ISSN 2477-1686
Vol. 9 No. 03 Februari 2023
Generasi Sandwich: Tantangan Pengasuhan Multigenerasi
Oleh:
Shanty Sudarji
Program Studi Psikologi, Universitas Bunda Mulia
Istilah Generasi Sandwich mulanya dipopulerkan pada tahun 1981 oleh Dorothy Miller, awalnya terdapat batasan usia dan gender Generasi Sandwich yakni mengacu pada perempuan yang berada pada rentang usia dewasa madya dengan kisaran usia 45 hingga 65 tahun (Jang et al., 2021; Luna et al., 2021). Seiring berjalannya waktu, penelitian-penelitian selanjutnya tidak lagi membatasi usia individu dan juga gender yang termasuk dalam klasifikasi Generasi Sandwich, namun tetap ada batasan khusus yang diterapkan yakni seseorang dengan usia di atas 18 tahun dan memiliki tanggung jawab atau memiliki peran untuk menjaga dan atau merawat orang tua dan atau mertuanya (Aazami et al., 2018; Riley & Bowen, 2005).
Generasi Sandwich didefinisikan sebagai individu yang terhimpit oleh lapisan atas yakni orang tua atau mertua, dan lapisan bawah yang adalah anak-anaknya, dengan kata lain ada minimal tiga generasi yang hidup dan berkumpul dalam satu keluarga baik itu yang tinggal bersama maupun yang tinggal berdekatan (Goto, 2021; Silverstein et al., 2019). Secara singkatnya, Generasi Sandwich mengacu pada pengasuhan multigenerasi, di mana seseorang yang sudah menikah dan memiliki anak yang masih harus ditanggung, juga harus merawat atau menanggung orang tua ataupun mertuanya.
Generasi Sandwich di Indonesia diprediksi akan semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah semakin tingginya harapan hidup penduduk lanjut usia di mana mereka kebanyakan hidup ataupun tinggal bersama dengan anak cucunya. Penduduk lanjut usia banyak yang tinggal bersama dengan anak cucunya karena masih kuatnya norma sosial yang ada dalam masyarakat Indonesia bahwa merawat orang tua yang sudah berusia lanjut adalah kewajiban seorang anak dan tidak seyogyanya menitipkan orang tua ke panti werdha, selain itu merawat orang tua juga dilihat sebagai sebuah bentuk bakti anak pada orang tua (Aditya, 2021; Rizal, 2021).
Pada umumnya masyarakat Indonesia memaknai Generasi Sandwich hanya sebatas tanggungannya secara finansial bagi orang tua dan anak-anaknya, seperti yang diiklankan dalam laman https://sikapiuangmu.ojk.go.id/ mengenai Generasi Sandwich adalah mereka yang terhimpit secara finansial oleh generasi di atasnya dan generasi di bawahnya, maka untuk meringankan beban Generasi Sandwich, mereka perlu melakukan persiapan secara finansial. Iklan lainnya dari laman https://tirto.id/ yang bekerjasama dengan perusahaan asuransi Allianz juga mengemukakan hal yang sama yaitu bahwa untuk meringankan beban Generasi Sandwich maka dana pensiun harus direncanakan dengan baik. Padahal, permasalahan yang dihadapi oleh Generasi Sandwich tidaklah sesederhana ini dan tidak sebatas masalah finansial saja (Evans et al., 2016; Rari et al., 2021; Steiner & Fletcher, 2017). Meskipun demikian, memang tidak dapat dipungkiri bahwa masalah finansial dapat berujung pada konflik yang harus dihadapi oleh Generasi Sandwich terutama bagi mereka yang memiliki penghasilan rendah (Rari et al., 2021). Selain masalah finansial, berbagai tuntutan peran yang harus dijalani oleh Generasi Sandwich berpotensi menyebabkan mereka berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan mental, termasuk stres, kecemasan dan depresi.
Meskipun tanggung jawab untuk mengurus anak dan orang tua atau mertua dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi, namun juga memberikan manfaat bagi Generasi Sandwich karena orang tua atau mertua dapat membantu Generasi Sandwich dalam melakukan pekerjaan domestik; Jadi, sebenarnya pengasuhan multigenerasi dapat berdampak secara luas; dan sangat bergantung dari perspektif Generasi Sandwich dalam menyikapi peran yang mereka jalani (Aazami et al., 2018; Sudarji et al., 2022). Tantangan yang ada dalam pengasuhan multigenerasi tentunya berdampak pada gaya hidup Generasi Sandwich secara keseluruhan, termasuk waktu pribadi, pengembangan karir, dan stabilitas keuangan.
