ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 17 September 2022

Westernisasi Dampak Globalisasi: 

Kajian Dari Kacamata Psikologi

 

Oleh:

Farid Hidayat, Ade Intan Lestari, Syifa Fauziah Azhari, & Dhani Irmawan

Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana Jakarta

 

Perkembangan globalisasi yang mempengaruhi semua bidang kehidupan manusia juga mempengaruhi perubahan budaya. Sebagaimana kita ketahui, globalisasi telah menjadi masalah yang mendapat banyak perhatian sejak akhir abad ke-20 hingga awal abad ke-21. Dalam proses globalisasi, batas-batas geografis suatu negara menjadi kabur sehingga proses globalisasi dapat mengancam eksistensi budaya suatu bangsa sebagaimana budaya lain dapat dengan mudah menyerbu kehidupan suatu bangsa. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh globalisasi terhadap difusi budaya semakin terlihat dengan berkembangnya teknologi informasi, sehingga difusi budaya tidak lagi harus melalui migrasi tetapi dapat berlangsung. Adanya akses internet memudahkan penyerapan budaya karena hampir semua orang terkoneksi dengan jaringan internet.

 

Media merupakan senjata utama dalam difusi budaya di era globalisasi karena media berperan sebagai agen difusi budaya massa dengan menjadi jembatan antara agen dan konsumen. Media merupakan saluran yang berpengaruh dalam penyebaran budaya dunia, yang secara langsung mempengaruhi perubahan gaya hidup masyarakat dan menjadikan masyarakat sebagai konsumen budaya. Begitu orang menjadi konsumen budaya baru, kemungkinan besar akan terjadi perubahan budaya yang ada di masyarakat tersebut. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian para ahli yang menyatakan bahwa media sering digunakan sebagai alat untuk perubahan sosial.

 

Era globalisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari oleh negara-negara di dunia dalam berbagai aspek kehidupan. Menolak dan menghindari globalisasi sama artinya dengan mengucilkan diri dari masyarakat internasionalKondisi ini tentu akan menyulitkan negara tersebut dalam menjalin hubungandengan negara lain. Globalisasi dalam konteks budaya selalu dikaitkan dengan dominasi negara barat yang dikenal dengan westernisasi. Globalisasi dan westernisasi sangat erat kaitannya, karena globalisasi itu sendiri merupakan proses atau strategi negara-negara barat untuk memperluas produk dan pengaruhnya, termasuk secara budaya. Oleh karena itu kita dapat mengatakan bahwa westernisasi adalah salah satu produk globalisasi. Menurut Antony Black, Westernisasi dimulai pada abad ke-18 (Black 2006). Namun di era globalisasi yang didominasi budaya Barat, muncul fenomena baru yaitu Hallyu atau gelombang Korea sebagai bentuk globalisasi budaya versi Asia (Valentinda & Istriyani, 2013).

 

Westernisasi yaitu pemujaan terhadap Barat yang berlebihan atau meniru kebudayaan barat dan mengimplementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Contohnya seperti meniru gaya busana, pergaulan, pola tingkah laku, maupun budaya. Westernisasi sudah terlihat jelas saat ini. Dimana model kehidupan manusia semakin melayang ke arah model modernis dengan penekanan pada sistem budaya Barat (Westernisasi), yang dipandang sebagai budaya modern atau sebagai alternatif dari budaya saat ini.Sementara itu, perlindungan terhadap arus pengaruh budaya sangat lemah di masyarakat, sehingga mereka mulai meninggalkan jati dirinya sebagai bangsa yang berbudi luhur, tanpa mengenal batas-batas ajaran agama dan moral budaya. Kondisi ini persis seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1982) bahwa suatu proses sosial yang terjadi ketika suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan bertemu dengan unsur-unsur kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan tersebut lambat laun diterima dan ditransformasikan ke dalam masyarakatnya sendiri.

 

Pengaruh budaya barat ini sudah sangat jelas berada di Indonesia. Yang dimana pola hidup masyarakat yang semakin lama semakin hanyut dalam budaya barat yang dianggap sebagai budaya masa kini. Secara geografis maupun budaya, Indonesia dan negara barat sangatlah berbeda, yang membuat tidak semua budaya negara barat dapat diimplementasikan dalam tatanan hidup bermasyarakat kita sehari-hari. Sorotan tajam adanya westernisasi ini adalah lunturnya kebudayaan dan identitas diri sebagai efek negatifnya.

