ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 04 Februari 2023

 

Menyelami Dunia Autistik Woo Young Woo Dari K-Drama Extraordinary Attorney Woo

 

Oleh:

Lenny Utama Afriyenti

Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

 

Bagi K-Drama Lovers tentu tidak asing dengan judul drakor yang hits ini. Dramanya telah usai, namun banyak hal yang bisa kita pelajari dari drama tersebut. Seorang pengacara muda jenius bernama Woo Young Woo menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut. Kejeniusan pengacara Woo diakui oleh teman-teman kampusnya. Dalam satu adegan, rekannya mengatakan bahwa “sehebat apapun kamu, Wo Young Woo tetap didepan”, oleh sebab itu Hanbada, sebuah firma hukum terkenal di Korea Selatan berani menjadikan ia sebagai bagian dari tim pengacara muda.

 

Apa yang menarik dari seorang Wo Young Woo? Bagi penonton mungkin akan mengetahui hal ini mulai dari awal episode. Ada yang tampak berbeda darinya seperti gelagat dan keunikan yang ditampilkan dibanding tokoh lain. Sebut saja ketika ia masuk ke sebuah ruangan serta bagaimana cara ia berkomunikasi dengan orang lain. Pengacara Woo adalah seorang individu dengan autisme. Dalam drama tersebut tampak bahwa jenis autisme pengacara Woo adalah Asperger Syndrom.

 

Apa itu Asperger Syndrome?

Asperger syndrome adalah salah satu spektrum dari autism (berada dalam satu kelompok dengan Autisme Spectrum Disorders). Attwood dalam Raykhamna, et al (2018) menyebutkan bahwa asperger syndrome disebabkan karena adanya gangguan neurologis di otak yakni adanya ketidakberfungsian atau masalah pada bagian lobus frontal atau area 8 Brodmann dan lobus temporal. Bagi penderita asperger, lobus frontal tidak berfungsi dengan baik seperti orang lain pada umumnya dimana seharusnya bagian ini menjadi pengendali bagi kognitif dan sebagai salah satu pembentuk kepribadian manusia. Selain itu, penderita asperger juga mengalami kendala pada lobus temporal yang mengatur pemilihan informasi, proses mendengar dan pendengaran.

 

Selanjutnya, pembeda Asperger Syndrome dengan jenis spektrum autisme yang lain adalah pada kemampuan kognitif. Meskipun mengalami masalah, namun seorang Asperger syndrome pada umumnya lebih baik dalam kemampuan  bahasa dan kemampuan kognitifnya berada pada rerata atau bahkan lebih tinggi dibanding jenis ASD lain. Pengacara Woo adalah mahasiswa yang lulus dengan nilai tertinggi pada ujian pengacara, ia juga merupakan pengacara autisme pertama di Korea Selatan. Ini mencirikan bahwa meskipun ia seorang individu dengan Asperger Syndrome, namun kecerdasan yang dimilikinya diatas rata-rata orang lain. Hal ini juga disampaikan oleh penemunya Hans Asperger bahwa ada tingkat kecerdasan yang berbeda pada individu Asperger.

 

Dari beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa individu dengan ciri Asperger Syndrome memiliki hal yang berbeda dengan jenis ASD lainnya. Individu Asperger memiliki kesulitan dalam situasi sosial. Sebagai contoh, mereka kesulitan melakukan kontak mata dengan lawan bicara atau terlihat menghindari adanya kontak mata, serta adanya hambatan memahami obrolan yang sifatnya candaan. Selain hal tersebut, ada beberapa ritual tertentu yang biasa dilakukan oleh individu dengan Asperger Syndrome. Seperti halnya pengacara Woo, ritual yang tampak pada dirinya selalu ada pada setiap episode. Adalah ketika Woo masuk ke sebuah ruangan dimana ia selalu menghitung dengan jarinya, setelah selesai menghitung dan yakin merasa “aman” ia pun masuk. Bahkan dari episode pertama, ritual ini sudah terlihat. Ia juga tidak menatap lawan bicara seperti orang pada umumnya, namun ia masih mampu menjawab pertanyaan dengan baik karena potensi kecerdasan yang dimiliki. DSM V (2013) menyebutkan beberapa ciri dari Asperger Syndrome ini, diantaranya :