Salah satu sumber stres dalam pengasuhan multigenerasi yang dihadapi oleh Generasi Sandwich adalah jika terjadi perbedaan pendapat dengan orang tua atau mertua, orang tua / mertua melakukan intervensi terlalu jauh dalam kehidupan rumah tangga individu, dan juga jika kebutuhan akan perhatian muncul di saat yang bersamaan antara anak dari Generasi Sandwich dengan orang tua / mertuanya (Sudarji et al., 2022). Dalam menghadapi tantangan pengasuhan multigenerasi ini, Generasi Sandwich diharapkan memiliki strategi koping yang tepat agar kesejahteraan psikologisnya tetap terjaga. Lazarus dan Folkman mengemukakan bahwa strategi koping pada umumnya terdiri dari dua bentuk. Pertama, strategi koping yang berorientasi pada masalah (problem focused coping) dan yang kedua adalah strategi koping yang berorientasi pada emosi (emotion focused coping) (Krohne, 2002; Steiner & Fletcher, 2017). Lazarus dan Folkman mengemukakan bahwa jumlah sumber daya individu dapat mempengaruhi strategi koping yang mereka lakukan. Sumber daya yang dimiliki juga beragam mulai dari tipe kepribadian, kondisi kesehatan fisik, kondisi ekonomi, konsep diri, dan juga dukungan sosial yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya (Lintang et al., 2022; Sudarji et al., 2022).
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Generasi Sandwich memiliki tantangan pengasuhan multigenerasi yang bervariasi, berada dalam posisi Generasi Sandwich dapat disikapi secara positif dan juga negatif, dampaknya pun beragam sehingga strategi kopingnya pun harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang mereka alami.
Referensi:
Aazami, S., Shamsuddin, K., & Akmal, S. (2018). Assessment of Work–Family Conflict Among Women of the Sandwich Generation. Journal of Adult Development, 25(2), 135–140. https://doi.org/10.1007/s10804-017-9276-7
Aditya, R. (2021). Bolehkan menitipkan orang tua di panti jompo? . Suara.Com.
Evans, K. L., Millsteed, J., Richmond, J. E., Falkmer, M., Falkmer, T., & Girdler, S. J. (2016). Working sandwich generation women utilize strategies within and between roles to achieve role balance. PLoS ONE, 11(6). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0157469
Jang, S. J., Song, D., Baek, K., & Zippay, A. (2021). Double child and elder care responsibilities and emotional exhaustion of an older sandwiched generation: The mediating effect of self-care. International Social Work, 64(4), 611–624. https://doi.org/10.1177/0020872819833425
Krohne, H. W. (2002). Stress and Coping Theories Article Outline.
Lintang, A., Putri, K., Lestari, S., Khisbiyah, Y., & Surakarta, M. (2022). A Quarter-Life Crisis in Early Adulthood in Indonesia during the Covid-19 Pandemic. Jurnal Ilmiah Psikologi, 7(1), 28–47. https://doi.org/10.23917/indigenous.v7i1.15543
Luna, S., Rivera, F., & Ramos, P. (2021). Dual caregiving by grandmothers with older relatives: Personal factors influencing health and stress. Journal of Health Psychology, 26(11), 1882–1900. https://doi.org/10.1177/1359105319893112
Rari, F. P., Jamalludin, J., & Nurokhmah, P. (2021). Perbandingan tingkat kebahagiaan antara Generasi Sandwich dan non-Generasi Sandwich [Comparison of happiness levels between Sandwich Generation and non-Sandwich Generation]. Jurnal Litbang Sukowati : Media Penelitian Dan Pengembangan, 6(1), 1–13. https://doi.org/10.32630/sukowati.v6i1.254
Riley, L. D., & Bowen, C. P. (2005). The Sandwich Generation: Challenges and Coping Strategies of Multigenerational Families. The Family Journal, 13(1), 52–58. https://doi.org/10.1177/1066480704270099
Rizal, J. (2021). Pro-Kontra menitipkan orang tua ke panti jompo. Kompas.Com.
Steiner, A. M., & Fletcher, P. C. (2017). Sandwich Generation Caregiving: A Complex and Dynamic Role. Journal of Adult Development, 24(2), 133–143. https://doi.org/10.1007/s10804-016-9252-7
Sudarji, S., Panggabean, H., & Farady, R. M. (2022). Challenges of the Sandwich Generation: Stress and coping strategy of the multigenerational care. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi, 7(3), 263–275.