ISSN 2477-1686
Vol. 8 No. 24 Desember 2022
Sensitif Bukan Berarti Baper!
Kok Bisa?
Oleh:
Ajeng Waluyo1, Ayundya Putri Pujanti1, Gabby Ruvie Stafiati1, Mia Julpiana1, Sekar Harum1, & Erna Risnawati2
1Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana
2Program Studi anak usia dini, Universitas Terbuka
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan orang dengan berbagai jenis kepribadian. Ada tipe pribadi yang santai dan ada juga pribadi yang mudah tersinggung dan perasa. Orang yang perasa ketika menemukan perubahan sekecil apapun ia akan peka terhadapnya. Tentunya kita harus sangat berhati-hati saat berkomunikasi dengan orang yang mempunyai kepribadian sensitif agar tidak menyinggung.
Orang yang memiliki kepribadian perasa disebut sebagai Highly Sensitive Person (HSP) atau Sensory Processing Sensitivity (SPS). Highly Sensitive Person merupakan kepribadian yang merujuk pada sensitivitas individu terhadap stimulus internal atau eksternal termasuk isyarat emosi dan sosial dengan ambang batas rendah tapi lebih mudah terpengaruh oleh stimulus tersebut dibandingkan individu lain. Dengan kata lain, HSP merupakan keadaan psikologis dimana seseorang mempunyai kepekaan lebih dibanding orang lain pada umumnya. Kepekaan ini dapat berupa respon tindakan, cara pandang, empati, serta perasaan, baik itu ditujukan untuk diri sendiri maupun orang lain. Misalnya seseorang mudah tersinggung oleh ucapan orang lain.
HSP terjadi pada 15-20% populasi manusia. Artinya, sekitar satu per lima dari penduduk dunia merupakan orang dengan HSP. Di salah satu platform digital terbesar di Swedia untuk kaum muda, sekitar 90 pengguna yang berbeda berpartisipasi dalam diskusi tentang HSP. Dalam postingan tersebut, menjadi HSP muncul sebagai subjektivitas yang patuh. Ini digunakan untuk menampilkan pemilik akun sebagai orang yang sadar diri, sebagai orang yang bertanggung jawab yang meneliti baik sisi baik yang mereka nyatakan maupun sisi buruk mereka (Edenroth, 2022). Namun, HSP bukanlah gangguan psikologis. Orang yang sensitif memiliki pemrosesan bawah sadar yang lebih cepat dan efisien, yang biasanya disebut dengan intuisi, mimpi yang berguna, atau sugestibilitas yang meningkat. Kepekaan juga menjadi salah satu penentu kecerdasan emosi (EQ). Dengan demikian, HSP adalah bentuk dari kepribadian, dan bukan merupakan gangguan psikologis.
Apakah penyebab Highly Sensitive Person (HSP)?
HSP dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu genetik dan lingkungan. Ada varian genetik tertentu yang dikaitkan dengan ciri-ciri kepribadian Highly Sensitive Person sehingga HSP diyakini berasal dari genetik. Highly Sensitive Person (HSP) merupakan sifat individu dimana sensitivitas sensoris tubuh terhadap stimulus internal maupun eksternal meningkat. Sifat ini diketahui karena peran neurotransmitter otak yaitu sistem dopamin pada sistem saraf HSP lebih tinggi konsentrasinya dibandingkan dengan non-HSP yang membuat otak jauh lebih aktif.
Selain itu, lingkungan anak pada usia dini juga memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian seseorang sehingga menjadi sensitif. Pengalaman masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan menyebabkan efek negatif pada diri anak. Anak dengan pengalaman yang kurang menyenangkan semasa kecil lebih rentan merasa depresi, ansietas, atau menjadi pemalu pada masa dewasa dibandingkan dengan anak-anak yang tidak memiliki pengalaman tidak menyenangkan.
Ada banyak tantangan menjadi orang yang sensitif. Orang yang memiliki kepribadian HSP akan sulit beradaptasi pada situasi yang baru. Orang tersebut dapat menjadi mudah tidak nyaman dalam menanggapi rangsangan tertentu serta bisa menunjukan reaksi emosional yang tidak lazim dalam situasi sosial. Namun mereka yang memiliki kepribadian sensitif ini cenderung membentuk ikatan yang dalam dengan seseorang (Ananda,2022).
