ISSN 2477-1686
Vol. 8 No. 9 Mei 2022
Successful Aging Lansia Pada Masa Pandemi Covid-19
Oleh
Anastasia Wenardy, Elizabeth Vanya Soegiantoro, Mellen Tannia, & Fransisca Rosa Mira Lentari
Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Setiap individu memiliki tugas dan pencapaian selama masa perkembangannya, termasuk pada lanjut usia (lansia). Undang Undang (UU) Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) (dalam Margaretta, 2021) pada tahun 2020, persentase penduduk lansia Indonesia mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat sejak tahun 1971 hingga 2020, yaitu dari 13 juta jiwa menjadi sekitar 26 juta jiwa (9,92 persen populasi penduduk Indonesia).
Peningkatan jumlah lansia di Indonesia memberikan tantangan tersendiri bagi negara untuk menaruh perhatian pada usaha peningkatan kesejahteraan hidup lansia. Menurut Candra, Rahayu dan Sumarwati (2016), peningkatan jumlah lansia seharusnya diimbangi dengan peningkatan kualitas hidup, sehingga lansia mencapai successful aging. Diharapkan lansia yang sehat, aktif, mandiri, dan produktif dapat memberikan kontribusi bagi negara dengan menyumbangkan berbagai pandangan terkait pembangunan negara. Namun pada kenyataannya, lansia cenderung dipandang secara negatif karena pada masa ini terjadi banyak penurunan dalam berbagai aspek kehidupan, baik secara fisik, kognitif, maupun psikososial.
Menurut Rowe dan Kahn (1997), successful aging memiliki tiga komponen utama, yaitu:
1. Kemampuan lansia untuk memiliki tingkat risiko atau kecacatan dari suatu penyakit yang rendah.
2. Tingkat fungsi kognitif dan fisik yang tinggi. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan oleh lansia karena semakin bertambahnya usia, lansia akan mengalami berbagai perubahan secara fisik dan kognitif.
3. Terlibat aktif selama hidupnya. Memiliki hubungan sosial yang baik (social relation) dan melakukan aktivitas yang produktif (productive activities) adalah cara yang dapat dilakukan oleh lansia untuk terlibat aktif selama hidupnya. Terdapat dua jenis dukungan sosial yang dapat diberikan oleh orang lain, yaitu:
1) Socio-emotional, seperti ekspresi kasih sayang, kebahagiaan, serta emosi positif lainnya.
2) Instrumental, seperti pemberian bantuan secara langsung dengan membantu mengerjakan suatu tugas, memberikan uang, atau bantuan lainnya yang berhubungan dengan fisik.
Successful aging tidak dapat dicapai secara instan, melainkan membutuhkan waktu bertahun-tahun karena adanya proses adaptasi terhadap penurunan kapasitas fungsional secara kognitif dan fisik, usaha untuk menjaga hubungan sosial, dan perubahan akibat penuaan (Nindialoka, 2017). Ketercapaian successful aging pada lansia menunjukkan bahwa lansia dapat tetap hidup dengan aktif, mandiri, dan produktif terlepas dari segala penurunan kapasitas fungsional yang disebabkan oleh meningkatnya usia lansia. Didukung oleh penelitian Liang, et al. (2003) dalam penelitiannya menemukan bahwa lansia akan selalu mengalami penurunan kapasitas fungsional, sehingga diperlukan hubungan interpersonal yang baik, aktivitas untuk menjaga kesehatan fisik, dan kepribadian yang positif untuk mencapai successful aging.
Pandemi COVID-19 yang terjadi sejak tahun 2020 sampai dengan tahun ini dapat menjadi salah satu tantangan besar yang harus dihadapi oleh lansia. WHO menyatakan bahwa lansia merupakan kelompok usia yang paling rentan terpapar COVID-19. Lansia yang merupakan kelompok rentan harus mengurangi intensitas berinteraksi dengan orang lain. Risiko terpapar yang sangat besar ini dapat memengaruhi dua dari tiga komponen ketercapaian successful aging lansia yaitu terhindar dari penyakit dan mempertahankan relasi. Kondisi ini dapat memengaruhi dua komponen successful aging lansia, yaitu menurunnya komponen tingkat penyakit yang rendah dan komponen terlibat aktif selama hidupnya.
