychiatric Publishing.

Faradiba, A. T., Paramita, A. D., & Dewi, R. P. (2022). Emotion dysregulation and deliberate self-harm in adolescents. Konselor11(1), 20-24. https://doi.org/10.24036/02021103113653-0-00

Tarigan, T., and Apsari, N. C. Perilaku Self-Harm atau Melukai Diri Sendiri yang Dilakukan oleh Remaja (Self-Harm or Self-Injuring Behavior by Adolescents). Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial 4.2 (2021): 213-224.https://doi.org/10.24198/focus.v4i2.31405