ISSN 2477-1686
Vol. 9 No. 01 Januari 2023
Overload: Suatu Ciri di Perkotaan
Oleh:
Dianti Endang Kusumawardhani
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
Apa ciri kota yang paling menonjol? Warga kota, terutama kota besar, khususnya lagi warga Jakarta sepertinya sepakat dengan satu hal, yaitu kemacetan. Seperti halnya pernyataan Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Latif Usman bahwa indeks kemacetan di Jakarta pada tahun 2019 mencapai 53 persen, artinya bila sudah melebihi 50 persen sudah masuk kategori sangat mengkhawatirkan (Azzahra, 2022, Januari 24). Kombes Latif Usman memprediksi bahwa di akhir Januari 2023 ini indeks kemacetan Jakarta sudah melebihi 50 persen dengan asumsi dalam satu hari terjadi 21 juta pergerakan. Mengapa terjadi kemacetan, tak lain adalah jumlah pergerakan atau mobilitas yang terjadi melebihi kapasitas jalan yang ada. Kelebihan kapasitas ini dikenal dengan istilah overload. Overload merupakan salah satu ciri menonjol yang mewarnai kehidupan di perkotaan.
Perkotaan
Menurut Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) No.120 tahun 2020, pembedaan antara perkotaan dan perdesaan didasarkan beberapa kriteria, yaitu kepadatan penduduk per kilometer persegi, persentase keluarga pertanian, keberadaan dan akses ke fasilitas umum. Fasilitas umum antara lain mencakup sekolah dari level taman kanak-kanak sampai sekolah menengah, pasar, kelompok pertokoan, rumah sakit, hotel dan tempat-tempat hiburan umum, serta persentase keluarga yang menggunakan telepon kabel dan yang menggunakan listrik. Peraturan ini dikembangkan dari peraturan yang digunakan pada tahun 2000.
Kehidupan kota dicirikan dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi, di mana jumlah penduduk yang tinggal di kota lebih banyak dari di desa. Kepadatan penduduk di kota antara lain berasal dari warga berbagai desa yang pindah ke kota untuk memperoleh pekerjaan dan pendidikan. Hal ini menyebabkan kota menjadi heterogen antara lain dalam status sosial dan status ekonomi yang beragam, dibandingkan dengan kehidupan desa yang cenderung homogen.
Banyaknya masyarakat di kota menyebabkan jumlah kendaraan bermotor tinggi. Sebagai contoh kendaraan bermotor di Jakarta menurut data BPS tahun 2021 adalah sekitar 16.783.247, atau 11.7% kendaraan bermotor di Indonesia. Jumlah kendaraan yang berlebihan membuat kemacetan di kota terutama di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini tentunya berdampak pada polusi udara di kota yang tinggi. Dalam hal lingkungan hidup, kota diwarnai dengan banyaknya bangunan dan perumahan yang didirikan vertikal.
Dari ilustrasi tersebut terlihat bahwa kehidupan di kota adalah padat, bahkan semrawut di titik-titik tertentum dan adanya mobilitas yang tinggi. Terlihat bahwa penduduk yang berlebihan, kendaraan bermotor yang berlebihan, mencirikan kota dengan muatan yang berlebihan atau overload.
Overload
Overload atau kelebihan muatan terjadi karena ketidakmampuan sistem untuk memroses masukan dari lingkungan (Jackson, 2001). Hal ini terjadi karena terlalu banyak informasi yang masuk dengan terlalu cepat, dengan waktu pengolahan yang terbatas, sehingga terjadi ketidakmampuan sistem untuk mengolahnya. Manusia memiliki kapasitas kognitif yang terbatas untuk memroses informasi yang masuk.
Dampak Overload
Dampak dari overload di perkotaan antara lain adalah menurunnya kinerja seseorang, hubungan individual menjadi lebih superfisial, dan menurunnya tanggung jawab sosial (Fakultas Psikologi UI, 2022). Hubungan antar warga kota yang kurang akrab, dan hubungan superfisial ini merupakan karakter hubungan antar manusia di kota besar. Dampak overload yang lain adalah menurunkan kinerja. Hallowell (dalam Klingberg, 2009) menyebutnya sebagai “attention deficit trait” di mana situasi kerja dengan kecepatan tinggi dan tuntutan kerja yang terus menerus menyebabkan seseorang mengalami kesulitan memberikan atensi sehingga tidak memiliki kapasitas untuk bekerja dengan baik. Situasi lingkungan yang terus menerus dialami seperti kemacetan, polusi udara, dan kebisingan suara klakson atau deru kendaraan bermotor bisa menyebabkan stres dan menurunkan kinerja seseorang. Selain itu kemacetan bisa memunculkan respons emosional seperti marah, kesal, cemas, dan agresivitas. Hal ini bisa menyebabkan sulit konsentrasi dan berdampak pada membuat kesalahan-kesalahan kerja.