Menurut Minannisa (2021), kondisi pandemi dapat meningkatkan beban pikiran dan keresahan lansia. Kondisi pikiran yang negatif, penurunan imun tubuh, serta terhambatnya hubungan sosial selama pandemi dapat menjadi tantangan yang menggoyahkan pemikiran akan tercapainya successful aging pada diri lansia. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan menggali gambaran successful aging lansia pada masa pandemi COVID-19. Peneliti melakukan wawancara semi-terstruktur secara daring menggunakan aplikasi Zoom meeting.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua partisipan telah mencapai successful aging sesuai dengan ketiga komponen utama dari Rowe dan Khan (1997), yaitu tingkat risiko atau kecacatan penyakit yang rendah, tingkat fungsi kognitif dan fisik yang tinggi, dan terlibat aktif selama hidupnya. Jika dilihat dari ketercapaian komponen tingkat risiko atau kecacatan penyakit yang rendah, kedua partisipan menjalani hidup yang sehat. Mereka memiliki pola tidur yang baik yaitu tidur minimal delapan jam. Pola tidur partisipan jauh lebih teratur semenjak adanya pandemi. Aktivitas berolahraga yang dilakukan oleh partisipan tidak terganggu pada masa pandemi karena sudah terbiasa berolahraga menggunakan treadmill di dalam rumah. Selain itu, mereka juga selalu aktif mencari kegiatan-kegiatan untuk mencegah penyakit-penyakit akibat penuaan. Kedua partisipan sama-sama memiliki riwayat penyakit, namun mereka dapat mengatasinya.
Pada ketercapaian komponen tingkat fungsi kognitif dan fisik yang tinggi, kedua partisipan memiliki tingkat produktivitas yang tinggi dari sebelum dan selama pandemi. Selain itu, kedua partisipan juga melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mengasah otaknya untuk mencegah kepikunan. Lalu, olahraga membuat kedua partisipan dapat memiliki kualitas tidur yang baik dan membuat tubuh menjadi lebih segar. Namun, terdapat aspek yang tidak dilakukan oleh kedua partisipan dalam mencapai komponen kedua, yaitu tingkat pendidikan yang tinggi. Kedua partisipan memilih untuk bekerja dibandingkan menyelesaikan pendidikannya. Pilihan kedua partisipan ini tidak memengaruhi kehidupan sehari-hari maupun pekerjaan yang dimiliki saat ini.
Kemudian, pada ketercapaian komponen terakhir yaitu terlibat aktif selama hidupnya, kedua partisipan banyak berinteraksi dengan orang lain, seperti rekan kerja, teman dan keluarga. Kedua partisipan hanya mendapatkan dukungan dari lingkungannya sebelum masa pandemi. Selama masa pandemi, kedua partisipan tetap menjalin hubungan yang akrab dengan keluarganya. Namun, kedua partisipan semakin menjauh dengan temannya karena takut tertular virus COVID-19. Kedua partisipan masih tetap melakukan berbagai aktivitas pada masa pandemi walaupun menjadi lebih terbatas.
Kedua partisipan pernah mengalami peristiwa hidup yang membuat diri mereka merasa tertekan, namun berhasil mengatasinya. Selain itu, terdapat sebuah penemuan menarik dari penelitian yang dilakukan, yaitu memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi. Kedua partisipan memiliki pola pikir bahwa kehidupan yang dijalani harus ikhlas, tulus, serta berserah kepada jalan yang ditentukan Tuhan agar tidak menjadi beban pikiran.
Berdasarkan hasil penelitian, masa pandemi tidak memberikan pengaruh terhadap ketercapaian successful aging kedua partisipan. Hal ini terlihat dari salah satu partisipan yang tidak memiliki kekhawatiran dan mendapatkan keuntungan bisnis di masa pandemi. Sementara itu, salah satu partisipan khawatir jika dirinya terkena COVID-19 dan menularkannya kepada keluarga.
Referensi:
Candra, R. A. A., Rahayu, E., & Sumarwati, M. (2016). Hubungan antara harga diri dengan pencapaian successful aging pada lansia wanita di desa Karangtengah. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Indonesia, 8(2), 15-30.
Creswell, J. W. (2012). Educational research: Planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research (4th ed.). Pearson.
DeJonckheere, M., & Vaughn, L. M. (2019). Semi structured interviewing in primary care research: A balance of relationship and rigour. Family Medicine and Community Health, 7(2), 1-8. doi: 10.1136/fmch-2018-000057
Liang, J., Shaw, B. A., Krause, N. M., Bennett, J. M., Blaum, C., Kobayashi, E., Fukaya, T., & Sugihara, Y. (2003). Changes in functional status among older adults in Japan: Successful and usual aging. Psychology and Aging, 18(4), 684-695.
Margaretta, E.L.D.S. (2021). Asuhan keperawatan gerontik inkontinensia urine urgensi melalui metode latihan berkemih di UPT pelayanan sosial tresna werdha pasuruan. [Skripsi: Universitas Airlangga].
Minannisa, C. (2021). Kondisi stress lansia di masa pandemi covid-19 dan pencegahannya. OSF Preprints.doi:10.31219/osf.io/j8t4y
Nindialoka, H. (2017). Dinamika psikologis proses pencapaian successful aging pada lansia pensiunan. [Skripsi: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim].
Pemerintah Indonesia. (1998). Undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tentang kesejahteraan lanjut usia. Lembaran RI Tahun 1998, No. 13. Sekretariat Negara.
Rowe, J. W., & Kahn, R. L. (1997). Successful aging. The Gerontologist, 37(4), 433-440.
World Health Organization. (1999). Men Ageing and Health. URL: https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/66941/WHO_NMH_NPH_01.2.pdf;jsessioni. Diakses tanggal 22 Mei 2021.