ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 8 Apr 2022

Mentor: Belajar “Dari” Dan “Untuk” Teman Sebaya

 

Oleh:

Maria Putri Kristiani & Krishervina Rani Lidiawati

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

 

Perkembangan zaman saat ini tidak hanya memberikan pengaruh pada aspek sosial, ekonomi dan budaya, namun juga pada aspek pendidikan. Saat ini kegiatan belajar mengajar bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Maka dari itu saat ini peranan sebagai tenaga pengajar tidak hanya mengandalkan guru, namun bisa dilakukan juga oleh sesama siswa yang lebih terampil dan mahir pada pembelajaran tersebut. Walaupun tidak bisa dipungkuri bahwa bimbingan dan pengawasan dari guru tetap dibutuhkan dan sangat penting dalam memantau aktivitas pembelajaran siswa yang bersangkutan (Svellingen et al., 2021). Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah pada umumnya adalah proses pemberian ilmu atau informasi oleh guru kepada para siswa. Namun tidak jarang kita akan menemukan beberapa siswa yang memerlukan pendampingan khusus secara akademis atau belum memahami materi yang disampaikan oleh guru. Tentu saja hal akan cukup mengganggu jalannya proses belajar dalam keseluruhan kelas jika seorang guru secara bersamaan memberikan perhatian khusus pada satu atau dua orang siswa yang membutuhkan bimbingan belajar secara pribadi (Santrock, 2018). Maka dari itu akan lebih efektif jika sekolah bisa mengadakan program tutoringTutoring adalah sebuah kegiatan pembelajaran yang melibatkan seseorang yang lebih ahli untuk membantu orang lain yang belum begitu ahli sehingga dia bisa mengerjakan tugasnya secara mandiri (Santrock, 2018). 

 

Peer Tutoring

Peer tutoring adalah sebuah metode pembelajaran yang dilakukan antar siswa dari tahun akademik yang sama (Svellingen et al., 2021). Dalam peer tutoring ini terdapat dua pihak yang terlibat yaitu tutor (pihak yang mengajarkan) dan tutee (pihak yang diajarkan). Peran tutor ini bisa dilakukan oleh seseorang yang lebih tua dari tutee (cross-age peer tutoring) atau yang sebaya atau seusia dengan tutee (Santrock, 2018). Jika kita melihat dari sisi tutor, mereka harus berkomitmen dengan sungguh-sungguh dalam menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk program peer tutoring. Dengan komitmen ini para tutor akan melatih diri untuk lebih bertanggung jawab sehingga mereka akan menampilkan sikap yang lebih baik terhadap sekolah (Song et al., 2018). Tidak hanya sampai disitu, dengan menjadi tutor, seseorang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi mereka (Svellingen et al., 2021). Hal ini bisa terjadi karena tutorakan berusaha untuk memastikan materi yang mereka sampaikan dapat dipahami dengan baik oleh tuteeTutor akan berusaha memimpin proses pembelajaran, baik dengan penyampaian materi secara verbal dan non-verbal serta dalam mengajukan pertanyaan yang tepat dan relevan (Svellingen et al., 2021). Setelah melakukan program peer tutoring, maka tutor akan memiliki kesempatan untuk semakin mahir dalam materi yang ia ajarkan dan tentunya akan mendapatkan pengalaman sebagai pengajar teman sebaya (Agustianto et al., 2018).

 

Dampak positif ini juga dirasakan oleh para tuteeTutee cenderung lebih nyaman ketika ingin bertanya kepada teman sebaya (peer tutor) karena mereka memiliki hubungan yang lebih dekat dengan teman sebaya daripada dengan guru. Tutee bisa menanyakan materi pembelajaran yang mungkin mereka takut untuk tanyakan kepada guru (Tandi et al., 2020). Mereka bisa dengan leluasa bertanya dengan menggunakan bahasa sehari-hari tanpa rasa canggung (Agustianto et al., 2018) sehingga dapat lebih mudah memahami materi pelajaran. Ditambah lagi jika tutee memiliki hubungan yang baik dengan teman sebaya, mereka akan menumbuhkan rasa school belongingness yang sangat penting untuk dimiliki oleh siswa (Vollet, 2018). Kegiatan-kegiatan tersebut termasuk dalam bentuk dukungan yang diberikan oleh teman sebaya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Du et al. (2016) yang menyatakan bahwa dukungan yang diberikan oleh teman sebaya (peer support) berasosiasi positif dengan hasil belajar mereka.