 

1.    Terdapat defisit pada komunikasi sosial dan interaksi sosial dalam beragam konteks.

2.    Perilaku yang repetitive (mengulang) baik itu pada ketertarikannya atau pada aktifitasnya.

 

Dari dua hal diatas, semua aspek tersebut tampak terpenuhi dalam diri pengacara Woo. Ia menyukai paus dan segala jenis spesiesnya. Kenyamanannya adalah selalu menceritakan topik yang sama berulang-ulang kepada beberapa orang terdekat. Pikiran itu muncul random, kecuali ia “segera ngeh” bahwa tidak perlu menceritakan hal tersebut kepada orang yang tidak dikenal atau saat berada pada situasi yang serius. Hal lain adalah Gimbab, dimana makanan ini merupakan makanan favorit pengacara Woo. Ada upaya untuk selalu menyusun gimbab tersebut dengan rapi kemudian memakannya, urusan susun menyusun ini bahkan  ia lakukan meski gimbab tersebut tersisa beberapa potong. Benda-benda lain juga diperlakukan dengan cara yang sama seperti pakaian, kertas dan tisu. Hal ini juga dijelaskan lebih lanjut dengan beberapa symptom yang muncul dari individu Asperger Syndrome (National Institute of Health Mental, 2011):

 

1.    Minimnya dalam interaksi sosial

2.    Percakapan yang hanya membicarakan seputar dirinya sendiri atau topik tertentu daripada yang lain

3.    Kurang memahami emosi secara baik

4.    Berbicara dengan gaya yang tidak biasa, seperti nada suara yang datar, atau seperti robot

5.    Kurang memahami komunikasi non-verbal seperti gestur dan body language.

6.    Cepat mengingat informasi dan fakta secara mudah.

7.    Tidak memahami perspektif orang lain

 

Dari semua simptom yang dijelaskan diatas, semuanya tampak terpenuhi selama episode K-drama tersebut.

 

Kemudian bagaimana dengan hubungan percintaan Woo?

Individu Asperger Syndrome mampu membangun kedekatan dengan orang yang ia anggap nyaman. Hanya saja tentu hubungan ini terlihat spesial dibanding dengan orang normal pada umumnya. Individu Asperger Syndrome perlu dipahami dengan cara yang unik. Jika tidak maka yang terjadi adalah kesalahpahaman dalam menafsirkan perilaku yang ditampilkan oleh mereka. Beruntungnya pengacara Woo bahwa ia mendapatkan pasangan yang bisa menerima dan memahami dirinya dengan baik sehingga hubungan antara Woo dan pasangannya berakhir happy ending.

 

Sejauh ini belum banyak riset mengenai Asperger Syndrome di Indonesia. Masih dibutuhkan banyak penelitian mengenai gangguan jenis ini untuk memahami mereka dengan lebih baik, seperti apa lingkungan yang supportif untuk mereka, berikut intervensi yang diberikan karena mereka juga menjadi bagian dari masyarakat. Bukan tidak mungkin seorang Asperger Syndrome menjadi lebih luar biasa dan bersaing dengan orang lain seperti kita.

 

Referensi:

 

American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 5th ed. Arlington, VA: American Psychiatric Association.

National Institute of Mental Health. 2011. A Parent’s Guide to Autism Spectrum Disorder. NIMH Publications, Bethesda.

 

Raykhamna, D. A., Afirianto, T., & Akbar, M. A. (2017). Pengembangan Permainan Edukasi Berbasis Kinect bagi Penderita Asperger Syndrome untuk Menangani Empathy Disorder. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN2548, 964X.