ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 01 Januari 2023

 

Mastery Goal Orientation:

Belajar Bukan Hanya “Untuk Apa” Tetapi “Bagaimana Menguasainya”

 

Oleh:

Christy beyonce Charmanita & Krishervina Rani Lidiawati

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

 

 

Saat ini, pendidikan sudah termasuk dalam salah satu kebutuhan pokok manusia, karena berperan penting dalam menentukan kualitas sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa dan negara. Kegiatan belajar mengajar merupakan hal yang dilakukan oleh seluruh individu dan setiap individu memiliki tujuannya masing-masing mengapa mereka mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tujuan yang dimiliki untuk belajar ini dapat terlihat pada berbagai fenomena yang terjadi. Salah satunya, dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan seperti, “Berapa IPK kamu?;” “Berapa nilai ujian kamu tadi;” “Apa saja yang akan keluar di ujian nanti?;” “Apakah ada remedial supaya nilai saya bisa A?;”. Pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti menyiratkan bahwa terdapat desakan bagi siswa untuk menaruh nilai tinggi sebagai tujuan mereka belajar. Tidak bisa dipungkiri, kecenderungan untuk menjadikan luaran atau pencapaian yang baik sebagai indikator keberhasilan seseorang memang cukup mencerminkan kondisi beberapa siswa di Indonesia. Selain itu, kebijakan setiap lembaga pendidikan untuk membuat tolok ukur seperti KKM (Kriteria Keuntasa Minimal) juga menjadi salah satu faktor dalam pembentukan tujuan belajar individu. Penetapan tujuan yang sesuai akan bermanfaat bagi individu untuk bekerja lebih efektif dan mendapatkan hasil yang baik. Individu yang tidak menetapkan tujuannya dapat menyebabkan masalah dalam prestasinya (Santrock, 2018). Itulah mengapa, akan lebih efektif apabila tenaga pendidik mampu untuk membentuk lingkungan belajar yang dapat membantu para siswa dalam menentukan tujuan pembelajaran mereka dan tidak hanya berfokus pada outcome yang akan mereka dapatkan, melainkan berfokus pada proses bagaimana mereka dapat meraih tujuan mereka.

 

Mastery Goal Orientation

Berbagai usaha dapat dilakukan individu untuk dapat meraih prestasi akademik yang ia inginkan. Printich memaparkan bahwa hal-hal yang mendasari individu untuk berperilaku seperti ini disebut dengan goal orientation (Schunk dkk, 2008). Menurut Ames dan Dweck, salah satu jenis goal orientation adalah mastery goal orientation (Slavin dalam Ismiati, 2013). Individu yang tujuannya didasarkan pada penguasaan materi dan proses pembelajaran mereka disebut dengan mastery goal orientation. Mastery goal orientation merupakan salah satu orientasi tujuan belajar yang berfokus pada strategi pembelajaran dan peraihan prestasi ketimbang hasil akhirnya. (Santrock, 2018). Ketika siswa mengadopsi mastery goal orientation, mereka akan dapat menemukan strategi pembelajaran yang efektif bagi mereka dan mengubah strategi belajar mereka apabila menurut mereka belum berhasil. Salah satu karakteristik yang menonjol dari mastery goal orientation adalah kemauan para siswa untuk berani mengambil resiko dan belajar dari kesalahan mereka. Apabila mereka gagal, hal itu tidak akan mempengaruhi motivasi mereka dalam belajar.

 

Di dalam mastery goal orientation, siswa akan mengembangkan keterampilan baru, meningkatkan, dan memperoleh pengetahuan tambahan. Mereka menemukan kepuasan dengan proses dan tidak terpengaruhi oleh indikator kinerja eksternal, seperti nilai atau ranking. Mereka lebih memperhatikan, memproses informasi pada tingkat yang lebih tinggi, dan tidak takut untuk meminta bantuan apabila mereka menemukan kesulitan dalam proses pembelajaran mereka. Dengan fokus ini, anak-anak akan lebih aktif dan lebih menginvestasikan upaya yang besar dalam proses pembelajaran mereka, sehingga hal itu akan sangat berpengaruh ke dalam kinerja mereka nantinya. Siswa dengan mastery goal orientation cenderung melihat penilaian orang lain terhadap dirinya sebagai hal yang kurang penting dibandingkan bagaimana mereka mampu dengan baik mengerjakan tugas mereka. Mereka berusaha keras agar kompetensinya meningkat bukan karena atas dasar pada penilaian, komentar atau cibiran dari orang lain.

