ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 9 Mei 2022

Keterlibatan Psikologi Kedirgantaraan Dalam Mengatasi Terjadinya Kecemasan Pada Penerbangan Militer

 

Oleh:

Farhan Hidayat Satriawan, Suri Dwi Astuti, & Hesty Yuliasari

Program Studi Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

 

Kesehatan fisik sangat penting untuk dijaga selain itu perlu juga menjaga kesehatan mental. Sehingga tidak dipungkiri berbagai gangguan kesehatan mental dalam peran psikologi juga dapat dialami oleh kedirgantaraan para penerbang militer (Prasetyo et al., 2016). Salah satunya yaitu kecemasan, kecemasan psikologi pada kedirgantaraan militer terdapat pada jasmani dan rohani karena penerbangan militer dalam kecelakaan pesawat yang paling sering terjadi yakni helikopter, yang dimana diketahui jumlah kecelakaan pesawat milik TNI dalam kurun waktu 12 tahun terakhir ada sekitar 8 helikopter yang mengalami kecelakaan (Muslimah, 2016). 

 

Apabila kondisi psikologi terganggu maka akan mengalami hambatan dalam melakukan suatu persepsi, pengalaman, perasaan serta motivasi selain itu timbul resiko kecemasan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Annisa & Ifdil (2016), yang menyebutkan bahwa kecemasan merupakan akibat dari kondisi psikologis yang terganggu dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan seperti perasaan gelisah, khawatir dan ketakutan, sehingga dapat mengganggu aktivitas kehidupan seseorang. Seorang psikolog dapat bekerja sama dengan psikiater ataupun dokter untuk menangani sebuah masalah kesehatan mental. Namun, seorang psikolog memiliki peran yang cukup mendalam untuk melakukan pencegahan, mendiagnosis, dan mengetahui penyebab seseorang mengalami gangguan pada kesehatan mental.

 

Adanya berbagai macam tuntutan dan resiko pekerjaan yang berat yang harus dihadapi oleh para kedirgantaraan penerbang militer, sehingga menunjukkan adanya kebutuhan penanganan agar para penerbang militer dapat mengatasi tuntutan atau beban kerja yang tinggi yang bisa mengakibatkan stres kerja tinggi (Puspitasari & Kustanti, 2018). Selain itu, stres kerja yang dialami antara lain akan menunjukkan produktivitas, minimnya kreativitas, berkurangnya motivasi, dan dapat juga mempengaruhi pengambilan keputusan, yang dimana pengambilan keputusan yang tepat serta ketenangan diri adalah salah satu faktor penting yang harus dimiliki oleh penerbang militer. 

 

Psikologi kedirgantaraan merupakan ilmu psikologi yang berperan untuk memahami secara keseluruhan tentang perilaku manusia di dunia penerbangan khususnya kemiliteran, seperti usaha-usaha para awak pesawat terutama bagi seorang pilot untuk beradaptasi terhadap lingkungan asing yang dihadapinya. Dimana terdapat perilaku kecemasan dalam proses adaptasi yang diinterpretasikan terbatas, sehingga para psikolog dalam kemiliteran juga dapat membuat program terapi yang menunjang kesehatan mental seseorang. Biasanya, program yang dibuat dapat membantu klien untuk mengontrol dan memperbaiki masalah yang dihadapi terhadap kecemasan mental. Salah satu jenis pekerjaan yang memiliki potensi stres kerja yang tinggi adalah penerbang militer (Prasetyo et al., 2016). 

 

Para penerbang militer dituntut untuk dapat menyesuaikan dirinya terhadap tugas pekerjaannya tersebut dengan segala konsekuensinya. Konsekuensi yang harus dihadapi oleh penerbang militer yaitu mereka harus mampu mempelajari dan menggunakan sistem pesawat, termasuk upaya bertahan hidup bila menghadapi kegagalan dan kecemasan. Konsekuensi akan meningkat menjadi resiko stres bagi penerbang bila berkaitan dengan tujuan militer, karena selain mereka harus menyesuaikan dirinya dengan sistem penerbangan, penerbang militer juga dituntut untuk dapat bertahan hidup menghadapi berbagi ancaman dan risiko sesuai tugas-tugas kemiliteran. Semua ini mempunyai implikasi terhadap kondisi emosi dan perilaku penerbang militer. Misi-misi operasi penerbangan militer mempunyai implikasi tuntutan tugas yang berat dan pengalaman stres yang kuat bagi penerbang dan awak pesawatnya yang dimana terdapat permasalahan kecemasan menjadi serius bila terjadi kondisi ketidakseimbangan antara kemampuan teknis yang kurang mampu menghadapi situasi operasi dengan kemampuan mengatasi stres, maka stres yang dihadapi bisa mengakibatkan human errors yang bisa mencelakakan penerbang maupun awak pesawat (Prasetyo et al., 2016).

 

Oleh karena itu, keterlibatan psikologi kedirgantaraan dalam dunia penerbangan memiliki tugas yang penting untuk melakukan asesmen dengan melakukan wawancara dan observasi terhadap kesehatan mental awak pesawat sebelum melaksanakan tugas, karena dari hasil asesmen yang sudah dilakukan dapat menentukan apakah seorang pilot akan menimbulkan resiko keselamatan atau tidak dalam menerbangkan pesawat. Kemudian peran psikologi kedirgantaraan dapat melakukan Intervensi promotif, seperti menyelenggarakan psikoedukasi tentang kesehatan psikologis mengenai gangguan kecemasan pada saat bekerja (American Psychological Association, 2017). Selain itu juga dapat memberikan intervensi preventif dengan melakukan bimbingan cara mendeteksi secara mandiri tentang gangguan kecemasan yang biasanya terjadi pada saat akan menjalankan suatu tugas. Selain itu, dapat juga berupa pemberian pelatihan self-efficacy guna meningkatkan keyakinan dalam diri seseorang terhadap kemampuan yang dimiliki bahwa ia mampu melakukan atau mengatasi suatu berbagai situasi. Hal tersebut bertujuan untuk membantu personel awak pesawat kembali pada keadaan sehat secara psikologis, karena sebelum hasil tes seorang awak pesawat terutama seorang pilot masih tidak memenuhi standar yang telah ditentukan, maka tidak akan diberikan ijin melakukan penerbangan.  

 

                                                                                                               

REFRENSI:

 

American Psychological Association. (2017). Mempersiapkan SDM Unggul menuju Indonesia maju. Jakarta:MTN Ikatan Psikologi Klinis Indonesia. 

 

American Psychological Association.  (2017). Mempersiapkan SDM Unggul menuju Indonesia maju. Jakarta:MTN Ikatan Psikologi Klinis Indonesia.

 

Annisa, D. F., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia). Konselor, 5(2), 1-7. 

 

Muslimah, S. (2016, Februari 10). Ini Daftar Kecelakaan Pesawat TNI 12 Tahun Terakhir. Diambil dari: https://news.detik.com/berita/d-3138700/ini-daftar-kecelakaan-pesawat-tni-12-tahun-terakhir   

 

Prasetyo, Resdasari, A., Nurtjahjanti, H., Fauziah, N., & Kustanti, E. R. (2016). Penurunan Tingkat Stres Kerja Pada Penerbang Militer Melalui Penerapan Terapi Yoga Tawa. Psikologi Undip, 15(1), 11–20.

 

Puspitasari, M. D., & Kustanti, E. R. (2018). Hubungan Antara Persepsi Beban Kerja dengan Stress Kerja pada Air Traffic Controller di Perum LPPNPI AirNav Indonesia Cabang Madya Surabaya. Jurnal Empati, 7(1), 113-118.