ISSN 2477-1686
Vol. 8 No. 15 Agustus 2022
Di Balik Lekukan Indah Tubuh Penari Balet
Oleh:
Cherubine Gabriela & Nanda Rossalia
Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Tubuh Penari Balet Sebagai Alat Untuk Menari
Balet merupakan jenis tari klasik yang terkenal dengan teknik gerak yang ketat, lembut, dan membutuhkan fleksibilitas yang dibawakan oleh penari dengan tubuh yang kecil dan ramping. Tubuh yang kurus, berotot, fleksibel, panjang adalah tubuh ideal yang diharapkan dari penari balet (Pickard, 2012). Penari balet menggunakan tubuhnya kecilnya sebagai alat untuk mengekspresikan seni sehingga dituntut untuk menjaga estetika keindahan tubuhnya (Alexias & Dimitropoulou, 2011; Cardoso et al., 2017). Penari balet juga harus menjaga tubuhnya karena akan berpengaruh terhadap eksekusi gerakan tari yang dilakukan, khususnya dalam kestabilan postur dan keseimbangan (Danis et al., 2015). Tuntutan ini didapatkan oleh para penari dari stereotip budaya balet dan dari guru atau koreografer balet (Albano, 2014). Tuntutan untuk menjaga tubuh juga diperburuk dengan penggunaan kaca dan pakaian balet yang ketat ketika berlatih (Alexias & Dimitropoulou, 2011; Dantas et al., 2018). Hal ini mendorong munculnya ketidakpuasan tubuh pada para penari balet.
Ketidakpuasan tubuh yang dialami penari balet tentunya bukan hal yang sepele. Tubuh merupakan aset berharga yang dimiliki penari karena hanya dengan tubuh, penari balet bisa mengekspresikan seni dan melakukan gerakan-gerakan balet (Alexias & Dimitropoulou, 2011). Hal ini membuat tuntutan yang diwujudkan dalam komentar atau evaluasi negatif dapat berpengaruh bagi kesejahteraan mental para penari. Padahal, menurut Padham dan Aujla (2014) penari balet yang memiliki passion untuk menari akan tetap menari meskipun dihadapkan dengan berbagai tuntutan keras terhadap tubuhnya. Passion terhadap balet juga membuat para penari menjadi terobsesi untuk dapat memenuhi tubuh ideal yang diharapkan melalui perilaku makan atau olahraga tertentu, bahkan yang pola makan dan olahraga yang maladaptif. Perilaku maladaptif yang dilakukan penari karena ketidakpuasan tubuh dapat menimbulkan potensi gangguan makan atau gangguan dismorfik tubuh pada penari balet (Danis et al, 2016; Nascimento, Fontenelle, & Luna, 2012).
Lantas, Bagaimana Ketidakpuasan Tubuh Itu Dihayati?
Ketidakpuasan tubuh ditunjukkan para penari balet dari aspek kognitif, persepsi, afeksi, dan perilaku (Thompson et al., 1999). Para penari balet memandang negatif tubuhnya dan mengestimasi bahwa tubuhnya kelebihan berat badan dan berukuran terlalu besar meskipun sudah memiliki Body Mass Index (BMI) yang normal. Para penari balet juga merasa tidak nyaman, insecure, tidak percaya diri, dan jijik dengan keadaan tubuhnya. Tidak hanya itu, usaha untuk menghindari kenyataan keadaan tubuh juga dilakukan oleh para penari balet seperti menghindari kaca, menghindari pakaian berwarna terang, ketat, dan tanpa lengan, menghindari timbangan berat badan, dan melakukan gestur-gestur tertentu untuk menutupi bagian tubuh yang berukuran besar.
Pembentuk Ketidakpuasan Tubuh
Menurut Dantas et al, 2018, terdapat tiga faktor yang berasal dari lingkungan balet yang dapat membentuk ketidakpuasan tubuh pada penari balet.
- Faktor kontekstual yang berupa penggunaan kaca, leotard, dan kostum balet yang ketat yang membuat para penari balet terekspos dengan tubuhnya. Adanya tokoh penari balet yang memiliki tubuh ideal yang sehari-hari dilihat oleh para penari balet juga membuat para penari balet membandingkan tubuhnya sendiri dan menyadari bahwa tubuhnya tidak ideal.
- Faktor interpersonal yang didapatkan melalui komentar dan teguran negatif mengenai tubuh dari guru balet, teman-teman penari dan non-penari, serta keluarga. Membandingkan tubuh dengan teman sesama penari juga dapat membentuk ketidakpuasan tubuh pada penari.
