ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 18 September 2022

Social Media Specialist Di Era Milenial

 

Oleh

Brigita Pramudita Wahyudanti, Dita Yuni Sari, & Laila Meiliyandrie Indah Wardani

Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana

 

Dunia saat ini sudah memasuki era digital. semua kegiatan sehari-hari hampir dapat dilakukan secara daring. Dimana setiap apa yang dilakukan masyarakat jaman sekarang tidak terlepas dari genggaman gadget dan internet. Internet seolah mampu mengontrol produktivitas seseorang sebagai contoh menggunakan kendaraan online untuk bepergian atau berpindah-pindah ke tujuan yang diinginkan dengan titik yang sesuai, penggunaan aplikasi komunikasi hingga melakukan video call karena terhalang jarak yang sangat jauh, dan berbelanja secara online. Media sosial dianggap sebagai hiburan disaat penat dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari, namun tidak sedikit penggunaan media sosial menjadi salah satu strategi pencarian penghasilan untuk keberlangsungan hidup. 

 

Menurut Abdurrahman & Sanusi (2015) Strategi  dijelaskan dengan  cermat  agar  pebisnis  dapat mengkaji  produk  yang  ditawarkan  seluruhnya  sampai  tujuan  yang  diinginkan  tercapai. Setiap pelaku bisnis, UMKM, perusahaan kecil maupun besar akan menggunakan aplikasi sosial sebagai salah satu cara atau media untuk mengiklankan produk jasa ataupun produk barang yang  ditawarkan kepada konsumen. Beragam teknik yang dilakukan dalam membuat konten di media sosial adalah hal penting yang dilakukan, karena sosial media terbukti memegang peranan penting dalam Integrated Marketing atau IMC (Siswanto, 2013). Shimp (2000) menyatakan bahwa IMC merupakan suatu prosedur pemutakhiran serta mengaplikasikan berupa model desain komunikasi yang persuasif yang ditujukan kepada konsumen dan calon konsumen secara berkala. Salah satu tujuan dari promosi di media sosial ialah untuk menarik konsumen untuk membeli atau menggunakan produk yang dipromosikan. Mangold dan Faulds (2009) berpandangan terhadap definisi bahwa media sosial mencampurkan atribut alat IMC konvensional (badan usaha yang berkomunikasi dengan konsumen) dengan bentuk word-of-mouth yang sangat diperluas (konsumen berkomunikasi satu sama lain) di mana manajer pemasaran tidak dapat meninjau konten dan frekuensi.

 

Oleh karenanya, dengan perkembangan era teknologi serta perkembangan lapangan pekerjaan para pelaku bisnis di media sosial membutuhkan orang yang dapat memaksimalkan periklanannya sehingga masyarakat yang menggunakan media sosial disuguhkan berbagai konten menarik di dalamnya yang secara tidak langsung konten-konten persuasif yang menarik perhatian tersebut dapat menghipnotis masyarakat untuk melihat lebih rinci hingga mencari tahu, bahkan mencoba produk yang ditawarkan tersebut. Suatu konten itu pula dapat terlihat mudah untuk dibuat namun sulit untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan contohnya adalah konsumen atau calon konsumen yang tertarik mencoba produk yang ditawarkan tersebut. Pembuatan konten di media sosial akan ditangani oleh seseorang yang memiliki jobdesk ahli dibidangnya, atau biasa yang disebut dengan Media Social Specialist atau ahli media sosial. Media Social Specialistmerupakan sebuah pekerjaan yang melibatkan gawai dan teknologi masa kini dimana satu orang dan/atau tim yang bersangkutan akan mengontrol atas keseluruhan atau sebagian isi konten perusahaan via media sosial.

 

Seorang Media Social Specialist lebih baik memiliki sifat dapat mempengaruhi atau influence. Sikap ini mampu menjadi dasar konten yang dibuat akan mempengaruhi masyarakat yang melihat kontennya. Menurut Elli (2007) ada 3 faktor yang harus dimiliki untuk mempengaruhi, biasa disebut dengan 3R yaitu (1) Reach, yaitu kemampuan untuk menyusun, membuat dan mengirimkan konten kepada audiens, (2) Relevance, yakni kekuatan pada sebuah merk/brand atau koneksi, (3) Resonanceyaitu kemampuan yang dapat mengarahkan perilaku audiens untuk mengikuti apa yang diinginkan pembuat konten. Ketiga faktor diatas tidak mudah untuk dilakukan dan dicapai, ada teknik-teknik yang perlu dilakukan agar konten yang dibuat mampu memenuhi faktor 3R tersebut. 

 

Media Social Specialist selain memiliki tanggung jawab dalam pembuatan konten, juga memiliki fungsi sebagai admin untuk mengolah media sosial yang ditangani. Akun media sosial yang digunakan harus diolah dengan hati-hati karena berhadapan langsung dengan warga-net atau netizen. Dunia onlinepergerakannya sangat cepat untuk itu jika sekali saja melakukan kesalahan dapat berdampak besar pada akun tersebut, bahkan perusahaannya. Media Social Specialist pun diharapkan memiliki kemampuan benchmarking yaitu menurut Lahat dan Soham (2013) menyatakan bahwa benchmaking merupakan suatu pembelajaran  yang dilakukan berdasarkan  pada pendekatan kepada suatu perusahaan yang berfungsi sebagai pengidentifikasian dan  pengadaptasi an strategi  yang ada dengan cara terbaik  bagi  perusahaan guna  meningkatkan  sistem performa perusahaan.

