ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 17 September 2022

Seni Menikmati Hidup: Terapkan Mindfulness Tingkatkan Happiness

 

Oleh:

Ajibah Nadya Umami & H. Fuad Nashori

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia

 

 

Tepat pada Maret 2022, pasca pandemi covid-19, PBB melakukan survei untuk mengetahui kebahagiaan di beberapa negara. Hasil survei digunakan sebagai dasar rekomendasi penyusunan kebijakan dunia. Berdasarkan data World Happiness Report diketahui, dari 146 negara yang diteliti, warga Indonesia berada di peringkat ke 87 dengan skor 5,240/10. Hal ini menunjukkan tingkat kebahagiaan masyarakat Indonesia berada dalam katagori sedang cenderung rendah (Helliwell et al., 2022)

 

Mengapa hal ini bisa terjadi?

Setiap manusia pasti memiliki harapan untuk dapat merasakan kebahagiaan. Karena bahagia adalah fitrah manusia. Bahkan tidak sedikit yang menjadikan kebahagiaan (dunia dan akhirat) sebagai tujuan hidup. Berbagai macam cara dilakukan untuk memenuhi standar kebahagiaan yang diharapkan. Namun, apa makna sesungguhnya dari kebahagiaan dan bagaimana cara untuk bahagia hingga hari ini masih menjadi topik perbincangan hangat dan patut untuk dikaji lebih mendalam. 

 

Apabila ditinjau dari kacamata psikologi, konsep kebahagiaan termasuk tema utama yang sering dikaji dalam lingkup psikologi positif. Ada yang mengartikan kebahagiaan sebagai keadaan yang menunjukkan seseorang secara subjektif merasa senang, tenang dan terbebas dari segala hal yang menyusahkan atau mengganggu baik secara lahir maupun batin (Munib & Fahrurrazi, 2021). Terdapat pula pendapat bahwa empat komponen dari kebahagiaan adalah terpenuhinya kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial dan spritual (Fuad, 2015). Sebuah riset mendalam dari Rostiana (2011) bahwa komponen kebahagiaan orang Indonesia adalah terpenuhinya tujuan hidup, hadirnya keseimbangan emosi, penerimaan diri, dan bertindak sabar.

 

Fakta menunjukkan bahwa beberapa hal ikut serta mempengaruhi kebahagiaan. Agama, pernikahan, uang, usia, kehidupan sosial, kesehatan, masih banyak hal lain adalah faktor yang mempengaruhi kebahagiaan individu (Sa’adah et al., 2022). Artinya tolak ukur kebahagiaan individu beragam. Lalu bagaimana caranya untuk bisa mewujudkan kebahagiaan yang diharapkan?

 

Terdapat banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan kebahagiaan. Salah satunya adalah dengan menerapkan mindfulness dalam kehidupan sehari-hari. Mindfulness sendiri merupakan kesadaran secara internal dan lingkungan pada diri seseorang (APA, 2012). Saat mindfulness, individu sadar secara penuh sekaligus tidak terlalu reaktif dengan apa yang dijalani tanpa adanya penilaian atas pikiran, sensasi, lingkungan maupun emosi. Mindfulness sebenarnya sudah ada dalam diri individu, tetapi untuk mengaksesnya perlu dilatih agar dapat dipergunakan secara optimal (Mindful.org, 2020)

 

Seringkali, aktivitas yang dikerjakan sehari-hari berjalan begitu saja sambil lalu, sekedar rutinitas. Tanpa adanya perhatian dan kehadiran diri membuat individu jadi kurang ‘aware’ dan kurang mindful dengan apa yang sebenarnya sedang dilakukan. Padahal, jika diiringi dengan mindfulness individu bisa lebih fokus, lebih menghargai dan lebih menikmati atas apa yang dimiliki saat ini.

 

Secara empiris mindfulness telah memberikan banyak manfaat bagi individu. Beberapa di antaranya adalah dapat meningkatkan kontrol diri (Afandi, 2012), optimisme dan ketenangan hati (Fahmi, 2018), psychological well being (Syafiasani & Rahayu, 2022), kepuasan hidup (Waskito et al., 2018), subjective well being (Yani et al., 2020)Mindfullness juga terbukti menurunkan distres (Wijaya, 2014) dan perilaku agresif (Widagdo et al, 2014). Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa mindfulness berkontribusi dalam meningkatkan kebahagiaan.

 

Lalu bagaimana cara melatih mindfulness dalam kehidupan sehari-hari? Minful.org memberi saran sebagai berikut. Pertama Ambil posisi duduk yang nyaman agar dapat tenang. Bisa dengan duduk bersila, posisi berlutut atau posisi lain yang membuat diri Anda merasa nyaman. Kedua:  Tentukan batas waktu atau durasi khusus pelaksanaan (misalnya sekitar 5 hingga 10 menit). Ketiga: Berlatih merasakan kehadiran diri secara penuh, fokus dan rasakan kedamaian diri. Keempat: Lakukan relaksasi pernafasan. Ikuti dan nikmati sensasi nafas saat keluar dan juga masuk.