Highly Sensitive Person lebih dikonseptualisasikan sebagai sifat kepribadian daripada penyakit mental. Namun, karena sifat ini banyak dikaitkan dengan tantangan emosional atau interpersonal (dapat muncul bersamaan dengan kecemasan dan depresi), terapi percakapan bermanfaat bagi kesejahteraan mental orang-orang yang sangat sensitif secara keseluruhan.
Tanda-Tanda Kepribadian Highly Sensitive Person (HSP)
Adapun beberapa tanda atau ciri-ciri orang dengan kepribadian HSP adalah sebagai berikut: 1). Orang-orang biasanya melabeli HSP sebagai orang yang terlalu peka atau super sensitif, karena pada dasarnya memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain pada umumnya. 2). Orang dengan HSP lebih mudah merasa kewalahan dengan semua yang dirasakan oleh panca indera. HSP biasanya mengalami stimulasi berlebihan dari setidaknya satu dari lima indera: penglihatan, penciuman, rasa, sentuhan, dan suara. Rangsangan lingkungan memicu indera yang sama dalam kebanyakan orang, namun persepsi yang dihasilkan berbeda antar individu. Meski baunya menyengat, lampunya terang, dan nyaring kebisingan, misalnya, cukup membangkitkan beberapa individu, individu lain menjadi begitu terangsang dan terstimulasi secara berlebihan oleh input sensorik sehingga rangsangan lingkungan benar-benar mengganggu kehidupan sehari-hari mereka (Rinn, dkk, 2018). 3). Lebih mudah marah dengan berita/unggahan/komentar, bahkan semua hal yang mengandung unsur kekerasan yang beredar di media. Hal ini terjadi karena HSP sangat berempati, setiap tampilan kekerasan di media bisa sangat mengecewakan. Akibatnya, orang dengan HSP cenderung menghindari untuk menonton film horor, adegan penyiksaan bahkan berita. 4). Menghindari situasi stres. Banyak orang yang mempunyai kepribadian HSP menyusun kehidupan mereka sehingga mereka dapat menghindari situasi yang membuat stres atau lelah berlebihan. Meskipun ini mungkin terjadi secara tidak sadar pada awalnya, namun pada akhirnya mereka menyadari bahwa ini benar bagi mereka saat mereka mulai melakukan introspeksi diri. 5). Cenderung bekerja keras untuk menyenangkan orang lain. HSP berusaha keras untuk menghindari mengecewakan orang lain atau membuat kesalahan. Bagi seorang HSP, gangguan yang ada di lingkungan sekitar bisa sangat mengganggu sistem saraf.
Kelebihan Highly Sensitive Person
1. Sensitif, walaupun terkadang bisa seperti pedang bermata dua karena berpikir terlalu dalam dan memiliki intensitas yang berlebih, tapi kepekaan atau menjadi sensitif adalah sebuah anugerah. Hal itu bisa membuat seorang HSP berhati lembut dan baik hati. Ia peduli dengan orang sekitar dan memperlakukan dengan cinta. Oleh karena itu mungkin HSP adalah orang paling baik yang anda temui.
2. Self-aware, yakni kecerdasan intrapersonal bahwa seseorang menyadari emosinya, motivasinya, dengan pikiran dan tujuannya. Seorang HSP sering mengalami pemikiran mendalam serta memiliki wawasan yang lebih besar tentang diri sendiri. Hal ini menjadikan seorang HSP menjadi bijaksana dan analitis.
3. Memiliki empati tinggi. Perasaan super sensitif memungkinkan seorang HSP merasakan emosi orang lain dengan menempatkan dirinya pada posisi orang lain. Seorang HSP terbiasa menyesuaikan diri dengan emosi diri sendiri. Hal ini yang memudahkan seorang HSP terhubung dengan orang lain di sekitar dan dapat memahami sudut pandang yang berbeda.
4. Pendengar yang baik. Hal hebat lain yang dimiliki banyak orang HSP adalah mereka dapat menjadi pendengar yang baik. Berkat intuisi alami yang mereka miliki, seorang HSP dapat lebih mudah dalam memahami orang lain. Biasanya mereka akan lebih peka dalam menangkap perubahan suara, gerakan, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dll. Hal ini yang bisa membuat mereka lebih perhatian dan responsif. Ini juga menjadikan mereka seorang teman ataupun pasangan yang baik dalam hal dukungan emosional.
