ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 9 Mei 2022

Peran Ilmu Psikologi Untuk Mendukung Penggunaan Energi Terbarukan:

Pemanfaatan Nilai Lokal Indonesia

 

Oleh:

Rocky

Fakultas Psikolog, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

 

Isu lingkungan merupakah hal yang sangat penting untuk diketahui bersama. Bagaimana proges berbagai pihak seperti pemerintah, industri, dan masyarakat dalam upayanya untuk mengurangi emisi karbon perlu kita perhatikan bersama. Tentunya dengan mengetahui kemajuan tersebut kita bisa mengawal dan bahkan ikut terlibat secara langsung dalam menjaga lingkungan. Hal ini untuk mendukung perjanjian Paris yang sudah disetujui pemerintah Indonesia Bersama 170 negara lainnya (Menteri LHK, 2016). Secara garis besar perjanjian Paris adalah kesepakatan global yang bertujuan untuk menghadapi perubahan iklim. 

 

Salah satu hal penting yang sedang digalakkan pemerintah dalam mendukung perjanjian Paris adalah dengan menggunakan energi terbaharukan. Peralihan energi fosil menjadi energi terbaharukan (EBT) seperti pembangkit listrik tenaga angin dan matahari terus dilakukan. Sayangnya peralihan ini dapat menjadi masalah baru. Pada tahun 2050 konsumsi listrik Indonesia diprediksi akan tumbuh pesat menjadi 2000 Terra Watt hour (TWh), sedangkan kapasitas pembangkit EBT hanya akan mencapai 500 TWh (Setiawan, 2021). Untuk memenuhi kebutuhan listrik tersebut pemerintah membutuhkan modal yang sangat besar, sehingga sangat sulit untuk dipenuhi dalam jangka pendek. 

 

Masyarakat sebetulnya dapat ikut berpartisipasi dalam mengatasi masalah kebutuhan energi terbaharukan. Selain melakukan penghematan energi, masyarakat dapat secara mandiri menggunakan pembangkit listrik EBT rumahan seperti solar panel. Akan tetapi biaya yang dibutuhkan untuk menggunakan solar panel masih cukup tinggi. Untuk penggunaan listrik 1300 watt dibutuhkan biaya hingga lima belas hingga dua puluh juta rupiah. Sangat mahal jika dibandingkan dengan tarif listrik saat ini yaitu 1444.70 per KWh (Anwar, 2022)

 

Kesenjangan biaya memang menjadi tantangan bersama dalam membangun mindset energi terbaharukan. Walau begitu jangan sampai masyarakat hanya berfokus pada biaya yang murah, dan menghiraukan dampaknya pada lingkungan. Masyarakat yang sudah terbiasa menikmati energi dengan biaya yang murah, harus mulai membangun mindset jangka panjang tentang energi terbaharukan. Seperti yang dipaparkan Subroto sebagai mentri pertambangan dan energi 1978-1988 bahwa tantangan terbesar transisi energi terbaharukan adalah mengubah mindset atau pola pikir bangsa agar mendukung ketersediaan energi terbaharukan (Perdana, 2022). Masyarakat perlu melakukan efisiensi energi dan mendukung penggunaan EBT agar target tahun 2050 dapat tercapai. 

 

Ilmu Psikologi seharusnya dapat ikut berperan aktif dalam membangun pemanfaatan energi terbaharukan. Seperti yang disapaikan sebelumnya oleh mentri pertambangan dan energi bahwa mindset merupakan tantangan terbesar dan ilmu psikologilah yang mungkin bisa menjawab tantangan tersebut. Berbagai intervensi psikologis selayaknya dapat dimanfaatkan untuk membangun mindset energi terbaharukan. Salah satu teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan mindset ini adalah Value-Belief-Norm theory (VBN)di mana teori ini mencoba menjelaskan perilaku manusia dalam menerapkan energi terbaharukan dengan memanfaatkan value atau nilai yang dimiliki manusia secara global (van der Werff & Steg, 2016). Teori VBN menjelaskan bahwa nilai-nilai seperti biospheric yaitu menjaga harmoni dengan alam dan altruistic sebagai percaya akan nilai kebaikan sesama manusia akan mendukung perilaku ramah lingkungan. Walau begitu perlu diketahui bahwa nilai-nilai yang disebutkan dalam VBN, meskipun disebut nilai global bisa jadi akan terasa jauh dari nilai-nilai yang diterapkan oleh orang Indonesia seperti nilai egoistic

 

Pemanfaatan nilai-nilai yang sudah ada dalam manusia dalam menerapkan energi ramah lingkungan dirasa akan lebih efektif jika menggunakan nilai lokal di Indonesia. Nilai lokal Indonesia dari berbagai daerah seperi hamemayu hayuning bawono (Jawa), tri hita karana (Bali), masian-muit-nasi (NTT), merupakan contoh-contoh bahwa budaya Indonesia sudah mendukung perilaku ramah lingkungan. Nilai-nilai yang disebutkan tadi merupakan hal yang sudah ada dalam masyarakat Indonesia dari berbagai daerah, dan tentunya akan lebih mudah diangkat dalam kesadaran masyarakat masing-masing daerah tersebut. 

 

Potensi nilai lokal Indonesia tentunya sangat baik untuk dikaji lebih lanjut, untuk mendukung kesadaran masyarakat tentang penerapan energi ramah lingkungan. Walau demikian nilai-nilai ini tidak dapat langsung digunakan sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui nilai-nilai apa saja yang dapat digunakan untuk mendukung penerapan energi ramah lingkungan. Penelti-peneliti psikologi perlu bekerja bersama-sama untuk menjawab nilai apa saja dan bagaimana pemanfaatan nilai-nilai tersebut untuk mendukung penerapan energi ramah lingkungan. Hasil penelitian ini nantinya bisa dimanfaatkan oleh praktisi ataupun pemerintah, misalnya agar masyarakat ekonomi menengah dan keatas mau menggunakan panel surya dengan biaya pribadi.

 

 

Referensi:

 

Anwar, M. C. (2022). Daftar Tarif Listrik 2022: Beda Harga Listrik Subsidi dan Non-subsidi. Retrieved February 20, 2022, from Kompas.com website: https://money.kompas.com/read/2022/01/25/092706226/daftar-tarif-listrik-2022-beda-harga-listrik-subsidi-dan-non-subsidi?page=all

 

Menteri LHK. (2016). Indonesia Menandatangani Perjanjian Paris Tentang Perubahan Iklim. Retrieved March 19, 2022, from PPID Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan website: http://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/298

 

Perdana, A. P. (2022). Penerimaan Masyarakat Jadi Tantangan Transisi Energi. Retrieved February 20, 2022, from Kompas.id website: https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2022/02/05/penerimaan-masyarakat-jadi-tantangan-transisi-energi

 

Setiawan, V. N. (2021). DEN Sebut EBT Tak Bisa Penuhi Kebutuhan Listrik 2050 Sebesar 2.000 TWh. Retrieved February 20, 2022, from katadata.co.id website: https://katadata.co.id/happyfajrian/ekonomi-hijau/6156685f6ab48/den-sebut-ebt-tak-bisa-penuhi-kebutuhan-listrik-2050-sebesar-2000-twh

 

van der Werff, E., & Steg, L. (2016). The psychology of participation and interest in smart energy systems: Comparing the value-belief-norm theory and the value-identity-personal norm model. Energy Research and Social Science22, 107–114. https://doi.org/10.1016/j.erss.2016.08.022