ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 11 Juni 2022

8 Langkah Self-Love Untuk Menghadapi Insecurity

 

Oleh: 

Agatha Regina 

Program Studi Psikologi, Universitas Bunda Mulia

 

Insecurity atau perasaan tidak aman adalah kondisi ketika seseorang dipenuhi rasa keraguan atas dirinya sendiri, yang kemudian memunculkan perasaaan tidak percaya diri Seseorang yang mengalami insecurity biasanya membutuhkan berbagai macam pengakuan atau validasi guna menutupi rasa ketidakpercayaan diri itu. Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang merasa insecure. Contohnya sering kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari. yaitu tidak berani mengungkapkan pendapat di depan umum, malu untuk menjawab pertanyaan dari guru atau dosen, malu untuk bertanya, dan lainnya. Banyak orang tidak berani melakukan hal tersebut karena khawatir bahwa apa yang ia tanyakan akan membuat ia terlihat bodoh. Ketika seseorang sudah merasa insecure, biasanya ia akan cenderung hidup dalam keraguan bahkan sampai merasa inferior untuk berinteraksi dengan orang lain. 

 

Ada beberapa hal yang membuat seseorang merasa insecure. salah satunya adalah membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Salah satu kasus klasik tentang hal ini adalah standar kecantikan atau beauty standard dalam komunitas sosialKetika individu menjadikan kelebihan orang lain sebagai tandar kecantikannya yaitu harus berkulit putih, harus bertubuh langsing, harus berkulit wajah mulus tanpa jerawat, dan berbagai standar lainnya sehingga membuat seseorang menjadi tidak percaya diri. Dalam kasus ini, orang yang membanding-bandingkan dirinya sendiri dengan orang lain seringkali mengalami self-love yang rendah. Orang yang mencintai dirinya sendiri (self-love) justru merupakan individu yang mampu menghargai dirinya sendiri dan mampu bersahabat dengan dirinya sendiri, menjadikannya individu yang lebih baik bagi dirinya dan orang lain.

  

Menurut Khoshaba (2012), self-love adalah kondisi ketika kita dapat menghargai diri sendiri dengan cara mengapresiasi diri saat kita mampu mengambil keputusan dalam perkembangan spritual, fisik, maupun psikologis. Selain membandingkan diri dengan orang lain, terdapat faktor lain yang membuat seseorang menjadi insecure yaitu selalu mempertimbangkan penerimaan dari orang lain. Lingkungan atau pandangan orang lain terhadap diri individu juga dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri dalam diri seseorang. Misalnya, ketika lebih memilih untuk menghabiskan waktunya untuk membaca buku pada akhir pekan, sedangkan teman-teman sebayanya yang lain lebih suka menghabiskan waktu malam minggunya dengan pergi jalan-jalan atau hangout. Akhirnya, timbul rasa tidak percaya diri karena rasa tidak sesuai dengan sebayanya.

 

Faktor berikutnya yaitu terdapat rasa takut atau tidak ingin keluar dari zona nyaman. Mengenai ketakutan untuk memulai segala sesuatu dan mengambil risiko karena ketakutan ini juga dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri dan rasa tidak aman di dalam pikiran. Ketakutan ini secara tidak langsung dapat menghambat diri seseorang untuk bisa berkembang menjadi lebih baik. Faktor lainnya yaitu pernah mengalami kegagalan. Hal ini juga dapat menjadi salah satu faktor ketidakpercayaan diri sehingga merasa ragu untuk memulai sesuatu dari awal. Kemudian faktor selanjutnya yaitu jika seseorang pernah mengalami peristiwa-peristiwa traumatis. Ketika peristiwa traumatis pernah terjadi, misalnya kekerasan yang terjadi pada diri seseorang, maka kondisi ini dapat memicu perasaan tidak aman dan membuat dirinya merasa tidak berharga. Faktor berikutnya yaitu gemar membandingkan diri dengan orang lain. 

