ISSN 2477-1686
Vol. 8 No. 18 September 2022
Jika Psikologi Sosial Lahir Di Indonesia: Peristiwa–Peristiwa Yang Mungkin Mewarnai Kelahirannya
Oleh:
Eko A Meinarno & Fiqi Adam Pamungkas
Universitas Indonesia
Pengantar
“Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”, sebuah ungkapan yang dikatakan oleh Soekarno. Hal ini nyatanya memiliki makna yang cukup besar, tidak hanya sekedar menghargai tetapi tentang bagaimana kita mampu menilik proses yang ada dari setiap sejarah itu sendiri. Tidak terkecuali sejarah dari lahirnya suatu ilmu pengetahuan seperti psikologi sosial. Setiap penulis mengajar kuliah psikologi sosial secara perdana tentu tidak terlepas dari materi tentang sejarah psikologi sosial. Materi ini secara garis besar menceritakan beda (tipis) antara psikologi (umum) dan psikologi sosial. Sebagaimana psikologi, psikologi sosial jugadimulai dengan adanya penelitian awal yakni penelitian dari Norman Triplett (1898). Riset ini yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian-penelitian psikologi sosial yang menjadi klasik, seperti riset LaPiere (1934), Kurt Lewin, Solomon Asch dll.
Selain dalam sudut pandang peneliti-peneliti awal, psikologi sosial juga cukup sensitif terhadap perkembangan sosio-historis. Sebagai contoh adalah kejadian Perang Dunia II yang berdampak pada munculnya ide-ide penelitian. Beberapa diantaranya adalah kajian riset Solomon Asch, Zimbardo, dan Millgram. Bahkan riset ini berdampak pada etika penelitian psikologi sosial juga.
Kemunculan gejala sehari-hari juga tak lepas memicu banyaknya kajian awal psikologi sosial. Satu diantaranya adalah muncul teori tingkah laku prososial karena kejadian pembunuhan dengan kekerasan seksual pada Kitty Genovese (Darley & Latané, 1968). Juga pada proses pengambilan keputusan para pejabat pemerintahan Amerika Serikat saat menghadapi Kuba dan Vietnam. Beberapa fakta ini dapat menjadi dasar berpikir bahwa psikologi sosial yang beraliran Amerika Serikat, cenderung sensitif pada gejala dan dengan relatif cepat menjawabnya dengan konsep dan teori psikologi sosial yang relatif mendobrak sekaligus solusinya.
Indonesia
Seiring menyebarnya ilmu psikologi, Indonesia menjadi salah satu negara yang ‘terkena’ persebaran tersebut. Hal ini tentu mendukung bahwa banyak sekali sejarah yang dapat memicu atau melatarbelakangi fenomena psikologi sosial. Kebutuhan psikologi di Indonesia untuk membangun sejarahnya sendiri merupakan satu kebutuhan (Meinarno & Saleh, 2021). Modal untuk sejarah psikologi sosial Indonesia adalah tahun 1953 yang menandakan dimulainya pendidikan psikologi pertama (lihat Santoso, 1994). Perhatian terhadap perkembangan psikologi sosial justru dilakukan oleh peneliti luar negeri seperti Van der Kroef (1962).
Tentu sejarah masing-masing menjadi penting untuk diungkap. Sebagai pemicu, penulis merujuk pembagian linimasa dari Meinarno dan Ranakusuma (2021) yakni berdasarkan empat era. Keempat era itu adalah era kemerdekaan-orde lama (1950-1970), era Orde baru dan Pembangunan (1971-1997), era Reformasi (1998-2001), dan era Milenial (2002-sekarang). Pembagian era ini berdasar pemahaman bahwa adanya perubahan sosial yang melingkupi Indonesia.
Metode
Penulis melakukan sebuah riset kecil dan sederhana. Dalam satu kelas psikologi sosial di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tahun ajar 2021. Mereka diberi pertanyaan terbuka yakni “Jika Anda dapat membuat lini masa dan penjelasannya apa saja momentumnya?”
