ISSN 2477-1686
Vol. 8 No. 20 Oktober 2022
Kondo Takon Sebagai Metode Resiliensi
Oleh:
Sidiq Rahmadi
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Setiap manusia hidup sudah pasti punya masalah. Masalah itu adalah ibarat soal yang harus dikerjakan, untuk menemukan jawaban yang tepat membutuhkan rumus yang tepat pula. Rumus untuk memahami masalah dalam diri dalam tulisan ini memilih kondo takon (tanya jawab) dengan dirimu sendiri untuk menemukan jawaban, sehingga nantinya kamu tau sejatinya dirimu dan dirimu yang sejati.
-S.R Notojiwo-
Problematika Teknologi
Aktifitas manusia di abad ini hampir banyak dihabiskan dengan teknologi. Teknologi yang ada membawa perubahan yang luar biasa sehingga sadar atau tidak membentuk kebiasaan dan kepribadian manusia. Sebuah kewajaran hidup berdampingan dengan teknologi karena kehidupan yang dialami di dunia nyata serasa semua ada didalam teknologi. Tetapi ada yang tidak ada dan tidak dimiliki teknologi yaitu aktifitas mental, aktifitas rasa, dan aktifitas fikir yang dialami individu. Walaupun teknologi menawarkan berbagai banyak pengetahuan tentang ketiganya tetapi teknologi tidak ikut serta mempengaruhi proses di dalam diri(internal) manusia. Teknologi menawarkan berbagai informasi yang sangat lengkap, tetapi apakah berbagai informasi itu mengtasai problematika yang ada. Terkadang malah memunculkan masalah baru.
Menyikapi teknologi yang ada, manusia harus sangat serius dan hati-hati, karena selain kebermanfaatan yang ditawarkan juga terdapat berbagai permasalahan yang muncul. Dampak teknologi menyebabkan seseorang menjadi makhluk individual, mempunyai ego yang tinggi, mudahnya menyalahkan, kurangnya rasa menghargai orang lain dan masih banyak lagi. Problematika yang muncul tentunya mempengaruhi kondisi kejiwaan. Fenomena baru-baru ini lagi marak dibicarakan dan dipertontonkan yang di namakan fenomena Flexing yaitu kebiasaan yang dilakukan seseorang untuk menunjukkan kekayaan yang dimilikinya lewat media sosial. Beberapa barang yang sering dipamerkan adalah saldo ATM, tumpukan uang, pakaian mahal, liburan ke luar negeri, tas mewah, mobil mewah, dan barang mewah lainnya.
Coba bertanya pada diri sendiri apa yang dirasa dan difikirkan ketika melihat tontotan yang disebutkan diatas. Pastinya memiliki rasa ingin memiliki, fikiran tentunya akan mempunyai beberapa gagasan yang bermacam-macam. Seandainya saya begini, mempunyai ini, dan bisa seperti itu. Apakah dengan kita ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain rasanya tenangan ?. Banyak pertanyaan yang dilontarkan didalam diri. Menghadapi problematika diatas tentunya perlu kita mempunyai resiliensi diri bagaimana kita bersikap baik-baik saja, tidak panik, khawatir, cemas, dan rasa ingin seperti orang lain.
Kondo Takon sebagai metode Resiliensi
Resiliensi menurut Reivich dan Shatte (2002) Kemampuan individu dalam mengatasi, melalui, dan kembali pada kondisi semula setelah mengalami kesulitan. Manusia jika mau menyadari adalah makhluk yang resilien karena masalah apapun yang dihadapi dapat terlewati walaupun harus melewati proses yang sulit, penuh tekanan. Mari kita ingat berbagai peristiwa perang dari zaman dahulu sampai sekarang tentang perang, kenapa manusia tidak punah? Padahal dampak perang sangat mengerikan, manusia masih saja hidup. Indonesia dijajah belanda beberapa tahun lamanya kenapa tidak punah orang-orang Indonesia. Jawabanya Salah satunya alasannya ialah karena sejatinya manusia adalah makhluk resilien. Manusia selalu bisa mengatasi kesulitan yang dihadapi.
Persoalanya bagaimana resiliensi itu disadari, dipahami dan benar-benar dirasakan oleh manusia ketika mengalami kesulitan. Salah satu tokoh jawa yaitu Ki Ageng Suryomentaram pangeran dari kraton jogja menemukan konsep yang dinamakan kondo takon yaitu bertanya dan menjawab. Problematika yang disebutkan diatas membuat kita timbul berbagai pertanyaan, tentunya kita juga bisa menemukan jawabanya. Pertanyaan identik dengan soal, soal membutuhkan jawaban. Ki Ageng Suryomentaram mengatakan bahwa ada dua entitas didalam diri manusia yaitu yang bertanya dan yang menjawab. Ketika masalah diri kita tentunya akan bertanya tentang masalah itu ketika pertanyaan itu dilontarkan pastinya si penjawab ini akan menjawab. Proses bertanya dan menjawab ini dinamakan mawas diri atau yang sering disebut intropeksi diri.Ketika seseorang selalu Kondo Takon ini salah satu metode untuk resiliensi. Jawaban yang membuat seseorang resiliensi mengarah kepada tujuan hidup yaitu sabutuhe (sesuai kebutuhan kita), sacukupe (sesuai cukup kita dalam kebutuhan), saperlune (sesuai keperluan kita), sabenere (apa yang dialami kita saat ini), seamestine (sesuai keadaan semestinya), sakpenake (sesuai enaknya kita dalam menjalani kehidupan). Ketika kita menyadari bahwa hidup yang menurut kita sesuai Nurani kita tanpa melihat keluar diri kita maksudnya tidak terpengaruh oleh orang lain kita akan sadar dengan adanya resiliensi sehingga kita dapat keluar dari problematika hidup yang dihadapi.
Selain tujuan hidup yang perlu disadari ialah bagaimana kita menyadari waktu sekarang, dalam kondisi apapun, menerima dengan ikhlas. Kesadaran ini dapat tercapai ketika seseorang mampu kondo takonterhadap dirinya sendiri. Metode ini salah satu yang dapat membuat seseorang merasakan kesadaran resiliensi sehingga nantinya dalam menghadapi masalah tidak serta merta mempunyai kesimpulan bahwa masalah itu berat dan menjadi beban. Tetapi menjawab semua masalah yang ada sehingga dalam menjalani kehidupan dapat tenang walaupun hidup berdampingan dengan teknologi.
Referensi :
Reivich, K., & Shatté, A. (2002). The resilience factor: 7 essential skills for overcoming life’s inevitableobstacles. Broadway books.