ISSN 2477-1686
Vol. 8 No. 17 September 2022
Menari Dan Kesehatan Mental
Oleh:
Wahyuni Kristinawati & Dorlin Sabereti Naklui
Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menurut The World Health Organization (WHO, 2004) kesehatan mental merupakan kondisi individu yang sejahtera dari kesadaran akan potensi dirinya sendiri serta mampu mengatasi kehidupan yang normal, dapat bekerja dengan normal dan mampu memberikan kontribusi bagi lingkungan sekitar. Individu yang sehat secara mental mampu melakukan aktivitasnya sehari-hari dengan tentram dan tenang (Jalaluddin, 2015). Faktanya kita dapat menemukan masalah mental di dalam masyarakat. Terdapat 450 juta orang yang menderita gangguan mental di seluruh dunia (Silva & Sobarzo-Sánchez, 2019). Di wilayah WHO regional Asia Pasifik (WHO SEARO) jumlah kasus gangguan depresi terbanyak di India (4,5% dari jumlah populasi), angka yang tidak terlalu jauh dari data di Indonesia sebanyak 3,7% dari populasi (Ayuningtyas & Rayhani, 2018).
Fenomena di atas menunjukkan bahwa berbagai cara perlu dieksplorasi untuk meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan mengantisipasi masalah kesehatan mental. Upaya yang dilakukan untuk menjaga kesehatan mental seperti yoga (Rudiarta, 2021), penyuluhan kesehatan mental (Rohayati,2021), melakukan ibadah (Reza, 2015) dan menari (Sivva dkk, 2015). Tulisan ini akan berfokus pada kegiatan menari sebagai salah satu kegiatan rekretif yang dapat mengembangkan kesehatan fisik dan mental inidividu.
Menari merupakan gerakan tubuh yang indah dengan irama musik yang lahir dari tubuh yang bergerak (Jazuli, 2008). Menari juga sebagai wujud ekpresi pikiran, kehendak perasaan dan pengalaman manusia yang dituangkan dalam media gerak.
Menari bagi kebanyakan orang hanyalah sebuah hobi yang dilakukan untuk mengisi waktu luang untuk bisa mendapatkan kesenangan tersendiri saat melakukannya. Menari tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik tetapi sangat bermanfaat bagi kesehatan mental seseorang.
Dalam seni tari terdapat tiga unsur utama yang perlu diketahui dan dipahami oleh penari yaitu wiraga, wirama dan wirasa (Maryani, 2007). Wiraga berkaitan dengan daya ingat para penari bagaimana dapat memiliki kemampuan dalam menonjolkan gerakan tubuh seperti berdiri atau duduk serta bagaimana para penari mampu menguasai berbagai teknik gerakan. Selain itu, ketepatan waktu dalam melakukan gerakan tubuh juga sangat diperhatikan. Wirama berkaitan dengan gerakan tubuh yang dihasilkan harus sesuai dengan irama musik seperti pesan yang disampaikan adalah rasa sedih maka gerakan yang ditampilkan harus beriringan sedih dengan irama musik yang sedih. Hal ini, begitu penting karena melalui irama iringan musik yang disertakan gerakan tari dapat memuncul rasa dan emosi. Wirasa dalam seni tari berkaitan dengan pesan-pesan atau ekspresi dari penari yang disampaikan melalui gerakan tubuh. Sering berlatih dengan baik, seorang penari akan mampu mendapatkan wirasa yang diharapkan.
Manfaat menari bagi kesehatan mental
Selain karena hobi, menari juga merupakan salah satu jenis latihan fisik yang baik untuk kesehatan fisik karena dapat meningkatkan kebugaran fisik, kognisi, afektif, dan fungsi sosial serta meningkatkan sirkulasi oksigen darah ke otot dan otak, (Rahmawati, dkk., 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Sivva dkk, (2015) mengungkapkan menari, inidvidu dapat mengatasi atau mengurangi masalah mental seperti depresi, kecemasan dan trauma, kemungkinan karena dengan menari berkurang tekanan dalam diri dan berkembang kemampuan berpikir seseorang (Handayaningrum, 2020). Penelitian lainnya dari Maraz, Kiraly, Urban, Griffiths, Demtrovics (dalam Rahmawati, dkk., 2018) yang membahas tentang motivasi untuk menari menunjukkan bahwa orang dewasa yang menari dapat mengalami peningkatan suasana hati, kebugaran, kepercayaan diri, penguasaan dan bersosialiasi dengan orang lain. Menari juga dapat memberi manfaat dalam membantu meningkatkan kualitas hidup dan ketrampilan interpersonal seperti mampu bekerja sama dalam tim dan mampu bersosialisasi (Jayanti, 2020). Salah seorang terapis fisik Anna Duberg dari University Hospital Swedia, melalui penelitiannya mengungkapkan bahwa menari dapat memberi ketenangan dalam diri individu bahkan dapat membantu perempuan menyelesaikan masalah sehari-hari(Duberg dkk, 2016). Wiraga, wirama, dan wirasa dalam tarian dapat memberikan pengaruh positif terhadap pembentukan karakter individu seperti religiusitas, kejujuran, tanggung jawab, kerja sama, toleransi, disiplin dan kreativitas (Riyaningsih dkk, 2018).
