ISSN 2477-1686
Vol. 8 No. 18 September 2022
Otonomi Pada Korban Online Monitoring Saat Menjalani Relasi Romantis Di Usia Emerging Adulthood
Oleh:
Samantha Georgine T’sidkenu Widjaja & Fransisca Rosa Mira Lentari
Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Relasi Romantis pada Individu Emerging Adulthood
Survei Indikator Kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN pada tahun 2014 menunjukan lebih dari setengah persen remaja Indonesia, yakni sebanyak 77% remaja pria dan 76% remaja wanita pernah menjalin relasi romantis atau berpacaran atau berkencan (Ohee & Purnomo, 2018). Salah satu tugas perkembangan usia remaja adalah mempelajari relasi romantis, akan tetapi Arnett (dalam Bravo, Connolly, & McIsaac, 2017) melakukan spesifikasi terhadap tahapan usia remaja, yang disebut sebagai emerging adulthood atau tahap perkembangan usia 18-25 tahun dari periode remaja akhir menuju dewasa awal. Menurut Erikson (dalam Feist, Feist, & Roberts, 2018) emerging adulthood termasuk ke dalam tahapan perkembangan identitas melawan kebingungan identitas (identity versus confusion) menuju tahapan perkembangan keintiman melawan isolasi (intimacy versus isolation). Emerging adulthood biasanya mendiskusikan masalah secara bertahap sampai dapat mencapai kompromi, mengevaluasi relasi dengan kritis, serta mempertimbangkan ulang kualitas pasangan (Norona, Roberson, & Welsh, 2017). Selain itu, situs jejaring sosial atau media sosial juga digunakan untuk membantu komunikasi dan pertukaran informasi, dengan maksud mengurangi berbagai ketidakpastian dalam relasi (Fox & Warber, 2014; Manalu, 2017; Widyawati, 2020).
Emerging adulthood terlihat semakin bergantung dengan media sosial, karena tugas perkembangan utamanya adalah membentuk koneksi sosial yang sehat. Berdasarkan data dari Internet World Stats pada tahun 2019 (dalam Mawardah, 2019), Indonesia merupakan negara kelima yang menggunakan internet terbanyak dari seluruh negara di dunia. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan bahwa pengguna internet di Indonesia sampai tahun 2017 mengalami peningkatan signifikan setiap tahunnya. Pada tahun 2017, tercatat sebanyak 143,26 juta pengguna internet di Indonesia dengan 87,13% berinteraksi melalui media sosial, mulai dari usia 13-18 tahun sebanyak 16,68% dan usia 19-34 tahun sebanyak 49,52%. Total presentase menunjukkan seluruh usia remaja dan emerging adulthoodtermasuk ke dalam kategori mayoritas pengguna media social, sehingga benar bahwa emerging adulthoodmerupakan “penduduk asli digital” sebagai generasi yang menggunakan media sosial sejak dini (Coyne, Padilla-Walker, & Howard dalam Bjornsen, 2018).
Media Sosial dan Online Monitoring
Menurut Utz dan Beukeboom (2011) juga Frampton dan Fox (2021), media sosial mempromosikan perilaku pemantauan dan memberikan ruang bagi pasangan untuk melakukan online social information seeking, yaitu saat individu secara sengaja mencari data pribadi tentang seseorang berdasarkan pengalaman pribadi dirinya dengan orang tersebut. Online social information seeking memiliki banyak jenis dan konsep tergantung dengan motivasi dan konteks tertentu (Ouwerkerk & Johnson, Tokunaga dalam Frampton & Fox, 2021). Salah satunya adalah online monitoring yang dapat diartikan sebagai pemeriksaan interaksi pasangan secara daring untuk melihat apa yang dikomunikasikan dan dengan siapa ia terhubung (Stewart, Dainton, & Goodboy, 2014). Lukacs dan Quan-Haase (2015) menyatakan bahwa online monitoring berguna untuk menyaring potensi minat cinta lain dan menilai kesetiaan pasangan, namun tidak dapat dipungkiri beberapa penemuan menunjukkan reaksi negatif seperti mengikis perasaan privasi, dan dapat dianggap sebagai ancaman terhadap kebebasan dan otonomi diri (Willems, Finkenauer, dan Kerkhof (2020). Menurut Derby, Knox, dan Easterling (dalam Klettner, Luo, & Tine, 2020), secara khusus korban mengalami dampak lebih besar dibandingkan pelaku, karena terungkapnya sejumlah informasi pribadi yang sensitif dan menyebabkan adanya pelanggaran dan ancaman serius terhadap otonomi diri.