 

Hal diatas merupakan bentuk keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan regulasi diri dalam belajar. Hal ini juga sejalan dengan penelitian regulasi diri dalam belajar dapat meningkatkan keterlibatan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran di masa luring yang tidak selalu diawasi oleh pengajar (Lidiawati & Helsa, 2021). Selain itu, ditengah proses belajar mengajar saat ini sedang berada dalam transisi dari daring menuju tatap muka dan bahkan tidak semua sekolah melupakan pembelajaran daring sehingga pembelajaran dilakukan secara luring dan daring atau dikenal dengan istilah hybrid, mastery goal orientation akan sangat membantu siswa dalam meningkatkan minat mereka ditandai dengan bagaimana mereka berfokus selama pembelajaran, penguasaan serta pemahaman materi serta tugas yang diberikan. Khususnya ketika pembelajaran dilakukan secara klasikal di kelas, tenaga pendidik tidak dapat selalu memonitor satu per satu siswa-siswinya benar-benar memperhatikan materi yang sedang diterangkan atau tidak. Selain itu, dalam pengerjaan tugas maupun ujian, dengan perkembangan teknologi yang cukup pesat ini, segala sesuatu dapat dilakukan oleh siswa untuk bisa mendapatkan nilai yang memuaskan, seperti melakukan plagiarsm atau mencontek dari hasil karya orang lain. Maka dari itu penerapan mastery goal orientation dalam belajar mengajar akan membantu siswa dalam menghargai proses pembelajaran itu sendiri dan mementingkan pemahamannya terkait suatu materi dan kemajuan kompetensi yang dimilikinya.

 

Penutup

Melalui pembelajaran yang menerapkan mastery goal orientation diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran akademis baik bagi siswa maupun tenaga pendidik. Tenaga pendidik dapat memberikan pemahaman kepada siswa bahwa dalam pembelajaran mendapatkan nilai yang tinggi bukan satu-satunya hal yang penting, namun pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.  Tenaga pendidik juga mampu untuk lebih memperhatikan cara belajar siswa sehingga potensi serta kemampuan yang mereka miliki dapat dikembangkan dengan baik. Selain itu, siswa juga dapat meningkatkan motivasi di dalam dirinya dan menentukan orientasi tujuan pembelajarannya. Dengan mastery goal orientation, siswa dapat lebih mengexplore lagi cara belajarnya serta mengembangkan potensi yang ia miliki. Oleh sebab itu, sangat disarankan agar para siswa dapat diarahkan untuk memiliki tujuan dalam mencapai kompetensi dari masing-masing pelajaran.

 

Referensi:

 

Ismiati, I., & Listiara, A. (2013). Hubungan Antara Orientasi Tujuan Mastery Dengan Kematangan Karir Pada Siswa SMA Negeri 1 Tahunan Di Kebumen Jepara. Jurnal EMPATI, 2(3), 387–399. https://doi.org/10.14710/empati.2013.7363

Lidiawati, K. R., & Helsa. (2021). Online learning during Covid-19 pandemic : How self-regulated learning strategies impact student engagement ? 14(1), 1–10. https://doi.org/10.30813/psibernetika.v14i1.2570

Santrock, J. W. (2018). Educational Psychology, (6Th Edition). McGraw-Hill.

Schunk, D. H. (2008). Motivation in education: theory, research, and applications / Dale H. Schunk, Paul R. Pintrich and Judith L. Meece. Ohio : Pearson Press.