ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 18 September 2022

Parasosial Korean Fandom Dan Identitas Diri Di Kalangan Remaja

 

Oleh:

Graha Lourencia Nata, Sulistiawati, Roosye Ardelina, Rafika Is Mira Br. Sembiring, 

Irna Apriyani, Lina Hermawati, & Erna Risnawati

Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana

 

Perkembangan music K-Pop semakin berkembang hampir keseluruh negara, seiring berkembangnya era globalisasi dan teknologi yang cepat. Pada umumnya penggemar K-Pop di Indonesia berada pada kisaran usia 10-15 tahun memiliki persentase 9,3%, usia 20-25 tahun dengan persentase 40,7%, usia 15-20 tahun dengan persentase 38,1%, sedangkan usia 25 tahun keatas kisaran persentase 11,9% yang telah disurvey IDN Timer (2019). Adanya kesamaan dalam selera music, dance, maupun idol Korea itu sendiri mampu membuat suatu interaksi parasosial pada para fans tersebut.

 

Jika dikaitkan dengan teori perkembangan Erik Erikson yaitu membangun identitas (Identity vs Confusion), masa remaja merupakan masa di mana anak mencari jati diri atau identitas diri. Selain itu juga seorang penggemar Kpop terkadang merasa mengalami Intimacy terhadap Idol yang mereka sukai, bukan hanya dengan Idol yang mereka sukai, tapi juga teman sebaya atau teman sesama penggemar Kpop. Adanya rasa terikat ketika mereka berada pada satu lingkup yang bisa disebut fansclub. 

 

Dedikasi yang menimbukan perasaan intim terhadap para fans dan idolanya bisa disebut juga dengan interaksi parasosial. Menurut Hortnon & wohl dalam Harvey & Manusov (2001) interaksi parasosial merupakan sebuah hubungan atau kelekatan yang terjalin antara seseorang dengan tokoh idolanya yang muncul melalui media (Jeanette, 2018). Parasosial ini dapat bersifat positif maupun negatif yang bisa mempengaruhi kehidupan seseorang mulai dari cara berfikir, respon mereka terhadap sesuatu hal baik yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan, cara mengelola keuangan, dll. Hubungan parasosial positif ini bisa meningkatkan rasa percaya diri, dari kegiatan mengagumi idola ini para penggemar berinteraksi dengan satu sama lain secara virtual di media sosial. Tentunya ini langkah awal yang baik untuk mulai memberanikan diri berkenalan dengan orang lain dengan tujuan memperluas pertemanan, dilakukan secara perlahan-lahan maka lambat laun mereka yang umumnya pemalu bisa menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan tidak lagi merasa takut jika berhadapan dengan orang lain dan situasi asing.

 

Gabungan penggemar yang loyal kepada idola mereka melakukan kegiatan penggalangan dana yang bertujuan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan, bantuan untuk korban bencana alam, dan masih banyak lagi bentuk kegiatan sosial yang mereka lakukan atas nama fandom dari idola mereka. Bermacam-macam bentuk kegiatan yang mereka lakukan untuk memperingati hari kelahiran idolanya, salah satunya pada tahun 2020 kemarin sebuah fandom di Indonesia menanam lebih dari 8 ribu pohon bakau sebagai bentuk perayaan ulang tahun idolanya. Tak jarang pula para idola ini berhasil mempengaruhi penggemar dengan karakter mereka, idola yang humoris banyak memberikan semangat kepada penggemar dan tanpa disadari penggemar ini pun menjadi terbawa karakter idolanya sehingga mereka juga akan memiliki selera humor yang baik dalam kehidupan nyata. Aktor, aktris, dan idol korea memberikan pembelajaran penting bagi setiap penggemarnya, ada yang mengajarkan untuk tetap semangat dan kuat sebagaimana kerasnya ujian hidup, kedisiplinan dan kerja keras yang mereka lakukan sering menjadi alasan utama para penggemar menyukai mereka.

 

Namun meskipun begitu parasosial juga dapat berdampak negative, di mana terdapat tiga tingkatan dari parasosial yaitu: Pertama, social entertainment dimana pada tingkatan ini penggemar mengagumi idola selebritasnya karena aspek ketertarikan dan hanya untuk hiburan semata dan ini termasuk kedalam para sosial tingkat normal (Hermadana, 2020). Sebagai contoh penggemar dengan tingkatan pertama yaitu social entertainment dimana  penggemar hanya merasa kagum dan mencari informasi melalui media sosial idola selebritasnya tersebut (Alinea,id, 2019).

 

Kedua, intense personal feeling dimana pada tingkatan ini penggemar mengagumi idola selebritasnya karena mengangap memiliki kedekatan emosional. Pada tingkatan kedua ini penggemar tidak hanya merasa kagum dan mencari informasi dengan berbagai platform media sosial tetapi pada tingkatan kedua ini penggemar merasa bahwa ia menganggap sosok idola selebritasnya sebagai seorang yang seakan-akan sudah dekat, sebagai contoh ia mengekpresikan kekagumannya dengan melakukan beberapa tindakan seperti mengirim surat juga memberikan hadiah tak hanya itu penggemar pada tingkatan ini juga mencoba mencari informasi melalui keluarga idola selebritasnya tersebut kegiatan ini membuat ia seakan-akan berbicara dengan idola selebritasnya tersebut. Yang terakhir, mild patology yang berarti penggemar rela melakukan apapun demi selebritas idolanya meski harus menabrak norma dan melanggar hukum yang berlaku dan termasuk kedalam para sosial dengan tingkat yang paling ekstrim. Di sisi lain, menurut Psikolog bahwa kondisi parasosial akut dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia yang merupakan dampak buruk bagi kesehatan (Putra, 2019).