Bagi lansia, menari dapat membantu menimbulkan rasa sejahtera dan bahagia sehingga dapat membantu mempertahankan fungsinya sebagai lansia (Douka dkk, 2019). Bahkan bagi individu berkebutuhan khusus seperti autism, menari dapat menjadi pilihan yang efektif untuk mendukung pengasuhan anak-anak dengan spektrum autisme (Aithal dkk, 2019).
Sitras Anjilin, seorang seniman tari yang juga petani di Padhepokan seni Tutup Nyisor Kabupaten Magelang mengatakan bahwa menari dapat membantu melepaskan rasa lelah seusai bekerja di ladang (wawancara pribadi, 27 Januari 2022). Menurut Sitras, menari dengan penuh penghayatan dapat menenangkan hati dan pikiran. Penari lain di Padhepokan yang sama, Setiyoko (wawancara pribadi, Setiyoko 35 Tahun : 29 Januari 2022), juga menyatakan bahwa menari dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan meredakan stress. Disamping itu juga salah satu penari wanita di Padepokan ( Nadia, 25 Tahun: Wawancara pribadi 28 Januari 2022) mengatakan bahwa dengan menari dapat membantu suasana hati dan pikiran menjadi tenang dan memberi tujuan meningkatkan rasa kebersamaan. Hal ini juga selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Walton dkk, (2022) yang mengatakan bahwa dengan menari, individu dapat memberi kontribusi positif bagi kemampuan fisik, kognisi dan suasana hati serta dapat meningkatkan kontak sosial antara peserta yang tujuannya untuk mengembangkan rasa kebersamaan
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa menari merupakan salah satu kegiatan yang jika dilakukan oleh setiap individu dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik dan mental.
Referensi:
Aithal, S., Karkou, V., Kuppusamy, G., & Mariswamy, P. (2019). Backing the backbones—a feasibility study on the effectiveness of dance movement psychotherapy on parenting stress in caregivers of children with autism spectrum disorder. The Arts in Psychotherapy, 64, 69-76.
Ayuningtyas, D., & Rayhani, M. (2018). Analisis situasi kesehatan mental pada \ masyarakat di Indonesia dan strategi penanggulangannya. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(1), 1-10.
Douka, S., Zilidou, V. I., Lilou, O., & Manou, V. (2019). Traditional dance improves the physical fitness and well-being of the elderly. Frontiers in aging neuroscience, 75.
Duberg, A., Möller, M., & Sunvisson, H. (2016). “I feel free”: Experiences of a dance intervention for adolescent girls with internalizing problems. International journal of qualitative studies on health and well-being, 11(1), 31946.
Jazuli, M. (2008). Pendidikan Seni Budaya Suplemen Pembelajaran Tari. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Maryani, D. (2007). Wiraga Wirama Wirasa Dalam Tari Tradisi Gaya Surakarta. Gelar: Jurnal Seni Budaya, 5(1).
Rahmawati, R. R., Wibowo, B. Y., & Lestari, D. J. (2018). Menari sebagai media dance movement Therapy (DMT). Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni), 3(1).
Reza, I. F. (2015). Efektivitas pelaksanaan ibadah dalam upaya mencapai kesehatan mental. Psikis: Jurnal Psikologi Islami, 1(1), 105-115.
Rohayati, N. (2021). Peberdayaan Masyarakat melalui Penyuluhan Kesehatan Mental sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan Mental Masyarakat Desa Srikamulyan. Prosiding Konferensi Nasional Penelitian Dan Pengabdian Universitas Buana Perjuangan Karawang, 1(1), 1671-1678.
Rudiarta, I. W. (2021). Yoga Sebagai Upaya Mencapai Kesehatan Mental (Kajian Yoga Sutra Patanjali). Genta Hredaya: Media Informasi Ilmiah Jurusan Brahma Widya STAHN Mpu Kuturan Singaraja, 5(1), 57-66.
Riyaningsih, E., Maryono, M., & Harini, H. (2018). Establishment of Learners’ Character Through Learning Traditional Dance in Senior High School. Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 18(1), 13-27.
Silva, A. S., & Sobarzo-Sánchez, E. (2019). “Nutritional Psychiatry: Evidence of the Role of Foods in Mental Health” Part 1. Current Pharmaceutical Biotechnology, 20(2), 98-99.
Walton, L., Domellöf, M. E., Åström, Å. N., Elowson, Å., & Neely, A. S. (2021). Digital Dance for People With Parkinson's Disease During the COVID-19 Pandemic: A Feasibility Study. Frontiers in Neurology, 12.
World Health Organization. (2004). Promoting mental health: Concepts, emerging evidence, practice: Summary report. World Health Organization.