 

Menurut Andersen & Pettersen (dalam Paulus & Devie, 2013)  Benchmarking sendiri terdapat 5 tahapan yang biasa disebut pula sebagai benchmarking wheel(1) Perencanaan, yaitu menentukan  suatu perusahaan dan performanya yang kemudian membandingkannya dengan  perusahaan terpilih untuk menjadikannya sebagai perusahaan benchmarking(2) Pencarian,  yaitu sebuah aktivitas  pencarian suatu  badan usaha  yang sangat berpeluang tinggi sebagai mitra untuk bekerjasama dalam proses benchmarking(3) Pengobservasian, merupakan pengumpulan beragam informasi terkait strategi kesuksesan  perusahaan benchmark sebagai tolak ukur performa perusahaan. Pengumpulan informasi ini didasarkan pada hasil wawancara yang berkesinambungan dengan badan usaha mitra benchmark(4) Analisis, adalah  penjabaran  data  yang  telah  terkumpul  dari badan usaha  terpilih  untuk digunakan sebagai  tolak ukur  performa  badan usaha guna  membandingkannya dengan  performa perusahaan  tersebut.  Hasil  penjabaran informasi yang telah terkumpul dan didapatkan  lalu  dipergunakan  sebagai  landasan penyusunan dan  pengubahan performa  badan usaha; (5) Adaptasi, yakni  menetapkan  dan  mengembangkan  rancangan  pengubahan  performa badan usaha agar memiliki performa yang mirip seperti badan usaha terpilih sebagai tolak ukur performa badan usaha  benchmarking.

 

Menjadi seorang media spesialis tentunya tidak mudah, dilihat dari pernyataan sebelumnya bahwa seorang social media spesialis harus mampu mengikuti langkah-langkah tertentu dalam pekerjaannya. Seorang Media Social Specialist tentunya perlu memenuhi kriteria atau job specification-nya. Hasil dari wawancara kepada narasumber (Ade, Ex Media Social Specialist Bogor Daily) seorang Media Social Specialistsetidaknya: (a) telah menempuh pendidikan D3 (diploma) dalam bidang komunikasi, jurnalistik atau yang setara, (b) memiliki pengetahuan dasar tentang jurnalistik, copywriting, digital marketing, serta hubungan masyarakat, (c) mampu berpikir secara kreatif dan akurat, (d) mampu bekerja multitasking, (e) mampu menganalisis dan mencari data secara detil dan cepat, (f) berpengalaman di bidang yang sama ataupun fresh-graduated, (g) memiliki rasa ingin tahu.

 

Pekerjaan Media Social Specialist walaupun serba digital dan mudah karena internet, namun aslinya tidak semudah yang dibayangkan tuntutan untuk memperkenalkan brand perusahaan kepada masyarakat luas harus disesuaikan dengan pemasaran yang tepat, dengan demikian jika ingin menjadi seorang Media Social Specialist harus memiliki pengalaman bekerja dengan sekurang-kurangnya 1 tahun di bidang yang sama. Jika seorang sudah pernah berpengalaman di bidang yang sama pasti ia akan lebih dipercaya oleh perusahaan untuk menjadi spesialisnya, karena pengalaman yang dimiliki telah terbukti mampu melewati berbagai masalah, tantangan dan goals yang dicapai. Apabila banyak goals yang telah dicapai dengan baik, dan mampu melewati masalah secara lancar, dapat diindikasikan seorang telah berhasil dan ampu dalam pekerjaan yang dijabatnya. 

 

Media Social Specialist di era ini salah satu pekerjaan yang banyak yang diincar oleh perusahaan karena di era sekarang ini adalah era digital yang mana menjadi salah satu strategi pemasaran juga oleh berbagai perusahaan, khususnya yang memasarkan produknya di media sosial ataupun platform online yang dapat diakses oleh netizen. Selain itu, keahlian mengedit ataupun membuat poster dengan aplikasi pun telah melekat pada masyarakat milenial sekarang ini serta keahlian untuk memersuasi netizen dengan 3R dan melakukan benchmarking yang dapat dipelajariDengan pengemasan iklan yang menarik dan keahlian yang baik oleh Media Social Specialist dalam mempersuasi netizen  diharapkan para Media Social Specialist dapat lebih memajukan perusahaan dan membantu memasarkan produk-produk yang dijual oleh perusahaan baik yang berupa barang ataupun jasa apalagi pada era digital seperti sekarang. 

 

 

Referensi:

 

Abdurrahman, N. H., & Sanusi, A. (2015). Manajemen Strategi Pemasaran. Pustaka Setia.

 

Andersen, B., & Pettersen, P. (1996). Dalam Paulus, M. & Devie (2013). Analisa Pengaruh Penggunaan Benchmarking Terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja. Perusahaan. Bussiness Accounting Review. 1(2), 39-49.

 

Elli (2007) Faktor Influencer. Dalam Anjani, S. & Irwansyah. (2020). Peranan influencer dalam Mengkomunikasikan Pesan di Media Sosial Instagram. POLYGLOT: Jurnal Ilmiah, 16(2), 203-209.

 

Lahat, A., & Soham, A. (2014). Benchmark the marketing and operation capabilities for international firms export performance. Procedia-Social dan Behavioural Sciences, 109, 998-1000. Doi: https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.12.578 

 

Mangold, W. & Faulds, David. (2009). Social media: The new hybrid element of the
           promotion mix. Journal Business Horizons, 52, 357-365.

 

Siswanto,T. (2013). Optimalisasi Sosial Media Sebagai Media Pemasaran Usaha Kecil Menengah. Jurnal Liquidity, 2, 80-86. 

 

Shimp (2003) Dalam Yuniaris, W. (2011). Pengaruh Integrated Marketing CommunicationTerhadap Loyalitas Kartu Pasca Bayar Halo di Malang. Jurnal Manajemen Bisnis, 1, 21-32.