Peserta yang menjawab adalah 39 mahasiswa. Dari hasil itu 21 tema yang muncul. Langkah pertama adalah penulis menuliskannya secara acak yang kemudian diurutkan berdasar masa waktunya. Langkah kedua, penulis mencoba membaginya dalam dua hal, pertama merujuk pada lini masa. Kedua dengan memperhatikan gejala sosial budaya yang telah diketahui bersama. Gejala semua dimasukkan berdasar linimasa. Selanjutnya melakukan pemisahan pada gejala-gejala yang tidak relevan.
Hasil
Linimasa
Dalam temuan ini diketahui bahwa partisipan memberi rentang waktu yang cukup panjang dalam keberadaan psikologi sosial di Indonesia. Ada yang mulai dari sekitar abad VII masehi, sampai era Presiden Megawati Sukarnoputri. Dengan demikian proses ini terjadi selama 14 abad. Walau demikian mengenai hal ini tentu perlu ada penegakan ilmiah lebih lanjut. Namun penelitian ini merujuk pada linimasa Meinarno dan Ranakusuma, maka masa sebelum kemerdekaan tidak dimasukkan dalam pengolahan lebih lanjut.
Gejala Sosial Budaya
Merujuk pada penggunaan linimasa Meinarno dan Ranakusuma (2021) maka data gejala sosial budaya yang akan diolah adalah yang masuk dalam rentang tahun 1945 sampai sekarang. Dari banyak gejala yang muncul, gejala yang masuk dalam rentang waktu dan dianggap dapat menjadi gejala penting bagi kelahiran psikologi sosial di Indonesia didapat temuan sebagai berikut.
● Indonesia dalam PD II
● Keadaan Pasca PD II
● Keberagaman Indonesia dan masyarakat majemuk
- Keberagaman
- Masyarakat Majemuk dan multikultural
c. Perbedaan ras, etnis, suku, dan agama
● Stereotip dari beberapa etnis di Indonesia
● Peristiwa G 30 S/PKI: Menentukan tahanan yang dianggap anggota PKI, kemiripan dengan perlakuan Adolf Hitler.
● Peristiwa demonstrasi mahasiswa tahun 1966
● Ajaran tradisional dan agama mengenai interaksi manusia dalam konteks sosial di Indonesia: Menghasilkan proses asimilasi oleh presiden keempat kepada etnis Tionghoa
● Kondisi ekonomi dan politik yang terjadi di Indonesia
Linimasa |
Gejala Sosial |
Era kemerdekaan-orde lama (1950-1970) |
● Indonesia dalam PD II ● Keadaan Pasca PD II |
Era Orde baru dan Pembangunan (1971-1997) |
● Keberagaman Indonesia dan masyarakat majemuk a. Keberagaman b. Masyarakat Majemuk dan multikultural c. Perbedaan ras, etnis, suku, dan agama ● Stereotip dari beberapa etnis di Indonesia ● Peristiwa G 30 S/PKI: Menentukan tahanan yang dianggap anggota PKI, kemiripan dengan perlakuan Adolf Hitler (terhadap Yahudi). ● Peristiwa demonstrasi mahasiswa tahun 1966 |
Era Reformasi (1998-2001) |
● Ajaran tradisional dan agama mengenai interaksi manusia dalam konteks sosial di Indonesia: Menghasilkan proses asimilasi oleh presiden keempat kepada etnis Tionghoa |
Era Milenial (2002-sekarang) |
● Kondisi ekonomi dan politik yang terjadi di Indonesia |
Diskusi
Hasil penelitian yang tertuang pada tabel menunjukkan gejala-gejala sosial yang menurut peserta paling mungkin menjadi pemicu tema-tema psikologi sosial jika lahir di Indonesia. Temuan ini belum membawa pada ‘teori apa?’ yang akan muncul, namun masih pada tahap gejala yang mirip saja. Seperti lahirnya konsep bystander yang muncul dari peristiwa Kitty Genovese. Lebih lanjut, jika ditelaah secara mendalam dari gejala hingga menjadi ‘apa yang terbentuk?’ hal ini akan berpotensi menjadi menjadi arena kajian baru.