Overload bisa berdampak pada menurunnya tanggung jawab sosial warga kota. Tanggung jawab sosial merupakan bentuk perhatian dan kepedulian serta tanggung jawab seseorang terhadap lingkungan, baik fisik maupun sosial. Menurunnya tanggung jawab sosial ini terlihat pada menurunnya keterlibatan warga kota pada situasi sosial dan kemauan membantu orang yang tidak dikenal. Selain itu overload bisa menimbulkan terjadinya anonimitas, difusi tanggung jawab, dan bystander apathy. Anonimitas terjadi bila begitu banyaknya orang berada pada suatu tempat sehingga identitas individu sulit diidentifikasikan sehingga individu leluasa untuk bereskpresi tanpa khawatir dirinya mudah dikenali. Selain itu bisa terjadi difusi tanggung jawab dan bystander apathy, yaitu suatu keadaan sosiopsikologis di mana seseorang merasa tidak memiliki tanggung jawab untuk menolong orang lain yang membutuhkan bantuan atau pertolongan ketika ada orang-orang lain yang hadir di tempat kejadian (Kassin, Fein, & Markus, 2017). Selain itu, overload bisa menimbulkan menurunnya kesponan dan meningkatnya agresivitas. Misalnya pada gerbong kereta commuter line yang padat, para penumpang berdesakan dan bisa terjadi menurunnya kesponan dan meningkatnya agresivitas dengan dorong mendorong untuk dapat masuk dan keluar gerbong.
Akibat dari keadaan overload ini menyebabkan individu sulit berkonsentrasi dalam penyelesaian tugasnya. Dampak yang dirasakan oleh individu bisa jangka panjang walaupun sudah tidak terpapar lagi, misalnya ketegangan atau stres masih dialami seseorang walau misalnya ia sudah tidak lagi berada dalam situasi kemacetan. Kehidupan sosial di kota besar terasa kurang bersahabat terutama terhadap orang yang tidak dikenal.
Cara Hadapi Situasi Overload
Pada dasarnya manusia memiliki kemampuan untuk mendapatkan keseimbangan hidupnya, yaitu dengan mengubah dirinya atau melakukan adaptasi, dan dengan mengubah lingkungan atau melakukan penyesuaian atau adjustment. Adaptasi untuk menghadapi kemacetan antara lain bisa dilakukan dengan berangkat lebih awal atau memelajari rute perjalanan dan kemudian memilih jalan yang kurang padat.
Manusia mengubah dirinya agar bisa mendapatkan keseimbangan hidupnya kembali. Misalnya, untuk mengatasi kemacetan ataupun gerbong yang padat, seseorang bisa mengubah dirinya untuk berangkat lebih awal. Selain berangkat lebih awal, seseorang bisa memelajari rute jalan dan mengidentifikasi jalan-jalan yang macet parah, dan kemudian mengubah rute perjalanannya dengan memilih jalan-jalan yang kurang padat. Manusia bisa mengubah lingkungan atau melakukan adjustment untuk mengatasi kepadatan, antara lain dengan tinggal di rumah susun. Dari perkampungan yang padat dan sempit, diubah menjadi rumah susun di mana suatu keluarga bisa memeroleh tempat tinggal yang lebih luas. Di sini manusia mengubah lingkungan fisik.
Penutup
Situasi overload terutama di perkotaan bisa menurunkan tanggung jawab sosial dan kesopanan, dan bahkan bisa meningkatkan agresivitas. Overload bisa diatasi seseorang dengan melakukan adaptasi dan adjustment. Seseorang perlu mengidentifikasi lebih dulu kapan dan di mana ia akan menghadapi situasi overload, dan kemudian mengatasinya dengan mengubah dirinya dan mengubah lingkungannya agar mendapatkan kembali keseimbangan hidupnya.
Referensi
Azzahra, T. A (2022, Januari 24). Polisi sebut kemacetan Jakarta kini sudah seperti sebelum pandemi. detikNews. https://news.detik.com/berita/d-6532385/polisi-sebut-kemacetan-jakarta-kini-sudah-seperti-sebelum-pandemi.
Badan Pusat Statistik. (2021). Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 120 Tahun 2020 tentang Klasifikasi Desa Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia 2020. BPS – Statistics Indonesia. https://www.bps.go.id/publication/2021/05/26/7eba842e1090fccf23f34e71/peraturan-kepala-badan-pusat-statistik-nomor-120-tahun-2020-tentang-klasifikasi-desa-perkotaan-dan-perdesaan-di-indonesia-2020-buku-3-bali--nusa-tenggara--kalimantan--sulawesi--maluku--dan-papua
Fakultas Psikologi UI. (2022, Desember 22). MOOCs F.Psi: Overload dalam setting perkotaan [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=nUPY8TgCJxs
Jackson, W. K. (2001). Information overload and managerial roles: A naturalistic study of engineers (Order No. 3008358). Available from ProQuest Dissertations & Theses Global; ProQuest One Business. (304719850). https://www.proquest.com/dissertations-theses/information-overload-managerial-roles/docview/304719850/se-2
Kassin, S., Fein, S., & Markus, H. R. (2017). Social psychology, 10th edition. Boston: Cengage Learning.
Klingberg, T. (2009). The overflowing brain: Information overload and the limits of working memory. New York: Oxford University Press.
Maddux, J. E. & Lewis, J. (1995). Self-efficacy and adjustment: Basic principles and issues> In Self-efficacy, adaptation, and adjustment: Theory, research, and application, Maddux, J. E. (Ed.). New York: Springer.