Selanjutnya, kelima: Rileks, izinkan hal apapun yang terbersit dalam fikiran dan perasaan. Bisa jadi Anda mulai merasakan pikiran yang menyelam ke lain hal, kosong atau bahkan melamun. Ketika hal ini terjadi, segera sadari dan kembali fokus pada tahap relaksasi pernafasan. Keenam: Coba untuk bersikap baik dengan pikiran Anda yang mengembara. Hindari menilai diri sendiri atau merasa terobsesi dengan isi pikiran. Jika dirasa melewati batas, kembalilah ke tahap sebelumnya. Penulis menambahkan saran Ketujuh: Akan lebih baik jika latihan dapat dilakukan setiap hari. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa mindfulness dapat melatih pola reflek diri dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

 

Pada akhirnya, seni dalam hidup tidak hanya tentang suka cita namun juga air mata dan kecewa. Keragaman warna yang ada menunjukkan betapa indahnya kehidupan. Alih-alih duduk diam atas hal yang tidak bisa ditolak, bukankah lebih baik jika berupaya melakukan sesuatu? Salah satunya adalah dengan menerapkan mindfulness untuk tingkatkan happiness. Agar bahagia tidak lagi hanya sebagai harapan tapi juga bisa diwujudkan. Jadi, apakah Anda tertarik menerapkan mindfulness dalam kehidupan sehari-hari?

 

 

Referensi:

 

 

APA Dictionary of Psychology. (2012). Dictionary.Apa.Org. https://dictionary.apa.org/mindfulness

 

Afandi, N.A. (20). Pengaruh Mindfulness terhadap Peningkatan Kontrol Diri Siswa SMA. Pamator, 5(11), 19-27.

 

Fahmi, F. (2018). Pengaruh Pelatihan Mindfulness Islami Terhadap Peningkatan Optimisme Dan Ketenangan Hati Mahasiswa Yang Sedang Skripsi. Universitas Islam Indonesia.

 

Fuad, M. (2017). Psikologi kebahagiaa manusia. KOMUNIKA: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi9(1), 114-132. https://doi.org/https://doi.org/10.24090/komunika.v9i1.834

 

Helliwell, J. F., Huang, H., Wang, S., & Norton, M. (2022). Happiness, benevolence, and trust during COVID-19 and beyond. Worldhappiness.Report. https://worldhappiness.report/ed/2022/happiness-benevolence-and-trust-during-covid-19-and-beyond/

 

Munib, A., & Fahrurrazi. (2021). Kajian Psikologi: Konsep Jiwa dalam Menentukan Kebahagiaan. Journal Scientific of Mandalika (JSM)2(3), 140–146.

 

Rostiana. (2011). Pengaruh Kebahagiaan Integratif terhadap Komitmen Organisasional dan Perilau Kewargaan Organisasional. Disertasi. Bandung: Unpad

 

Sa’adah, N., Faridah, S., & Hairina, Y. (2022). Makna Kebahagiaan Pada Karyawan Wanita Usia Madya Di Kumala Laundry Kota Banjarmasin. Jurnal Al-Husna2(1), 14. https://doi.org/10.18592/jah.v2i1.4427

 

Syafiasani, N., & Rahayu, M. S. (2022). Pengaruh Mindfulness terhadap Psychological Well-Being pada Remaja SMA Negeri X di Kota Bandung. Bandung Conference Series: Psychology Science2(1), 160–166. https://doi.org/10.29313/bcsps.v2i1.839

 

Waskito, P., Loekmono, J. T. L., & Dwikurnaningsih, Y. (2018). Hubungan Antara Mindfulness dengan Kepuasan Hidup Mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Jurnal Kajian Bimbingan Dan Konseling3(3), 99–107. https://doi.org/10.17977/um001v3i32018p099

 

Widagdo, M.A.A, Lestari, S., & Yusainy, C. A. (2014). Diri yang terprovokasi : Pengaruh mindfulness terhadap hubungan antara ego depletion dan perilaku agresif. Universitas Brawijaya.

 

Wijaya, Y. D. (2014). Pelatihan Pengelolaan Emosi Dengan Teknik Mindfulness Untuk Menurunkan Distres Pada Penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas Kebon Jeruk Jakarta. Jurnal Psikologi12(2).

 

Yani, W., Rahayu, M. S., & Khasanah, A. N. (2020). Mindfulness dan Subjective Well Being pada Remaja Panti Asuhan. Prosiding Psikologi SPESIA Unisba6(2). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.29313/.v6i2.23921