 

Dampak Positif dan Negatif Korean Fandom

Contoh kasus dari Korean fandom yang berdampak positif ialah adanya beberapa individu membentuk komnitas fandom, individu yang menikuti komunitas tersebut  ia bisa berkomunikasi dengan baik dan tentunya menambah keragaman dan kesetaraan yang diwujudkan dalam komunitas fandom sehingga terbentuknya sebuah hubungan antar individu dalam komunitas tersebut.  BTS salah satu Korean fandom yang memiliki dampak yang positif bagi banyak orang yakni, BTS menyuguhkan lagu yang berisikan pesan sosial sehingga membangun para individu yang mendengarkannya menjadi lebih peduli dengan sekitar, BTS juga menciptakan lagu bukan hanya untuk mengungkapkan kekhawatiran milenial, melainkan tentang kritik sosial dan mendorong siapapun yang mendengarkan lagunya untuk berpegang pada harapan dan keyakinan yang mereka miliki seperti yang dilakukan member BTS (Maharani, 2020).  BTS tidak hanya menyalurkan pesan dari sebuah karya tetapi juga dengan melakukan beberapa tindakan kampanye yang bernama ‘Love Myself Campaign’ yang berkerja sama dengan UNICEF. Kampanye ini merusakan sebuah tindakan anti bully dan mencintai diri sendiri dan sudah dimulai sejak November 2017 (Prambors, 2021). Para fans BTS pastinya memiliki dampak yang positif dikarenakan karya idol yang mereka idolakan menjadi salah satu alasan dimana individu bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

 

Selain itu dampak negative dari Korean fandom salah satunya yakni, tiap individu yang mengikuti karya-karya artis korea memiliki selera music atau bahkan artis yang berbeda-beda, sayangnya dikarenakan perbedaan itu masing-masing fandom memiliki antis atau bahkan member yang tidak menyukai karya yang lain (Emqi, 2018). Lebih lanjut munculnya fanwar (perselisihan antar penggemar guna melindungi idol K-pop), biasanya perselisihan tersebut dihasilkan oleh berbagai macam konteks dan paling sering adanya fanwar yakni dalam media sosial terjadi pada ARMY dan EXO-L pada ungguhan di media sosial individu yang tidak bertanggung jawab mengunggah konten dan menggunakan tanda tagar guna mempengaruhi seberapa besar fanwar terjadi (Agnensia, 2018). Seperti pembahasan sebelumnya pada intense personal feeling tingkatan penggemar pada fanwar yang menganggumi idolnya menganggap kegiatan fanwar ialah hal yang lumrah dikarenakan ia merasa adanya kedekatan emosional dengan idol yang diidolakan. 

 

Adanya Korean fandom dapat mempengaruhi tingkat psikologis seperti kecemasan yang berlebih karena mereka menjadi fanatik terhadap idolanya. Akibatnya dampak dari orang tersebut sulit membagi waktu dengan dunia nyata maupun dunia Korean, membuat dirinya menjadi malas melakukan kegiatan sehari-hari. Seperti yang dikatakan Norlund (dalam, Hoffner, 2002) seseorang yang jarang berinteraksi sosial akan kecenderungan menggunakan media sosial, televisi atau berbagai media lainnya hal ini dapat menimbulkan kecenderungan parasosial. Seperti yang kita lihat dari berbagai media sosial adanya kecenderungan negatif dan positif terhadap Korean fandom. Kecenderungan positiflah yang mungkin bisa dijadikan contoh bagi khalayak bagaimana Korean fandom juga mampu melakukan kegiatan-kegiatan positif, itu artinya bahwa adanya Korean fandom ini mampu membuat personilnya bersosialisasi dengan baik. Dalam hal ini perlu adanya peran orang tua untuk berperan aktif kepada anak-anaknya khususnya remaja dalam pergaulan dan juga menggunakan sosial media secara berlebih. Orang tua juga bisa lebih mengarahkan kepada hal-hal yang positif seperti bagaimana anak harus memilih pergaulan yang baik untuk menghindari dampak negatif lingkungan pergaulannya sehingga dapat memonitor pembentukan karakter anak dan juga menjaga kestabilan psikologisnya.

 

 

Referensi:

 

Agnensia, N. P. (2018). Fan War Fans K-Pop dan Keterlbiatan Penggemar dalam Media Sosial Instagram.

 

Emqi, M. f. (2018). PENGARUH DRAMA KOREA DENGAN RASA SYUKUR . Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 2.

 

Hermadana. (2020). Keterampilan Sosal Dengan Pemujaan Selebriti Pada Penggemar K-Pop Dewasa Awal. Jurnal Ilmiah Psikologi. 8(2), 462-471.

 

Jeanette, S. P. (2018). Makna Idola Dalam Pandangan Penggemar (Studi Komparasi Interaksi Parasosial Fanboy dan Fangirl ARMY Terhadap BTS). Koneksi Vol.2 No.2, 393-400.

 

Maharani, A. (2020). KOMUNIKASI PARTISIPATIF FANDOM ARMY BANDUNG . Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 5 Nomor 1.

 

Prambors. (2021, Oktober 09). Kampanye “Love Myself”, BTS dan UNICEF Berhasil Kumpulkan Rp 51,2 Miliar. Retrieved Agustus 02, 2022, from Prambors: https://www.pramborsfm.com /entertainment/kampanye-love-myself-bts-dan-unicef-berhasil-kumpulkan-rp-512-miliar/al

 

Putra, N, A. (2019, Maret 15). Parasosial, hubungan ilusif dengan idola. Alinea,id. Retrieved from https://www.alinea.id/amp/gaya-hidup/parasosial-hubungan-ilusif-dengan-idola-b1XcM9irw