Kekurangan Highly Sensitive Person akan lebih sering merasa lelah secara emosional. Karakteristik HSP adalah ia merasakan sesuatu lebih mendalam dan intens daripada orang lain, sehingga cenderung lebih mudah merasa lelah. Tidak terlalu menyukai interaksi sosial. Orang dengan HSP biasanya memperhatikan banyak hal. Hal-hal ini adalah petunjuk yang sering dilewatkan oleh kebanyakan orang, terutama dalam situasi sosial. Biasanya ia sangat pandai memahami tanda tanda nonverbal dan menganalisis nada bicara seseorang. Sayangnya, hal ini berarti ia cenderung menganalisis berlebihan yang dapat menyebabkan ia membesar-besarkan segala sesuatu. Tidak nyaman dengan perubahan. Seorang HSP cenderung merasa sulit untuk beradaptasi di lingkungan yang baru. Tidak tahan dengan kritik dan konflik. HSP merupakan salah satu orang paling lemah lembut dan rapuh, hal ini yang membuat saat orang ingin berkomunikasi dengan HSP harus berhati hati. Mengkritik, membentak atau memarahi mereka dengan alasan apapun dapat melukai hati mereka dengan dalam, bahkan walaupun maksudnya baik. Selain itu juga orang dengan HSP terlihat kurang mampu bekerja di bawah tekanan. Deadline dan tekanan sejenisnya dapat membuat HSP stres berat. Orang dengan HSP lebih suka mengerjakan tugas secara pelan-pelan dan fokus pada satu hal saja.
Cara Meminimalisir Dampak Negatif HSP
Memperbaiki kualitas tidur, salah satu cara meminimalisir dampak HSP adalah dengan mencoba mendapatkan kualitas tidur yang baik, yakni dengan cara tidur lebih awal dan menjauhkan perangkat elektronik. Membuat waktu untuk diri sendiri, seorang HSP membutuhkan waktu untuk sendiri dan mengisi ulang energi untuk memulihkan dirinya. Melakukan hobi, beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang dengan HSP antara lain dengan membaca atau menciptakan karya seni. Hal ini bisa menjadi salah satu kegiatan untuk menyibukkan diri dan menciptakan rasa tenang. Memilih hal yang harus dipedulikan, bagi HSP mungkin terkadang rasa sensitif tidak bisa dikendalikan, tetapi kemampuan untuk memilah dan memilih hal yang harus penting sangat diperlukan agar dapat menyusun prioritas.
Highly Sensitive Person (HSP) sangat mungkin dimiliki oleh seorang individu, karena ini merupakan salah satu bentuk kepribadian, bukan gangguan kesehatan mental. Oleh karena itu, peran lingkungan dan masyarakat di sekitar individu dengan HSP hidup menjadi sangat penting. Jika lingkungan sekitar memahami sensitivitas adalah suatu hal yang wajar serta menghargai setiap perasaan yang mungkin dirasakan oleh individu, maka individu dengan HSP tidak akan berkecil hati, apalagi beranggapan bahwa dirinya tidak normal. Namun sebaliknya, jika lingkungan di sekitar individu dengan HSP kurang bisa menghargai sensitivitas serta perasaan orang lain, maka individu dengan HSP akan cenderung merasa berbeda serta mengalami tekanan yang lebih berat dari lingkungan sekitarnya. Hal inilah yang akan menjadikan individu dengan HSP lebih rentan mengalami depresi. Dari poin-poin yang telah disebutkan di atas, maka dapat ditarik simpulan bahwa individu dengan HSP adalah normal.
Referensi:
Aron, E. N., Aron, A., & Jagiellowicz, J. (2012). Sensory processing sensitivity: A review in the light of the evolution of biological responsivity. Personality and Social Psychology Review, 16(3), 262-282.
Edenroth-Cato, F., & Sjöblom, B. (2022). Biosociality in Online Interactions: Youths’ Positioning of the Highly Sensitive Person Category. Young, 30(1), 80-96.
Natalia, J. R., & Bernathsius, J. (2019). Highly Sensitive Person dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 7(3), 317-322.
Ningrum, R. (2019). Terlalu Sensitif Tidak Baik: Being Less Sensitive Person. Anak Hebat Indonesia.
Rinn, A. N., Mullet, D. R., Jett, N., & Nyikos, T. (2018). Sensory processing sensitivity among high-ability individuals: A psychometric evaluation of the highly sensitive person scale. Roeper Review, 40(3), 166-175.
Smith, H. L., Sriken, J., & Erford, B. T. (2019). Clinical and research utility of the highly sensitive person scale. Journal of Mental Health Counseling, 41(3), 221-241.