 

Setiap orang memiliki proses berkembang yang berbeda-beda. Membandingkan sesuatu dengan orang lain akan menghambat diri seseorang untuk berkembang, sehingga hal ini perlu dikurangi agar tidak menjadi habit atau kebiasaan. Lalu, memandang rendah diri sendiri juga dapat menjadi salah satu faktor insecurity.Kondisi ini mungkin disebabkan atas pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan sehingga menjadikan seseorang tidak merasa percaya diri. Kemudian faktor berikutnya yaitu perlu mendapat pujian, validasi dan pengakuan dari orang lain. Salah satu ciri seseorang yang merasa insecure yaitu cenderung minder terhadap dirinya sehingga perlu untuk mendapatkan pujian serta pengakuan dari orang lain. Contoh sederhananya yaitu ketika seseorang sering memantau jumlah like dan followers di media sosial. Banyak sekali orang yang sangat perlu dengan jumlah tersebut untuk meningkatkan rasa percaya dirinya. 

 

Tidak menutup kemungkinan semua manusia pernah merasakan salah satu faktor yang telah disebutkan di atas. Tentu saja manusia tidak akan sepenuhnya luput dari perasaan-perasaan tersebut. Penulis mengartikan insecurity lebih kepada perasaan tidak nyaman dengan diri sendiri dan merasa dirinya kecil karena melihat banyak orang yang lebih baik. Samapai suatu ketika ketika saya merenunginya semua, “untuk apa saya membandingkan diriku dengan orang lain? Bukankah itu sama artinya saya memaksakan diri saya untuk bisa menjadi seperti orang lain?”  Mari kita renungkan bersama. Kita perlu melawan rasa tidak percaya diri atau insecure selangkah demi selangkah. Hal terpenting yaitu diperlukan niat dan tekad serta konsisten dalam mengatasinya. Berikut yang perlu dipersiapkan dan dilakukan untuk mengurangi insecurity, untuk dapat mulai mencintai diri sendiri menurut Hayes (2020): 

 

1. Mencatat kelemahan dan kelebihan diri 

Ketika kita sudah memiliki catatan ini, mulailah untuk berubah dengan memperbaiki kelemahan dan meningkatkan kelebihan Lakukanlah hal-hal yang perlu diubah agar Anda dapat menjadi lebih baik, namun ketika menurut Anda terdapat hal-hal yang sudah tidak bisa diubah, Anda perlu menerima hal tersebut. Menerima keadaan diri dalam bentuk apapun dan tetaplah bersyukur. Fokuslah pada penemuan dan pencarian value diri sendiri dan kurangi perilaku membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Saat seseorang sudah berhasil menerima kekurangan dan kelebihan, fokus terhadap tujuan hidup yang dimiliki, lalu hidup secara puas dengan usaha yang telah dilakukan. Menurut Chang (2008), orang yang tidak memiliki self-love cenderung akan menghukum dirinya sendiri terus-menerus dengan komentar negatif hingga menggerus harga diri dan membuatnya sulit untuk berkembang setiap harinya. Memberikan kritik terhadap diri sendiri sebenarnya tidak sepenuhnya salah. Terkadang dengan kritikan tersebut mungkin bisa menjadikan sesorang lebih baik dan berkembang kedepannya. Namun, kritikan negatif yang terus-menerus timbul dan muncul kerap terlalu mendominasi bahkan destruktif. Kritik destruktif yang berkepanjangan ini dapat membuat individu menjadi semakin putus asa dan tidak mencintai dirinya sendiri.  