Korban online monitoring pernah mendapatkan perlakuan seperti diperiksa akun media sosial secara berlebihan, dituntut kata sandi akun media sosial, dikontrol akun teman, serta dihapus mantan pasangan dari akun media sosialnya (Stonard, Bowen, Walker, & Price, 2017). Utz dan Beukeboom (2011) juga menyatakan mereka pernah diperiksa profil secara teratur, dilihat halaman profil dengan kecurigaan terhadap aktivitas, dipantau aktivitas di media sosial, serta teman dari pasangannya untuk mempermudah pemantauan. Mereka setidaknya mengalami satu perilaku ketika menjalani relasi romantis dengan kemungkinan sangat tinggi untuk mengalami seluruh perilaku (Utz & Beukeboom, 2011; Stonard, Bowen, Walker, & Price, 2017). Hasil penelitian Tokunaga (2016) menyatakan individu dapat disebut sebagai korban online monitoring ketika merasa pasangan relasi romantis mulai kehilangan perhatian dan niat, serta lebih memiliki keinginan untuk mengontrol dalam relasi romantis. Selain itu, ketika frekuensi komunikasi menjadi berlebihan dalam arti setiap saat bertanya sampai menjadi menjengkelkan, menambah masalah kepercayaan, dan membenarkan keinginan untuk memantau, serta tanggapan lebih mengarah kepada kecemasan sehingga mengalami ketidakamanan emosional dan merasa kesal (Stonard, Bowen, Walker, & Price, 2017).
Apa yang perlu dilakukan?
Kemampuan untuk membuat keputusan dan berperan sesuai keputusan dalam relasi romantis masih perlu diusahakan para emerging adulthood dalam rangka memenuhi kebutuhan otonomi mereka (Shulman & Connolly, 2013; Norona, Olmstead, & Welsh, 2017). Hal ini dikarenakan otonomi berperan penting demi tercapainya intimacy secara khusus pada tahapan emerging adulthood sesuai teori perkembangan Erikson (dalam Marcia & Josselson, 2013; Feist, Feist, & Roberts, 2018). Menurut Barry, Lawrence, dan Langer (dalam Bravo, Connolly, & McIsaac, 2017), pemeliharaan otonomi pribadi dalam konteks hubungan intim sangat penting demi umur hubungan tersebut. Emerging adulthood juga mengalami lebih banyak tantangan yang melibatkan pengaturan diri daripada remaja, sehingga secara bersamaan menawarkan lebih banyak ruang yang lebih besar bagi otonomi untuk berkembang (Liga et al., 2017). Di saat yang sama, orang-orang di sekitar emerging adulthood sangat berpengaruh pada perkembangan otonomi. Kemudian, durasi perilakubertukar kata sandi media sosial dan online monitoring diberhentikan memainkan peran agar dampak negatif semakin sedikit. Selain itu, perlu untuk mengurangi perbandingan antar perempuan dan laki-laki yang dapat membedakan perkembangan otonomi selama emerging adulthood juga, seperti menekankansifat individualitas lebih kepada laki-laki (Scabini et al. dalam Liga et al., 2017). Otonomi dibutuhkan emerging adulthood untuk mengurangi pertahanan diri, menjadi terbuka, lebih ingin merawat maupun mendukung kebutuhan satu sama lain, serta memiliki komunikasi yang sehat (Hodgins & Knee, Knee et al. dalam Hadden, Rodriguez, Knee, & Porter, 2015; Anderson, 2019).
Referensi:
Anderson, J. R. (2019). Inviting autonomy back to the table: The importance of autonomy for healthy relationship functioning. Journal of Marital and Family Therapy, 46(1), 3-14. doi: 10.1111/jmft.12413
Bjornsen, C. (2018). Social media use and emerging adulthood. Emerging Adulthood: Current Trends and Research, 223-261. https://www.researchgate.net/profile/Chris-Bjornsen/publication/324542908_Social_Media_Use_and_Emerging_Adulthood/links/5ad4a037a6fdcc293580869b/Social-Media-Use-and-Emerging-Adulthood.pdf
Bravo, V., Connolly, J., & McIsaac, C. (2017). Why did it end? Breakup reasons of youth of different gender, dating stages, and ages. Emerging Adulthood, 5(4), 230-240. https://doi.org/10.1177/2167696817700261
Feist, J., Feist, G. J. & Roberts, T. (2018). Theories of personality (9th ed.). McGraw-Hill Education.
