ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 9 Mei 2022

Menghadirkan Rasa Aman Dalam Kehidupan Sehari-Hari 

 

Oleh:

Rika Fitriyana

Fakultas Psikologi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

 

 

Kondisi Pandemi di Indonesia

Sejak bulan Maret 2020, Pemerintah Indonesia mengumumkan status darurat terkait dengan pandemi yang melanda karena virus Covid-19. Tercatat hingga kini jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai angka 6.030.168 Situasi ini bersifat fluktuatif dan sejauh ini sudah terjadi tiga gelombang penularan Covid-19 yang cukup mengkhawatirkan, yaitu di bulan Januari dan Juli 2021, serta bulan Januari 2022 (Satgas Covid-19, 2022).

 

Kondisi seperti ini tentunya membutuhkan penanganan menyeluruh karena dapat diidentifikasi sebagai darurat kesehatan. Krisis pandemi ini tidak hanya berdampak bagi kesehatan, tetapi juga sektor lain seperti perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat pada umumnya (Putinas-Neugebauer & Roland-Lévy, 2021)Tidak hanya di Indonesia, akan tetapi terjadi juga di belahan dunia lainnya.

 

Apa yang terjadi?

Tercatat berbagai riset menunjukkan ragam dampak penyebaran Covid-19 khususnya yang berhubungan dengan kesehatan mental individu. Di Amerika Serikat, masalah yang berhubungan dengan psikis bermunculan seperti kecemasan, rasa khawatir, depresi, kehilangan ketertarikan, dan persepsi yang buruk terhadap kondisi kesehatan secara umum (Le & Nguyen, 2021)Sementara di Indonesia sendiri, selama pandemi berlangsung tingkat permasalahan kesehatan jiwa menjadi semakin berat untuk diselesaikan seiring dengan peningkatan prevalensi. Menyebarnya perasaan cemas, ketakutan, tekanan mental akibat dari isolasi, pembatasan jarak fisik dan hubungan sosial, serta ketidakpastian merupakan contoh permasalahan yang terjadi saat ini (Redaksi Sehat Negeriku, 2021).

 

Berbagai hal yang terjadi menimbulkan dinamika tersendiri dalam diri individu maupun masyarakat dalam skala luas. Ancaman penyakit, ketidakpastian, pembatasan aktivitas sosial merupakan beberapa pencetus munculnya rasa tidak aman. Salah satu hal lain yang ditakuti adalah ancaman kematian jika terpapar Covid-19. Itulah yang terjadi selama krisis kesehatan ini berlangsung. 

 

Menghadapi ancaman di dalam ketidakpastian seperti saat ini secara tidak langsung menelisik rasa aman yang ada di dalam diri. Jika kita melihat dari hierarki kebutuhan Maslow, rasa aman berada di urutan kedua yang meliputi kebutuhan untuk dilindungi dari sumber bahaya, baik fisik maupun psikologis (Maslow, 2010)Dengan begitu rasa aman mendorong individu untuk memeroleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan lingkungan (Febrieta & Pertiwi, 2018).

 

Saat ini, kita dihadapkan pada situasi krisis yang menyebabkan munculnya berbagai disfungsi dalam kehidupan. Sebagai contoh; situasi di tempat kerja setelah adanya Covid-19 berbeda jauh dengan kondisi sebelumnya (Makhbul & Rawshdeh, 2021)Covid-19 juga turut mengancam keberlangsungan terselenggaranya Pendidikan (Li et al., 2021)Cara berinteraksi satu sama lain pun mengalami perubahan drastis dengan diterapkannya protokol kesehatan di dalam situasi sosial. Mulai timbul ketakutan akan dampak sosioekonomis berupa terputusnya rantai suplai berbagai kebutuhan hidup (Taylor et al., 2020).

 

Bagaimana menghadirkan rasa aman?

Menghadapi deretan ancaman permasalahan di atas memunculkan pertanyaan berikut yaitu: Bagaimana menghadirkan rasa aman dalam kehidupan sehari-hari? Perlu dipahami dan diterima bahwa kondisi saat ini sudah mengalami banyak perubahan dengan segala kelebihan dan kekurangan. Salah satu hal yang berperan penting dalam kehidupan seseorang adalah rasa aman yang dapat mencegah seseorang mengalami isu kesehatan mental (Le & Nguyen, 2021).

 

Ada banyak hal yang bisa membantu munculnya rasa aman dari dalam diri, yaitu:

1.    Lakukan mental switching, karena hal itu akan menuntun pada pola perilaku sehari-hari.

2.    Jangan ragu mencari bantuan professional ketika anda merasa membutuhkannya.

3.    Ciptakan sistem pendukung dalam hidup yang terdiri dari orang-orang yang penting (significant others) bagi anda.

4.    Latih diri untuk melihat hal-hal baik di sekitar anda dan orang-orang yang dapat anda andalkan.

5.    Perbanyak rasa syukur bahkan terhadap hal kecil yang anda miliki saat ini.

 

Mari kita biasakan diri untuk hidup dengan cara yang lebih sehat baik fisik maupun mental. Awali hal tersebut dengan menghadirkan rasa aman dari dalam diri sendiri J

 

 

Referensi:

Febrieta, D., & Pertiwi, Y. W. (2018). Rasa Aman Sebagai Prediktor Kepercayaan Masyarakat dengan Hadirnya Polisi. Mediapsi4(2), 68–75. https://doi.org/10.21776/ub.mps.2018.004.02.2

Le, K., & Nguyen, M. (2021). The psychological consequences of COVID-19 lockdowns. International Review of Applied Economics35(2), 147–163. https://doi.org/10.1080/02692171.2020.1853077

Li, H., Hafeez, H., & Zaheer, M. A. (2021). COVID-19 and Pretentious Psychological Well-Being of Students: A Threat to Educational Sustainability. Frontiers in Psychology11. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.628003

Makhbul, Z. K. M., & Rawshdeh, Z. A. (2021). Mental stress post-COVID-19. International Journal of Public Health Science10(1), 194–201. https://doi.org/10.11591/ijphs.v10i1.20497

Maslow, A. (2010). Motivation and Personality. Rajawali.

Putinas-Neugebauer, A. C., & Roland-Lévy, C. (2021). The Psychological Consequences of COVID-19 Outbreak Among the German Population. Psychological Studies66(3), 308–325. https://doi.org/10.1007/s12646-021-00614-x

Redaksi Sehat Negeriku. (2021, October 7). Kemenkes Beberkan Masalah Permasalahan Kesehatan Jiwa di Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20211007/1338675/kemenkes-beberkan-masalah-permasalahan-kesehatan-jiwa-di-indonesia/

Satgas Covid-19. (2022, April 8). Peta Sebaran Kasus Covid-19 . https://covid19.go.id/peta-sebaran

Taylor, S., Landry, C. A., Paluszek, M. M., Fergus, T. A., McKay, D., & Asmundson, G. J. G. (2020). COVID stress syndrome: Concept, structure, and correlates. Depression and Anxiety, 37(8), 706–714. https://doi.org/10.1002/da.23071