 

2. Self-worth dan menerima kelebihan orang lain

Belajarlah lebih berbesar hati, yakini bahwa diri Anda juga bisa berkembang dan tidak perlu mengikuti standar penilaian orang lain. Menurut Santrock (2007), self-worth merupakan suatu prinsip yang dimiliki individu yang sudah mengenal dirinya sendiri dan menyadari bahwa tidak perlu mengikuti standar penilaian orang lain karena ia sudah mengetahui hal yang menjadi standar untuk dirinya sendiri. Ketika kita melihat orang lain yang lebih maju atau sukses daripada diri kita, hal ini dapat dijadikan sebagai motivasi diri untuk menjadi lebih baik dan berguna untuk membahwa perubahan bagi diri kita. Akan tetapi, jika hal tersebut menjadi acuan mati bagi hidup kita, sebaiknya hal ini lebih baik dihentikan. Be the bigger person. Sebaiknya, bandingkanlah diri sendiri di masa lalu dengan diri Anda sendiri saat ini guna mengevaluasi serta memperbaiki dan mengembangkan hal-hal positif yang dapat dilakukan hingga jangka panjang kedepan. Hasil penelitian oleh Sulistyanti dan Sujarwoko (2021) bahwa individu yang memiliki self-worth berarti individu tersebut sudah menghargai dirinya sendiri apapun keputusan yang diambil dan tidak perlu memenuhi kriteria apapun untuk merasa keberhargaan diri. 

 

3. Menghilangkan kebiasaan membandingkan diri

Hasil penelitian oleh Trianingsih (2019) hal kecil yang sering kita temui di lingkup keluarga, tanpa disadari orangtua seringkali membandingkan kakak hingga anak dapat merasa tersaingi, direndahkan, tidak semangat mempelajari pengalaman baru, diremehkan, membandingkan dirinya dengan temannya dan berbagai perasaan lainnya. Kondisi ini dapat membuat seseorang menjadi kurang percaya diri. Jika kita masih sulit untuk mengubah kebiasaan dan seringkali membandingkan diri sendiri dengan orang lain, terapkan hal ini dalam hati, “kemenangan dalam hidup bukanlah dengan mengalahkan orang lain, akan tetapi dengan menjadi versi terbaik dari diri sendiri”.

 

4. Bangkit dari kegagalan

Dari berbagai permasalahan-permasalahan yang diizinkan terjadi di dalam hidup kita, hal tersebut mengajarkan kita untuk bangkit dari kegagalan. Ketika kita merasa down, kecewa dan tidak mendapatkan suatu hal yang diharapkan, kita perlu mencoba lagi. Hal ini memang mudah untuk sekedar diucapkan namun salah satu solusinya yaitu terus mencoba lagi yang disebut sebagai resiliensi. Resiliensi dipahami sebagai kemampuan untuk bangkit kembali setelah mengalami kesulitan, untuk melanjutkan kehidupan dengan harapan akan menjadi lebih baik (Rutter, 2006). Hasil studi Vallahtullah & Indah (2019) menunjukkan bahwa resiliensi tidak hanya di pengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu saja (internal), tetapi juga dapat dipengaruhi oleh faktor dari luar (eksternal). Faktor internal terdiri dari spiritualitas, self-efficacy, optimisme dan self-esteem. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari dukungan sosial.

 

5. Kelilingi dirimu dengan orang yang suportif

Lingkungan pertemanan dan cara bergaul merupakan salah satu faktor penentu sifat dan karakteristik di dalam hidup. Berteman dan dikelilingi oleh lingkungan yang kurang suportif akan berdampak pada tingkat kepercayaan diri dan tidak menutup kemungkinan mengalami insecure. Menurut Sarafino (2011) dukungan sosial menjadi peran penting salah satunya pada dukungan emosional yaitu dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat menjaga keadaan emosi, afeksi dan ekspresi. Dukungan ini meliputi ekspresi empati, kepedulian, dan perhatian pada individu, memberikan rasa nyaman, memiliki dan perasaan dicintai. Ketika kita memiliki teman dan lingkungan yang suportif maka akan memudahkan kita untuk bisa lebih memiliki pikiran positif dan menjauhkan diri dari pikiran insecure.