- Faktor personal yang diwujudkan melalui keinginan para penari untuk memiliki tubuh yang indah dan ideal yang sesuai dengan budaya balet. Faktor personal juga diwujudkan dari keinginan para penari untuk dapat melakukan gerakan balet dengan lebih ringan, fleksibel, gesit, dan seimbang.
Ketidakpuasan tubuh yang dialami oleh para penari balet juga dapat disebabkan oleh lima faktor psikologis menurut Grogan (2017).
- Self-esteem yang rendah dan tidak stabil. Di sisi lain, self-esteem juga dapat terganggu karena ketidakpuasan tubuh yang diwujudkan melalui rasa tidak percaya diri dan insecure karena keadaan tubuh.
- Internalisasi bentuk tubuh yang ideal yaitu tubuh yang ramping, kurus, panjang, berotot, kaki yang panjang, telapak kaki yang ramping dan memiliki arch yang tinggi, serta perut yang rata dan berotot.
- Self-objectification yang diwujudkan para penari dengan melihat bahwa tubuhnya yang merupakan alat atau aset berharga untuk menari tidak menarik karena tidak ideal.
- Rendahnya self-efficacy dalam mengontrol tubuh. Para penari balet tidak mampu mengontrol berat badan dan bentuk tubuh, serta mengontrol keinginan diri untuk berhenti makan dan olahraga.
- Kurangnya apresiasi terhadap tubuh dan selalu menetapkan target pencapaian berat badan atau bentuk tubuh yang lebih kecil dari yang sudah dimiliki.
Ketidakpuasan Tubuh: Refleksi Bagi Penari, Guru, dan Institusi Balet
Ketidakpuasan tubuh dapat mengganggu kesejahteraan mental para penari balet. Bukankah hal ini miris? Tubuh yang merupakan aset berharga, yang seharusnya dibanggakan karena kemampuannya melakukan gerakan-gerakan indah balet, justru menjadi masalah bagi kesejahteraan mental? Hal ini menjadi sebuah refleksi untuk para penari, apakah ketidakpuasan tubuh selama ini menjadi musuh utama? Juga menjadi sebuah refleksi untuk tidak ragu mencari bantuan profesional jika dihadapkan dengan masalah ketidakpuasan tubuh. Tidak hanya para penari, guru balet dan institusi balet juga dapat berefleksi, sudahkah berkontribusi terhadap kesejahteraan mental para penari dengan memberikan perlakuan yang tepat terhadap keadaan tubuhnya? Sudahkah mengusahakan kesejahteraan mental penari dengan mencoba untuk menangani masalah ketidakpuasan tubuh ini?
Referensi:
Albano, V. (2014). The development of body image in dancers: examining gesture’s role in conveying body image [Bachelor Theses, Bridgewater State University]. Virtual Commons Bridgewater State University. https://vc.bridgew.edu/honors_proj/46/
Alexias, G., & Dimitropoulou, E. (2011). The body as a tool: professional classical ballet dancers embodiment. Research in Dance Education, 12(2), 87-104. https://doi.org/10.1080/14647893.2011.575221
Cardoso, A.A., Reis, N.M., Marinho, A.P., Boing, L., & Guimaraes, A.C.A. (2017). Study of body image in professional dancers: a systematic review. Med Esporte, 23(4), 335-340. http://dx.doi.org/10.1590/1517-869220172304162818
Danis, A., Jamaludin, A.N., Majid, H.A.M.A., & Isa, A.M.I. (2016). Body image perceptions among dancers in urban environmental settings. Procedia Social and Behavioral Sciences 222, 855-862. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.05.196
Dantas, A.G., Alonso, D.A., Sanchez-Miguel, P.A., & Sanchez, C.R. (2018). Factors dancers associate with their body dissatisfaction. Body Image, 25, 40-47. https://doi.org/10.1016/j.bodyim.2018.02.003
Grogan, S. (2017). Body image: understanding body dissatisfaction in men, women, and children (3rd ed). Oxon: Routledge.
Padham, M., & Aujla, I. (2014). The relationship between passion and the psychological well-being of professional dancers. Journal of Dance Medicine, 18(1), 37-44. http://dx.doi.org/10.12678/1089-313X.18.1.37
Pickard, A. (2012). Ballet body belief: perceptions of an ideal ballet body from young ballet dancers. Research in Dance Education, 14(1), 3-19. https://doi.org/10.1080/14647893.2012.712106
Thompson, J. K., Heinberg, L.J., Altabe, M., & Tantleff-Dunn, S. (1999). Exacting beauty: theory, assessment, and treatment of body image disturbance. Washington: American Psychological Association.