 

Apalagi di tengah proses belajar secara daring, bantuan teman sebaya akan membantu mereka saling berinteraksi, bekerjasama, dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi efektif yang dibutuhkan dalam bersosialisasi. Hal ini tentu dapat memberi keuntungan bukan hanya untuk proses belajar namun beradaptasi dalam bergaul meski tidak bertatap muka. Dari metode peer tutoring ini juga dapat melatih tutor menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab dan meningkatkan pengetahuannya dengan berbagi ilmu yang ia telah pahami. Artinya bukan hanya tutee yang mendapat manfaat namun sebagai tutor tentu akan lebih menguasai materi dengan mengajarkan kepada teman sebaya mereka. 

 

Penutup

Program peer tutoring diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pembelajaran akademis dan ketrampilan sosial baik bagi tutor maupun tuteeTutor dan tutee bersama-sama belajar dan memecahkan masalah yang telah diberikan oleh guru. Melalui program ini diharapkan tutor dapat semakin mengembangkan kemampuan soft skill seperti bertanggung jawab, kemampuan berkomunikasi hingga bisa menambah ilmu dan pengalaman. Tutee atau murid-murid yang tertinggal dalam pelajaran pun dapat semakin dimudahkan untuk memahami materi pembelajaran sehingga mereka bisa memperoleh hasil belajar yang lebih baik lagi. Hal sejalan dengan tujuan program peer tutoring dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Mahsup et al., 2020). Maka dari itu program peer tutoring ini sangat direkomendasikan untuk dilakukan oleh guru maupun pihak sekolah dalam rangka meningkatkan prestasi akademis maupun soft skilldari para siswanya di tengah proses belajar daring dan tatap muka yang masih dilakukan secara bergantian. Bahkan beberapa murid di biarkan untuk mengerjakan tugas secara mandiri dan kurang adanya pendampingan dari orang tua. Oleh karena itu, peer tutoring dapat dijadikan alternatif proses belajar yang efektif agar anak-anak dapat terus menjalin relasi dan belajar bersama secara mandir dengan teman sebaya. 

 

 

Referensi:

 

Agustianto, L., Soeparmi, S., & A, N. S. (2018). The Effectiveness of Cooperative Learning Models of Type Peer Tutor and Two Stay Two Stray in Junior High Schools Reviewed From Students Physics Learning Activities. International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding5(4), 492. https://doi.org/10.18415/ijmmu.v5i4.445

 

Du, J., Zhou, M., Xu, J., & Lei, S. S. (2016). African American female students in online collaborative learning activities: The role of identity, emotion, and peer support. Computers in Human Behavior63, 948–958. https://doi.org/10.1016/j.chb.2016.06.021

 

Mahsup, M., Ibrahim, I., Muhardini, S., Nurjannah, N., & Fitriani, E. (2020). Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui Model Pembelajaran Tutor Sebaya. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian Dan Kajian Kepustakaan Di Bidang Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran6(3), 609. https://doi.org/10.33394/jk.v6i3.2673

 

Santrock, J. W. (2018). Educational Psychology, 6Th Edition. McGraw-Hill.

 

Song, Y., Loewenstein, G., & Shi, Y. (2018). Heterogeneous effects of peer tutoring: Evidence from rural Chinese middle schools. Research in Economics72(1), 33–48. https://doi.org/10.1016/j.rie.2017.05.002

 

Svellingen, A., Røssland, A., & Røykenes, K. (2021). Students as Facilitators: Experiences of Reciprocal Peer Tutoring in Simulation-Based Learning. Clinical Simulation in Nursing54, 10–16. https://doi.org/10.1016/j.ecns.2021.01.008

 

Tandi, I., Munirah, & Syafruddin. (2020). The Effect of Peer Tutor Method on Reading Ability of Students in Class V SD INPRES NIPA-NIPA Makassar City. Jurnal Dikdas8(1), 29–41.

 

Vollet, J. W. (2018). Capturing peers’, teachers’, and parents’ joint contributions to students’ engagement: An exploration of models. 79(3-B(E)), No Pagination Specified-No Pagination Specified.