 

6. Take your time dan menerima keadaan

Tantangan yang hingga saat ini masih sulit dilakukan yaitu menerima kondisi bahwa kita memang belum mendapatkan atau meraih target kita. Tidak ada kata “gagal”, namun yang lebih tepatnya yaitu “masih harus belajar.” Tentunya hal ini perlu keberanian dan kerendahan hati untuk jujur dan mengakui bahwa memang belum saatnya berhasil mencapai suatu hal atau target yang diinginkan. Hal ini termasuk ke dalam self-acceptance. Menurut APA Dictionary of Psychology, self-acceptance berarti mengakui, menerima, dan menghargai pencapaian maupun keterbatasan diri dan menjadi komponen utama kesehatan mental pada individu. Individu yang dapat mengenal dan percaya diri dengan kelebihan yang dimiliki serta menerima kekurangan dengan berlapang dada dan tidak malu atau merasa rendah diri untuk mengakui kekurangannya berarti individu tersebut mampu menerapkan self-acceptance dengan baik. Jika terdapat suatu hal yang belum dapat dicapai lalu individu cenderung denial atau semakin menolak suatu keadaan, pada akhirnya individu akan semakin sulit melangkah karena akan merasa semakin berat dan adanya suatu perasaan yang mengungkapkan bahwa ia masih belum bisa menerima kenyataan tersebut. That’s why you have to take your time and don’t be too hard on yourself. Tidak masalah ketika kita mengambil sedikit waktu untuk sekedar menenangkan diri. Tenangkan diri sendiri dan pikiran sejenak. Semakin kita cepat menerima, semakin cepat juga kita mulai melangkah lagi. Jadilah seperti bola basket yang memantul lebih tinggi setelah jatuh ke lantai. 

 

7. Introspeksi dan evaluasi diri

Evaluasi diri menjadi hal yang terpenting. Kita perlu melihat lagi apakah kita sudah melakukannya semaksimal mungkin. Kita juga perlu jujur dengan diri kita sendiri, apakah kemampuan kita sudah sesuai atau belum karena kita harus sadar akan kemauan dan kemampuan. Kalau hasilnya kurang sesuai dihati, coba tetap jalani dan tekuni. Sesuatu yang dijalani berdasarkan niat dan ditekuni tentu hasilnya juga akan memuaskan. Hasil penelitian Supeni (2010) introspeksi diri dengan baik dapat meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri yang akhirnya dapat membantu dalam pengembangan diri pribadi mahasiswa. Cara untuk memulai instrospeksi diri yaitu dimulai bertanya pada diri sendiri mengenai pikiran dan perasaan terkait suatu masalah. Kemudian mencoba untuk mengidentifikasi penyebab pikiran dan perasaan yang ditimbulkan dari suatu masalah, lalu mencoba mengubah diri atau memperbaiki masalah yang terjadi agar tidak terulang kedepannya serta guna untuk membangun jati diri yang lebih baik kedepan. Hal ini juga didukung dengan penyesuaian atau mengubah sudut pandang terhadap suatu penilaian masalah. Maka dari itu individu seiring berjalannya waktu dapat berdamai dengan dirinya sendiri dan berusaha memaafkan diri sendiri. Dengan introspeksi diri akan memicu kesadaran akan kekuatan, potensi dan keterbatasan yang dimiliki. 

 

