ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 01 Januari 2023

 

Parasocial Relationship: Bentuk “Kehaluan” Para Penggemar Terhadap Idola

 

Oleh:

Erni Julianti Simanjuntak

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

 

Tak jarang kita melihat reaksi penggemar yang histeris meneriakkan nama-nama idola selebritis bahkan menangis ketika bisa bertemu atau melihat  idolanya. Tak dapat disangkal, menyukai seorang figur seperti selebritis, figur tertentu atau idola adalah hal yang wajar dan banyak kita jumpai dilakukan terlebih oleh pada remaja. Munculnya berbagai fan girl atau fan boy yang banyak digandrungi oleh anak-anak remaja merupakan salah satu bentuk adanya interaksi parasosial (Sadasri & Pemuda, 2021). Interaksi parasosial adalah bentuk interaksi yang terjadi antara pengguna media dengan figur media termasuk artis atau selebritis, olahragawan, hingga tokoh fiksi (Horton & Richard Wohl, 1956). Salah satu bentuk dari interaksi parasosial adalah munculnya rasa suka atau cinta seseorang terhadap idolanya bisa sampai tergila-gila dan merasa memiliki hubungan dekat atau hubungan romatis dengan sosok figur media tertentu sementara figur media tersebut tidak mengenal secara personal atau bahkan tidak pernah bertemu secara langsung. Fenomena ini disebut dengan hubungan parasosial (parasocial relationship). Dibble et al. (2016); Horton & Richard Wohl (1956), menjelaskan parasocial relationship adalah hubungan imaginatif sepihak dari penggemar atau pengguna media dengan figur media atau persona media, seperti selebritis maupun figur fiksi. Penggemar bisa begitu sangat mengenal sosok pribadi idolanya, merasakan ikatan yang nyata, menjadi sangat fanatik dan posesif terhadap idolanya. Hal yang lebih jauh adalah berkembangnya  bentuk ‘kehaluan’ atau ilusi hubungan romantis dimana, penggemar seolah-olah memiliki hubungan romantis dan khusus yang terasa nyata dialami terhadap idolanya, sementara sang idola tidak mengenal atau tidak pernah punya relasi dan komunikasi personal dengannya.

 

Apakah hubungan parasosial ini merupakan hal negatif dan berdampak buruk terhadap kehidupan para penggemar? Untuk memahami hal tersebut perlu mengkaji dampak dari parasocial relationship dengan meninjau tiga level dari hubungan parasosial. Menurut McCutcheon et al. (2002), dalam alat ukur Celebrity Attitude Scale (CAS) terdapat tiga tingkatan dari hubungan parasosial.

 

1.    Entertainment-Social merupakan level yang paling ringan dan tidak intens. Pada tingkatan ini penggemar menganggap bahwa idolanya atau figur media yang hanya berfungsi untuk menghibur. Pada level ini, penggemar tidak memiliki perasaan atau keterikatan yang kuat terhadap selebriti/karakter.

 

2.    Intense-Personal ‑ Pada tingkat ini, penggemar sudah mulai mengembangkan ketertarikan dan hubungan personal yang lebih besar dengan idola. Beberapa usaha seperti mencari tahu kehidupan dan kepribadian idola, meniru life style idola dan mengembangkan kedekatan yang lebih intim dengan idola.

 

3.    Borderline Pathological - merupakan tingkat yang paling intens yang dapat mencakup fantasi obsesif dan perilaku ekstrim. Perilaku ekstrem ini seperti menghabiskan banyak uang untuk melihat orang tersebut atau mendapatkan perhatiannya, atau perilaku ilegal, seperti stalking. Pada level ini, juga umum bagi penggemar untuk percaya bahwa ada hubungan dan perasaan romantis yang tidak sepihak tapi berbalas.

 

Jika melihat pada tingkatan ini, pada dasarnya hubungan parasosial adalah hal yang normal dan wajar selama tidak berlebihan. Hubungan parasosial bisa dipandang sebagai cara seseorang mengekspresikan kekagumannya terhadap persona favoritnya. Namun, jika sudah berlebihan, parasosial relationship dapat membuat orang mengembangkan harapan tidak realistis yang dapat memengaruhi cara mereka menangani hubungan di kehidupan nyata bahkan bisa mengancam hubungan yang telah dimiliki di kehidupan nyata. Adanya keterlibatan emosional dalam hubungan parasosial berkaitan terhadap romantic beliefs yang lebih ideal. Tukachinsky & Dorros, (2018), menemukan bahwa seseorang yang memilik intensitas keterlibatan emosional dengan figur media selama masa remaja berkaitan dengan kepuasan hubungan yang lebih rendah dan persepsi yang kurang menyenangkan tentang pasangan romantis yang sedang dijalani.

 

Oleh karena itu, jika rasa suka atau kecintaan kepada sosok atau figur tertentu sudah mengganggu kehidupan sehari-hari atau relasi dan interaksi nyata dengan keluarga atau orang disekitar kita, maka perlu diwaspadai, barangkali sudah terjebak ke dalam hubungan parasosial yang berlebihan.

 

Referensi:

 

Dibble, J. L., Hartmann, T., & Rosaen, S. F. (2016). Parasocial Interaction and Parasocial Relationship: Conceptual Clarification and a Critical Assessment of Measures. Human Communication Research, 42(1), 21–44. https://doi.org/10.1111/hcre.12063

Horton, D., & Richard Wohl, R. (1956). Mass Communication and Para-Social Interaction. Psychiatry, 19(3), 215–229. https://doi.org/10.1080/00332747.1956.11023049

McCutcheon, L. E., Lange, R., & Houran, J. (2002). Conceptualization and measurement of celebrity worship. British Journal of Psychology, 93(1), 67–87. https://doi.org/10.1348/000712602162454

Sadasri, L. M., & Pemuda, J. S. (2021). Parasocial Relationship dengan Selebritas (Studi Kualitatif pada Praktik Penggunaan Fandom Applications). Jurnal Studi Pemuda, 10(2), 147–162. https://doi.org/10.22146/studipemudaugm

Tukachinsky, R., & Dorros, S. M. (2018). Parasocial romantic relationships, romantic beliefs, and relationship outcomes in USA adolescents: rehearsing love or setting oneself up to fail? Journal of Children and Media, 12(3), 329–345. https://doi.org/10.1080/17482798.2018.1463917