 

Westernisasi mengubah kepribadian bangsa yang mandiri dan khas. Kemudian bangsa berubah menjadi boneka yang sepenuhnya meniru peradaban Barat. Beberapa efek yang dirasakan adalah :

 

1.   Misalnya cara berpakaian, tank top dipakai di luar negeri di musim panas, tapi di Indonesia untuk gaya di depan umum. Hal ini terjadi karena orang Indonesia malas untuk berubah. Mereka percaya bahwa pakaian yang diproduksi oleh Barat sesuai dengan budaya Timur yang dianut oleh masyarakat Indonesia kita.

 

2.   Pergaulan bebas, generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang seharusnya mampu mengambil alih kepemimpinan bangsa ini ke arah yang lebih baik di masa depan. Dalam penyiapan generasi muda juga sangat bergantung pada persiapan masyarakat yaitu keberadaan budaya. Ini termasuk pentingnya filter untuk perilaku negatif pada khususnya; alkohol, penggunaan obat-obatan terlarang, seks bebas dan lain-lain yang dapat menyebabkan HIV/AIDS. Saat ini, kebebasan berserikat telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Orang-orang muda dapat berinteraksi secara bebas antar jenis kelamin. Tidak jarang para remaja berciuman mesra di depan umum, terlepas dari masyarakat sekitar.

 

3.   Hilangnya nilai-nilai luhur dari budaya daerah di Indonesia Indonesia memiliki beragam senidan budaya. Dari Sabang sampai Merauke, masing-masing punya keunikan, kita bisa bangga dengan keragaman ini. Terutama budaya Indonesia yang memiliki corak tersendiri per daerah. Serta tarian, lagu, rumah adat, pakaian adat dan bahasa daerah. Namun seiring berjalannya waktu, tradisi budaya daerah mulai kehilangan nilai dan signifikansinya. Generasi muda masakini lebih suka mengikuti tren yang ada. Seolah tak ada lagi keinginan untuk melestarikan budaya luhur itu. Mereka lebih menyukai tarian modern seperti break dance daripada tarian tradisional seperti tari Kuda Lumping, reog, tari piring, tari Bedoyo, dll. Selain itu, mereka lebih suka menyanyikan lagu-lagu dari genre pop, rock, metal daripada lagu atau genre tradisional Indonesia seperti keroncong, campursari , dll.

 

Akan tetapi bagaimana dampak dari westernisasi ini apabila kita lihat dari kacamata psikologi? adanya westernisasi ini tentunya sangat berpengaruh terhadap pola pikir seseorang. Perubahan perilaku juga harusnya menjadi sorotan akibat dari adanya westernisasiPola pikir masyarakat yang cenderung terdampak, tidak hanya dapat mengubah jiwa nasionalisme akan tetapi dapat merubah perilaku dalam bermasyarakat.

Seseorang akan sangat berdampak secara psikologis apabila sering mendapat asupan audio visual secara intens. Padahal westernisasi semakin menjamur akibat dari perkembangan teknologi informasi. Selain itu, masyarakat sekarang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bermain gadget. Hal inilah yang semakin mudah budaya barat berkembang pada masyarakat kita. Anggapan akan bangsa kulit putih lebih baik dari kita membuat apa yang mereka lakukan menjadi suatu panutan untuk kita.

 

Apabila kita melihat kondisi geografis maupun budaya, padahal tidak semua budaya barat dapat kita terapkan. Perilaku individualis menjadi salah satu dampak dari westernisasi. Ciri khas perilaku suka gotong royong dan saling membantu kian terkikis dengan timbulnya sifat individualis. Dalih tidak ingin mencampuri urusan orang kita enggan untuk bersimpati dengan orang lain. 

 

Solusi Masalah Westernisasi di Indonesia. Ada solusi yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah westernisasi yaitu :

1.    Pancasila menjadi pedoman untuk masyarakat indonesia.

2.    Menerapkan Bhineka Tunggal Ika pada kehidupan berbangsa dan benegara.

3.    Menurunkan Seni dan budaya sebuah daerahke generasi-generasi selanjutnya.

4.  Pemerintah dan masyarakatnya harus ikut andil untuk pelestarian budaya daerahnya, dan membuat kesenian itu menjadi daya tarik bagi warga asing.

5.    Pemerintah mempromosikan seniman lokal untuk melestarikan budaya daerahnya.

 

 

REFERENSI:

 

Black, A. (2006)Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Nabi Hingga Masa Kini. Alih Bahasa Abdullah Ali. Jakarta: Serambi.

 

Koentjaraningrat. (1982)Pengantar Antropologi. Jakarta: Penerbit Aksara Baru.

 

Valentinda, A. & Istriyani, R. (2013). “Gelombang Globalisasi Ala Korea Selatan”Jurnal Pemikiran Sosiologi,2(2), 71-86. Doi: 10.22146/jps.v2i2.30017.