8. Berani memulai dan konsisten

Ambilah suatu keputusan dan jalani keputusan tersebut tanpa menoleh ke belakang. Perlu diketahui bahwa suatu hal yang paling membuang-buang waktu yaitu menyesali apa yang telah terjadi. Ketika seseorang menyesal dengan langkah yang terlanjut diambil, misalnya salah memilih jurusan perkuliahan, hal inilah yang membuat langkah seseorang menjadi berat. Usahakanlah berpikir matang sebelum memulai lagi kedepannya. Menurut pandangan Clarin Hayes (2020) “you don’t have to see the whole staircase, just take the first step.” (Kamu tidak perlu melihat seluruh anak tangga yang panjang, cukup ambil langkah pertama saja). Jangan pernah melihat seberapa banyak materi yang harus kita pelajari atau dikerjakan, karena pasti akan terlihat sangat banyak dan pada akhirnya tidak akan selesai dilaksanakan. Bukalah halaman pertama dan coba dibaca terlebih dahulu, lama-kelamaan akan tidak berasa sudah beberapa halaman yang terbaca. Begitu juga dengan kehidupan, lakukan selangkah demi selangkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas diri. Lelah hingga menurunnya tingkat kepercayaan diri merupakan hal yang wajar, istirahatlah sejenak dan coba lanjutkan kembali untuk memperbaiki dan mengembangkan diri demi meningkatkan kepercayaan diri yang berpengaruh pada kualitas diri. Kesuksesan itu sudah ada pada setiap orang, tergantung pada individu tersebut. Mana yang gigih dan terus berusaha menjemput kesuksesan itu dengan cepat dan tepat, sebab bukan kesuksesan yang mendatangi kita, tetapi kita yang mendatangi kesuksesan tersebut. 

 

Penutup

Mulailah mengubah kebiasaan menyalahkan, merendahkan dan ketidakpercayaan diri dengan lebih mencintai diri sendiri. Jadilah sahabat bagi dirimu sendiri karena seorang sahabat mampu berwelas asih serta mengerti ketika kita sedang mengalami kegagalan dalam menjalani proses di kehidupan. Seorang sahabat dapat melihat dengan mudah berbagai kelemahan seseorang tetapi sembari mengingatkan sederet kelebihannya dan yang terpenting adalah seorang sahabat yang baik tidak hanya mengkritik, namun selalu memberikan dukungan agar individu dapat menjadi jauh lebih baik kedepan. 

 

 

Referensi:

 

Chang,E.C. (2008). Self-criticism and self-ehacement: theory, research and clinical implications. (1st ed.). American Psychological Association

 

Hayes, Clarin. (2020). Millennials Mental Problem “Are You Okay?”. Loveable. 

 

Khoshaba, D. (2012). A seven-step prescription for self-love. Diunduh dari  https://www.psychologytoday.com/us/blog/get-hardy/201203/seven-step-prescription-self-love.

 

Missasi, Vallahtullah., Izzati, Indah.D.C. Fakor-faktor yang mempengaruhi resiliensi. Jurnal Psikolgi Universitas Ahmad Dahlan, 433-441. 

 

Rutter, M. (2006). Implications of resilience concepts for scientific understanding. Annals NewYork Academy of Science, 1094, 1-12.

 

Santrock, John W. (2007). Remaja. (11th ed). Erlangga.

 

Sarafino, E., P. (2011). Health PsychologyBiopsychosocial Interaction. (7 th ed.). Wiley.

 

Self-Acceptance. (2020). In APA Dictionary of Psychology. Diunduh dari https://dictionary.apa.org/self-acceptance

 

Sulistyanti,Evi., Sujarwoko,Heru. (2021). Peran konselor dalam meningkatkan rasa cinta kepada diri sendiri. Jurnal UNS, 2021(2), 468-473. 

 

Supeni,M.G. (2010). Peningkatan pemahaman dan penerimaan diri melalui introspeksi terbimbing sebagai upaya pengembangan pribadi mahasiswa FKIP UTM th.2010-2011. Diunduh dari https://media.neliti.com/media/publications/17781-ID-peningkatan-pemahaman-dan-penerimaan-diri-melalui-introspeksi-terbimbing-sebagai.pdf

 

Trianingsih, R., Inayati, I. N., & Faishol, R. (2019). Pengaruh Keluarga Broken Home Terhadap Perkembangan Moral dan Psikososial Siswa Kelas V SDN 1 Sumberbaru Banyuwangi. Jurnal Pena Karakter (Jurnal Pendidikan Anak dan Karakter), 02(01), 9– 16.