Fox, J., & Warber, K. M. (2014). Social networking sites in romantic relationships: Attachment, uncertainty, and partner surveillance on Facebook. Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 17(1), 3-7. https://doi.org/10.1089/cyber.2012.0667
Frampton, J. R., & Fox, J. (2021). Monitoring, creeping, or surveillance? A synthesis of online social information seeking concepts. Review of Communication Research, 9, 1-42. https://rcommunicationr.org/index.php/rcr/article/view/75
Hadden, B. W., Rodriguez, L. M., Knee, C. R., & Porter, B. (2015). Relationship autonomy and support provision in romantic relationships. Motivation and Emotion, 39(3), 359-373. http://selfdeterminationtheory.org/wp-content/uploads/2015/12/Hadden_Rodriguez_Knee_Porter_20151.pdf
Klettner, A. M., Luo, S., & Tine, J. (2020). Cognitive, emotional, and behavioral reactions to snooping: The role of attachment characteristics. Psychological Reports, 123(6), 2147-2172. https://doi.org/10.1177/0033294119860259
Liga, F., Ingoglia, S., Inguglia, C., Lo Coco, A., Lo Cricchio, M. G., Musso, P., ... & Gutow, M. R. (2017). Associations among psychologically controlling parenting, autonomy, relatedness, and problem behaviors during emerging adulthood. The Journal of Psychology, 151(4), 393-415. http://dx.doi.org/10.1080/00223980.2017.1305323
Lukacs, V., & Quan-Haase, A. (2015). Romantic breakups on Facebook: new scales for studying post-breakup behaviors, digital distress, and surveillance. Information, Communication & Society, 18(5), 492-508. https://doi.org/10.1080/1369118X.2015.1008540
Manalu, S. R. (2017). Penggunaan media sosial dalam dinamika hubungan pacaran: Studi terhadap penggunaan instagram pada pasangan berpacaran. Interaksi Online, 5(4), 1-10. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-online/article/view/17472
Marcia, J., & Josselson, R. (2013). Eriksonian personality research and its implications for psychotherapy. Journal of Personality, 81(6), 617-629. DOI: 10.1111/jopy.12014
Mawardah, M. (2019). Adiksi internet pada masa dewasa awal. Jurnal Ilmiah Psyche, 13(2), 108-119. https://journal.binadarma.ac.id//index.php/jurnalpsyche/article/view/705.
Norona, J. C., Olmstead, S. B., & Welsh, D. P. (2017). Breaking up in emerging adulthood: A developmental perspective of relationship dissolution. Emerging Adulthood, 5(2), 116-127. https://doi.org/10.1177/2167696816658585
Norona, J. C., Roberson, P. N., & Welsh, D. P. (2017). “I learned things that make me happy, things that bring me down” lessons from romantic relationships in adolescence and emerging adulthood. Journal of Adolescent Research, 32(2), 155-182. https://doi.org/10.1177/0743558415605166
Ohee, C., & Purnomo, W. (2018). Pengaruh status hubungan berpacaran terhadap perilaku pacaran berisiko pada mahasiswa perantau asal papua di kota surabaya. The Indonesian Journal of Public Health, 13(2), 268-280. doi: 10.20473/ijph.vl13il.2018.268-280
Shulman, S., & Connolly, J. (2013). The challenge of romantic relationships in emerging adulthood: Reconceptualization of the field. Emerging Adulthood, 1(1), 27-39.9 DOI: 10.1177/2167696812467330
Stewart, M. C., Dainton, M., & Goodboy, A. K. (2014). Maintaining relationships on Facebook: Associations with uncertainty, jealousy, and satisfaction. Communication Reports, 27(1), 13-26. https://doi.org/10.1080/08934215.2013.845675
Stonard, K. E., Bowen, E., Walker, K., & Price, S. A. (2017). “They’ll always find a way to get to you”: Technology use in adolescent romantic relationships and its role in dating violence and abuse. Journal of Interpersonal Violence, 32(14), 2083-2117. https://doi.org/10.1177/0886260515590787
Tokunaga, R. S. (2016). Interpersonal surveillance over social network sites: Applying a theory of negative relational maintenance and the investment model. Journal of Social and Personal Relationships, 33(2), 171-190. https://doi.org/10.1177/0265407514568749
Utz, S., & Beukeboom, C. J. (2011). The role of social network sites in romantic relationships: Effects on jealousy and relationship happiness. Journal of Computer-Mediated Communication, 16(4), 511-527.
Widyawati, R. A. (2020). Pengaruh paparan media sosial terhadap perilaku self-harm pada pengguna media sosial emerging adulthood. [Master’s thesis, Universitas Airlangga]. Repository Universitas Airlangga. https://doi.org/10.20473/brpkm.v1i1.24600
Willems, Y. E., Finkenauer, C., & Kerkhof, P. (2020). The role of disclosure in relationships. Current Opinion in Psychology, 31, 33-37. https://doi.org/10.1016/j.copsyc.2019.07.032