ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 23 Desember 2022

Kunci Sukses Pemilihan Jurusan Kuliah: Ku Tahu Yang Kumau!

 

Oleh

Anastasia Dina Renata & Christiany Suwartono

Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

 

 

Bagi pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas akhir, kegiatan pengenalan jurusan merupakan hal yang umum dilakukan. Pengenalan jurusan ini dapat berbentuk sosialisasi universitas dan jurusan, sharingalumni, pameran education faircampus fair, dan sebagainya. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat para pelajar mengetahui dan memahami jurusan-jurusan yang nantinya akan dipilih ketika memasuki universitas. Tes minat bakat (Nurhartanto & Wengrum, 2021; Sari, 2022) dan layanan bimbingan karir (Sari, 2022) juga juga dapat diadakan sebagai bahan pertimbangan pelajar untuk memutuskan karir setelah SMA. Kegiatan pengenalan jurusan mendukung para pelajar untuk memperoleh informasi sebelum membuat keputusan dan diharapkan mengurangi fenomena “salah jurusan” ketika sudah menjalani perkuliahan. Selama ini permasalah yang dapat ditemui pada pelajar SMA sebelum menentukan karir, yaitu kurangnya pengetahuan untuk merencanakan karir, tingginya kecemasan karir, kurang matangnya pemilihan karir, dan kurang pengetahuan mengambil keputusan karir (Meitasari et al., 2021).

 

Permasalahan merasa salah jurusan ketika berkuliah muncul ketika pelajar memiliki kebimbangan karir. Berdasarkan penelitian Fahima dan Akmal (2018), ketika kebimbangan karir muncul, pelajar akan memiliki 4,6 persen intensi untuk pindah jurusan. Berdasarkan theory of planned behavior (TPB), intensi suatu perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control. Sayangnya, di Indonesia, penelitian mengenai faktor-faktor yang membuat seseorang berpindah jurusan dengan teori TPB masih minim. Mungkin hal ini bisa memicu teman-teman yang terpanggil untuk melakukan penelitian.

 

Pilihan-pilihan bagi pelajar yang merasa salah jurusan kuliah antara lain tetap melanjutkan perkuliahan yang sedang dijalani atau mengganti jurusan. Seringkali, untuk para pelajar ini akan meminta pendapat dengan orang-orang terdekat, seperti orang tua. Ketika orang tua setuju untuk anaknya pindah jurusan, intensi pelajar untuk pindah jurusan pun meningkat dan begitu pun sebaliknya, jika orang tua tidak setuju, intensi untuk pindah jurusan juga berkurang (Fahima & Akmal, 2018). Hal ini juga kemungkinan dilakukan karena pembiayaan untuk kuliah terkadang masih dalam tanggungan orang tua.

 

Ketika pelajar yang mempertahankan jurusan yang tidak diminatinya, kemungkinan besar, ia tidakmelakukan eksplorasi diri selama menjalani perkuliahan sehingga potensi diri dan kemampuannya kurang berkembang secara optimal. Hal inilah yang bisa mengakibatkan dirinya dapat berakhir menjadi pengangguran akademis (Ali, 2018). Selain itu, ada dampak psikologis, yaitu stres dan jika berkepanjangan bisa menjadi depresi karena kesulitan menyesuaikan diri dalam proses belajar (Ali, 2018). Konsekuensi dari salah jurusan dapat berdampak bagi pelajar hingga negara. Hal ini dikarenakan pengangguran akademisdapat meningkatkan angka pengangguran yang berpengaruh pada ekonomi negara. Kualitas pendidikan juga dinilai tidak mampu menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan dan kemampuan yang berguna di dunia kerja.

 

Ketika pelajar memilih pindah jurusan, dampak negatif yang muncul, yaitu bertambahnya biaya dan waktu kuliah yang dikeluarkan. Meski, berpindah jurusan juga dapat berdampak positif, jika dapat membuat pelajar menemukan kepuasan yang tidak ditemui di jurusan sebelumnya. Walaupun setiap individu berproses dengan waktu dan cara yang berbeda-beda, penentuan jurusan kuliah dapat dipersiapkan sebaik-baiknya untuk menghindari salah jurusan di tengah masa perkuliahan. 

 

Memilih jurusan kuliah merupakan salah satu keputusan penting dalam hidup. Ini adalah keputusan yang akan mempengaruhi masa depan karier dan kehidupan seseorang. Tidak semua pelajar mampu melakukan pindah jurusan oleh karena perencanaan dalam menentukan jurusan kuliah perlu dilakukan pelajar agar pilihan yang dibuat merupakan hasil pertimbangan yang maksimal. Akhirnya, pastikan untuk memilih jurusan yang benar-benar sesuai dengan minat dan keinginanmu sendiri. Jangan terlalu dipengaruhi oleh keinginan orang lain atau tekanan dari lingkungan sekitar. Pilihlah jurusan yang benar-benar kamu sukai, agar kamu bisa menikmati proses belajar dan meraih kesuksesan di masa depan.

 

 

Referensi

 

Ali, R. (2018). "Wrong majors phenomenon": A challenge for Indonesia in molding globally competent human resources to encounter demographic dividend. JKAP (Jurnal Kebijakan Dan Administrasi Publik)22(1), 52. https://doi.org/10.22146/jkap.30242

Fahima, R. R., & Akmal, S. Z. (2018). Peranan Kebimbangan Karier Terhadap intensi Pindah Jurusan Kuliah Pada Mahasiswa. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi5(1), 83–94. https://doi.org/10.15575/psy.v5i1.1639

Meitasari, A., Mulia, E. C., Chasanah, L. I., & Kholili, M. I. (2021). Problematika Bimbingan Dan Konseling Bidang Karier PESERTA didik SMA: A systematic literature review (SLR). TERAPUTIK: Jurnal Bimbingan Dan Konseling5(1), 69–76. https://doi.org/10.26539/teraputik.51648

Nurhartanto, A., & Wengrum, T.D. (2021). Edukasi pemilihan jurusan kuliah melalui metode pemetaan bakat. ANDASIH Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 2(1), 33-39. E-ISSN: 2745-8938 

Sari, F. P. (2022). Education fair: Layanan Bimbingan Karier Dalam perencanaan studi Lanjut Siswa di tumbuh high school. Nusantara: Jurnal Pendidikan Indonesia2(3), 391–406. https://doi.org/10.14421/njpi.2022.v2i3-1