ISSN 2477-1686
Vol. 8 No. 10 Mei 2022
Peran Lingkungan Kerja Dalam Membangun Komitmen Kerja Yang Baik
Oleh
Muhammad Rafii Nasution
Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara
Lingkungan kerja adalah suatu situasi dan kondisi yang ada di ruang lingkup pekerjaan. Opperman (2002) mendefinisikan menjadi komposisi dari tiga sub-lingkungan utama yang meliputi lingkungan teknis, lingkungan manusia dan lingkungan organisasi. Menurut mereka lingkungan teknis mengacu pada alat, peralatan, infrastruktur teknologi dan elemen fisik atau teknis lainnya dari tempat kerja. Lingkungan manusia termasuk rekan-rekan, orang lain dengan siapa karyawan berhubungan, tim dan kelompok kerja, masalah interaksional, kepemimpinan dan manajemen.
Lingkungan manusia dapat diartikan sebagai jaringan interaksi formal dan informal antar rekan kerja; tim serta hubungan bos-bawahan yang ada dalam kerangka organisasi. Interaksi semacam itu (terutama interaksi informal), agaknya, menyediakan jalan untuk penyebaran informasi dan pengetahuan serta fertilisasi silang ide di antara karyawan. , lingkungan organisasi mencakup sistem, prosedur, praktik, nilai dan filosofi yang beroperasi di bawah kendali manajemen. Ketiga jenis lingkungan ini sangat mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya.
Lingkungan kerja yang kondusif adalah suatu hal yang menyenangkan bagi karyawan dalam menyelesaikan atau melaksanakan pekerjaannya. Briner (2000) mengatakan bahwa Lingkungan kerja memiliki banyak sifat, komponen atau faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan fisik dan psikologis pekerjanya. Seberapa baik karyawan terlibat dengan faktor-faktor di lingkungan kerja mereka mempengaruhi sebagian besar tingkat kesalahan mereka, tingkat inovasi dan kolaborasi dengan karyawan lain, ketidakhadiran dan berapa lama mereka bertahan dalam pekerjaan tersebut yang merupakan fungsi dari pekerjaan mereka. Ada beberapa factor yang dikemukakan Kyko (2005) yang memiliki efek determinan apakah lingkungan tempat kerja akan kondusif atau sebaliknya.
1. Manajemen yang tidak jelas, faktor ini terdiri dari isu-isu seperti visi, misi, tujuan, atau sasaran yang tidak jelas, kemudian sistem, kebijakan, peraturan atau aturan yang didefinisikan dengan buruk; peran ambigu; melanggar prinsip pengelolaan; tidak efisien menggunakan sumber daya dan ketika orang lolos dari kecurangan atau tidak melakukan tugas mereka.
2. Boss, bermain pilih kasih menunjukkan preferensi untuk satu set bawahan atas yang lain pada fungsi mereka; tidak memberikan pengakuan atas kinerja bawahannya; bos yang mengklaim prestasi bawahan; bos yang menyensor kinerja karyawan yang baik ke manajemen yang lebih tinggi; bos yang merusak harga diri karyawan; atasan yang tidak memberikan instruksi dan arahan yang jelas; bos yang menahan informasi penting dari karyawan di mana informasi sangat penting untuk kinerja pekerjaan yang efisien; bos yang menyalahkan karyawan jika terjadi kesalahan; bos yang mengatakan satu hal dan melakukan hal lain; bos yang tidak tegas mengakibatkan karyawan tidak memiliki arah.
3. Kebijakan Perusahaan: Kebijakan menang-kalah, sentralisasi kekuasaan, menciptakan kelompok istimewa dalam organisasi dan terlalu banyak birokrasi.
4. Kondisi Kerja: Lingkungan kerja yang panas dan bising, kondisi kerja yang tidak aman, pekerjaan yang kotor lingkungan, sumber daya yang tidak mencukupi, teknologi lama.
5. Hubungan Interpersonal: Politik yang tidak sehat, kurangnya kerjasama antar karyawan, penyebaran rumor, keterasingan, ketidakpercayaan, sabotase.
6. Bayar: Bayar di bawah harga pasar
Komitmen kerja merupakan suatu keadaan psikologis yang mencirikan hubungan karyawan dengan organisasi; dan berimplikasi pada keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan keanggotaan dalam organisasi (Yusuf, dkk, 2012). Komitmen kerja yang baik adalah komitmen yang dipegang oleh karyawan dalam pekerjaanya. Ada beberapa landasan utama dalam komitmen atau pola piker yang dapat membentuk perilaku afektif, normatif dan berkelanjutan, yaitu:
1. Komitmen Afektif, Seorang pekerja yang memiliki komitmen afektif untuk pekerjaan tersebut sangat mengidentifikasi dengan tujuan organisasi dan tetap setia kepada organisasi. Komitmen tersebut bersifat afektif karena merupakan keputusan pribadi karyawan untuk berkomitmen pada organisasi
2. Komitmen Berkelanjutan, ketika seorang karyawan tetap dengan organisasi sebagian besar karena kebutuhan, baik karena kurangnya alternatif atau biaya yang terkait dengan meninggalkan, seperti kehilangan pendapatan, senioritas atau manfaat pensiun.
3. Komitmen Normatif, Seseorang yang berkomitmen mungkin berperilaku dengan cara di mana mereka tidak langsung mempertimbangkan keuntungan pribadi, tetapi karena mereka percaya bahwa tindakan tersebut merupakan perilaku yang benar secara moral.
Jadi bagaimana dengan peran lingkungan kerja?
Peran lingkungan kerja sangat penting dan utama bagi karyawan, lingkungan kerja yang nyaman, lingkungan kerja yang saling membantu antar sesama karyawan ataupun atasan dengan karyawan. Akan baik hasilnya bagi karyawan yang selalu berkomitmen dalam menjalankan pekerjaannya dan akan menghasilkan produktivitas kerja yang baik bagi perusahaan.
Referensi:
Briner, R. B. (2000) Relationships between work environments, psychological environments and psychological well-being: in-depth review. Occupational Medicine. 50 (5), 299-303.
Opperman, C. S. (2002). Tropical Business Issues. Partner Price Water House Coopers). International Business Review.
Kyko, O. C. (2005) Instrumentation: Know Yourself and Others. New York: Longman
Yusuf ,N., & Metiboba S. (2012) Work environment and job attitude among employees in a Nigerian work organization. Journal of Sustainable Society, 1(2), 36-43.