ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 17 September 2022

Sikap Mahasiswa Terhadap Pelecehan Seksual Di Kampus

 

Oleh:

Fadel MochamadNadia Dini & Anisia Kumala

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

 

Pelecehan seksual menjadi salah satu hal yang menjadi problematika diberbagai tempat salah satunya lingkungan kampus. Dalam data CATAHU yang dikeluarkan Komnas Perempuan tahun 2021 tercatat adanya kasus kekerasan seksual pada ranah sebanyak 2.363 kasus sepanjang tahun 2020, 374 kasus (16%) kasus diantaranya merupakan pelecehan seksual (KomnasPerempuan, 2021). Selain itu, menurut Komnas Perempuan (2021) juga mencatat bahwa selama periode 2017-2021 kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan paling banyak terjadi di perguruan tinggi. 

 

Pelecehan seksual sendiri merupakan tindakan bersifat seksual yang tidak diinginkan oleh korban yang dilakukan oleh seseorang ataupun sekelompok orang (Rusyidi B et al., 2015) Pelecehan seksual berdampak sangat buruk bagi korban, mulai dari timbulnya masalah-masalah kesehatan fisik, psikis, dan gangguan perilaku bagi korban. Dampak tersebut juga dapat mempengaruhi nilai dan kesehatan mental korban yang mengalami hal tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah sikap dan tindakan untuk meminimalisir atau bahkan menghilangkan pelecehan seksual, termasuk yang terjadi di kampus.

 

Berbicara tentang perilaku pelecehan seksual di lingkungan kampus, tidak terlepas dari berbicara tentang sikap civitas akademika sendiri terhadap pelecehan seksual tersebut, atau yang dikenal dengan konsep attitude toward sexual harrasment. Sikap terhadap pelecehan seksual merupakan respon seseorang dalam menanggapi sebuah pelecehan seksual yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu, umur, gender dan peran gender (McCabe, M. P., & Hardman, L. 2005). Menurut (Mazer et al., 1987) menjelaskan terdapat 3 aspek penting yang dapat didefinisikan pelecehan seksual yaitu aspek perilaku (apakah hal itu merupakan proposisi seksual), aspek situasional (apakah ada perbedaan di mana atau kapan perilaku tersebut muncul), dan aspek legalitas (dalam keadaan bagaimana perilaku tersebut dinyatakan ilegal).

 

Berdasarkan studi yang dilakukan kepada 104 orang mahasiswa di berbagai perguruan tinggi di Indonesia dengan menggunakan skala Sexual Harassment Attitude Scale yang dibuat oleh Mazer & Percival (1989)diketahui bahwa sikap mentoleransi pelecehan seksual masih tinggi dikalangan mahasiswa. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata seluruh responden sebesar 50 Dalam penjelasan skalanya, Mazer dan Percival menjelaskan bahwa nilai skor terendah alat ukur tersebut adalah 18 dan skor tertinggi adalah 90. Semakin tinggi skor menunjukkan bahwa seseorang lebih menerima atau mentolerir perilaku pelecehan seksual.

 

Jika dibandingkan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, terlihat bahwa skor rata-rata mahasiwa adalah 56 dan skor rata-rata mahasiswi 47 ini berarti bahwa mahasiswa lebih menerima atau mentolerir perilaku pelecehan seksual dibandingkan dengan mahasiswi. Hal ini serupa dengan penelitian-penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa laki-laki lebih tinggi toleransinya terhadap pelecehan seksual dibandingkan dengan perempuan (Foulis & McCabe, 1997; Jones & remland, 1992; Mazer & Percival, 1989). Berdasarkan hal tersebut dapat dijadikan catatan untuk mahasiswa serta pihak kampus untuk menangani problematika pelecehan seksual yang masih dianggap sepele dimasa sekarang dan mendatang.

 

 

Referensi:

 

Komnas Perempuan (2022) Bayang-bayang Stagnansi: Daya Pencegahan dan Penanganan BerbandingPeningkatan Jumlah, Ragam dan Kompleksitas Kekerasan Berbasis Gender terhadap Perempuan retrieved from:https://komnasperempuan.go.id/siaran-pers-detail/peringatan-hari-perempuan-internasional-2022-dan-peluncuran-catatan-tahunan-tentang-kekerasan-berbasis-gender-terhadap-perempuan

 

Rusyidi, B., Bintari, A., & Wibowo, H. (2019). Pengalaman dan pengetahuan tentang pelecehan seksual: studi awal di kalangan mahasiswa perguruan tinggi (experience and knowledge on sexual harassment: a preliminary study among indonesian university students). Share: Social Work Journal, 9(1), 75-85.

 

McCabe, M. P., & Hardman, L. (2005). Attitudes and perceptions of workers to sexual harassment. The Journal of Social Psychology, 145(6), 719-740. 

 

Foulis, D., & McCabe, M. P. (1997). Sexual harassment: Factors affecting attitudes and perceptions. Sex Roles37(9), 773-798.

 

Jones, T. S., & Remland, M. S. (1992). Sources of variability in perceptions of and responses to sexual harassment. Sex Roles27(3), 121-142.

 

Mazer, D. B., & Percival, E. F. (1989). Ideology or experience? The relationships among perceptions, attitudes, and experiences of sexual harassment in university students. Sex roles20(3), 135-147.

 

Russell, B. L., & Trigg, K. Y. (2004). Tolerance of sexual harassment: An examination of gender differences, ambivalent sexism, social dominance, and gender roles. Sex Roles, 50(7), 565-573.