ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 12 Juni 2022

Pengaruh Spotlight Effect Terhadap Pengguna Media Sosial

 

Oleh:

Rachel Aksana Vedherova Siagian & Wiwit Puspitasari Dewi

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

 

Penggunaan media sosial di Indonesia

Di zaman milenial ini adalah hal lumrah bagi siapapun untuk memiliki akun media sosial. Kini, penggunaan media sosial di Indonesia telah mencapai 204,7 juta pengguna, yaitu 73,7% dari jumlah penduduknya (Kemp, 2022). Dengan banyaknya pengguna media sosial di Indonesia dapat diketahui betapa media sosial telah masuk ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

 

Spotlight effect

Spotlight effect adalah keadaan di mana individu mempercayai dirinya sebagai pusat perhatian dan orang lain memberi perhatian yang lebih kepadanya, baik dalam hal penampilan ataupun tingkah laku (Myers & Twenge, 2013). Hal ini terjadi karena beberapa hal: kecenderungan individu untuk mengevaluasi apa yang terjadi di dalam dunia (termasuk perilaku dan pemikiran orang lain) berdasarkan pengalaman dan sudut pandang individu sendiri, serta asumsi yang dimiliki setiap individu bahwa hal yang mereka fokuskan adalah sesuatu yang akurat dan juga menjadi fokus orang lain (Helfick, 2011). 

 

Spotlight effect pada media sosial

Pengaruh spotlight effect pada media sosial termanifestasi dalam 3 hal berikut, diantaranya:

 

1. Spotlight effect mempengaruhi cara individu mempersepsikan penilaian orang lain terhadap dirinya, yang cenderung berlebihan. Sebagai contoh, pengguna media sosial mengartikan likes sebagai perhatian dari orang lain, padahal mungkin orang lain hanya menggulir layar gawainya tanpa memberikan perhatian yang berarti terhadap postinganya (Bari, 2021), termasuk asal menekan tombol suka.

 

2.    Spotlight effect mempengaruhi cara individu menilai dirinya sendiri sebagai antisipasi terhadap penilaian orang lain (Gilovich & Savitsky, 1999). Sebagai contoh, pengguna media sosial kerap memeriksa caption yang ia tuliskan berulang kali bilamana ada kesalahan (Bari, 2021).

 

3.   Spotlight effect membuat individu yang melakukan kesalahan, mengira bahwa orang lain akan menghakiminya dengan lebih keras daripada yang sebenarnya terjadi, yang kemudian membuat mereka menyalahkan dan menghukum diri mereka sendiri (Gilovich & Savitsky, 1999).

 

Tak heran, jika spotlight effect dapat menjadi memicu munculnya dampak negatif pada diri individu. Bari (2021) menyampaikan bahwa spotlight effect dapat meningkatkan kecemasan sosial. Selain itu individu juga menjadi lebih peduli dengan body image, yang terlihat dari banyaknya pengguna media sosial yang mengedit bagian tubuh mereka sebelum mengunggah postingannya. Di lain sisi, spotlight effect juga dapat membawa dampak positif pada media sosial, contohnya spotlight effect dapat bermanfaat bagi individu yang ingin mengekspresikan dan meningkatkan kepercayaan dirinya melalui media sosial (Bari, 2021).

 

Mengatasi dampak buruk spotlight effect pada media sosial

Pada dasarnya, pengaruh spotlight effect pada media sosial bergantung pada bagaimana penggunanya. Karena itu, kita perlu menyikapi spotllight effect ini dengan bijak. Untuk membantu kita menyikapi spotlight effect dengan bijak, diperlukan adanya kesadaran akan 2 hal berikut ini:

 

1.   Individu perlu memahami keberadaan spotlight effect, yang artinya individu tidak selalu menjadi pusat perhatian dan yang individu pikirkan adalah berlebihan. Walaupun, ada beberapa orang yang sungguh memperhatikan, namun tidak sebanyak yang kita pikirkan. Misalnya, ketika kita membuat kesalahan, tidak serta merta akan mendatangakan respon buruk dari orang lain. Kekhawatiran kita bisa saja dampak dari spotlight effect yang sebenarnya berlebihan dan belum pasti terjadi.

 

2. Individu perlu menyadari akan keberadaan empati. Ada situasi di mana orang-orang tidak akan menghakimi kekurangan/kesalahan kita, karena pada dasarnya setiap orang memiliki kekurangannya masing-masing atau pernah melakukan kesalahan yang sama (Gilovich & Savitsky, 1999). Misalnya, ketika kita melakukan typo (kesalahan koreksi kata) ketika membuat caption, bukan berarti orang lain akan langsung menghakimi kita. Lagi pula, siapa yang tidak pernah typo dalam hidupnya? Oleh karena itu, mari berhenti berpikir secara berlebihan, dan mulailah berpikir positif. Lebih baik lagi, jika kita mulai menerapkan empati tersebut dalam bermedia sosial, dengan lebih bijak dalam memberikan komentar terhadap orang lain.

 

3.    Langkah praktis lain yang dapat kita lakukan adalah dengan menyalakan fitur hide like and commentspada pengaturan akun media sosial kita, sebagai contoh media sosial instagram. Hal ini dapat diterapkan sebagai langkah pencegahan, agar kita tidak terpaku pada feedback, seperti likes ataupun komentar orang lain.

 

Hanya karena anda tidak mengakui, bukan berarti itu tidak terjadi.

Pun ketika anda mengakui bukan berarti itu pasti terjadi.

-Rachel Siagian

 

 

Referensi :

 

Bari, T. J. (2021). How Does Social Media Affect Your Spotlight Effect? The Daily Star. https://www.thedailystar.net/shout/news/how-does-social-media-affect-your-spotlight-effect-2126681

 

Gilovich, T., & Savitsky, K. (1999). The Spotlight Effect and the Illusion of Transparency: Egocentric Assessments of How We Are Seen by Others. 8(6), 165-168. https://doi.org/10.1111%2F1467-8721.00039

 

Heflick, N. A. (2011). The Spotlight Effect : Do as many people notice us as we think? Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-big-questions/201111/the-spotlight-effect

 

Kemp, S. (2022). Digital 2022: Indonesia. Hootsuite & We Are Social. https://datareportal.com/reports/digital-2022-indonesia?rq=digital%20report%20indonesia%202022

 

 

Myers, D. G., & Twenge, J. M. (2013). Social psychology (11th ed.). McGraw-Hill.