Akan tetapi, hasil ini belum memberi arah simpulan. Setidaknya ada dua faktor utama yang memengaruhi yakni Perang Dunia II dan masalah internal Indonesia. Perang Dunia II memang mewarnai latar penelitian-penelitian klasik psikologi sosial (Alcock & Sadava, 2014; Sarwono & Meinarno, 2018). Selain itu, jika kita melihat kembali pada tabel yang ada beberapa fenomena dari setiap faktor memiliki waktu kejadian yang bersamaan atau bahkan terjadi setelah satu fenomena—seperti era kemerdekaan yang terjadi setelah Indonesia mengalami dampak dari PD I dan PD 2. Hal ini memungkinkan adanya pengaruh satu sama lain.
Meski demikian, kedua faktor yang secara tidak langsung berfokus pada pembahasan mengenai latar internal Indonesia semisal keberagaman masyarakat dan prasangka, ini juga telah diajukan oleh El Hafiz (2018). Dalam artikelnya ia memberi ruang banyak tentang fenomena yang unik (khas) Indonesia. Temuan penelitian ini menjadi penguat bahwa kekhasan sebuah bangsa bisa jadi menghasilkan ide-ide baru, karena cara mengatasi satu masalah oleh satu kelompok belum tentu sama dilakukan oleh kelompok lainnya.
Temuan dari penelitian sederhana ini juga belum dapat melihat hubungan faktor global pasca-PD II dan kondisi riil Indonesia saat ini. Keadaan ini berbeda dengan cara Alcock dan Sadava (2014) yang telah mampu melihat isu globalisasi yang berdampak pada kehidupan sosial masyarakat di tiap negara misalnya COVID-19 (penelitian sederhana ini dilakukan di tengah masa pandemi yang tidak terbayangkan sebelumnya). Penulis berharap, banyak teori yang muncul dari berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia, tidak hanya pada fenomena di masa lalu namun juga pada saat ini.
Bukan Penutup
Tulisan ini jika diibaratkan pada satu lembar kertas tentang sejarah psikologi, khususnya psikologi sosial mungkin hanya potongan kecil di pojok kanan bawah. Masih sangat dibutuhkan upaya kajian yang lebih, khususnya dari para peneliti psikologi yang beraliran sejarah. Dan penulis masih akan melanjutkannya secara perlahan, tapi pasti.
Referensi:
Alcock, J., Sadava, S. (2014). An introduction to social psychology: Global perspectives. Sage.
Darley, J. M., & Latané, B. (1968). Bystander intervention in emergencies: diffusion of responsibility. Journal of personality and social psychology, 8(4p1), 377.
El Hafiz, S. (2018). Pendahuluan. Psikologi Sosial: Pengantar dalam Teori dan Penelitian. Salemba Humanika. Jakarta.
LaPiere, R. T. (1934). Attitudes vs. actions. Social forces, 13(2), 230-237.
Meinarno, EA., Saleh, AY. (2021). Hitler Hilang dalam Sejarah? Perlunya Pemahaman Sejarah Perkembangan Ilmu Psikologi di Indonesia. Buletin KPIN Vol. 7 No. 10 Mei 2021. https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/831-hitler-hilang-dalam-sejarah-perlunya-pemahaman-sejarah-perkembangan-ilmu-psikologi-di-indonesia.
Meinarno, EA., Ranakusuma, OI. Memulai Pemahaman Sejarah Psikologi di Indonesia. Buletin KPIN Vol. 7 No. 24 Des 2021. https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/939-memulai-pemahaman-sejarah-psikologi-di-indonesia.
Meinarno, EA., Saleh, AY. (2022). Sejarah Psikologi Sosial Kita Bagaimana? Buletin KPIN Vol. 8 No. 11 Juni 2022. https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1054-sejarah-psikologi-sosial-kita-bagaimana
Santoso, SI. 1994. Warna-warni pengalaman hidup R. Slamet Iman Santoso. Penyunting Boen S Oemarjati. UI Press. Jakarta.
Sarwono, SW., Meinarno, EA. (2018). Pengantar Psikologi Sosial. Dalam Psikologi sosial. Edisi kedua. Penyunting Eko A Meinarno dan Sarlito W Sarwono. Salemba Humanika. Jakarta.
Triplett, N. (1898). The dynamogenic factors in pacemaking and competition. The American journal of psychology, 9(4), 507-533.
Van der Kroef, J. M. (1962). A Social-Psychological Approach to Problem Areas in Indonesia. American Behavioral Scientist, 5(10), 19-22.