ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 8 Apr 2022

     Awas Jebakan SKS: Mengembangkan Self-Regulation Melalui Pomodoro Techniques

 

Oleh:

Dinda Sekar Syallomitha

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

Juara 3 Lomba PsychoPaper Psychology Village 13 UPH

 

“Batas waktu pengerjaan tugas Statistika adalah 1 minggu”

“Batas waktu pengerjaan tugas Psikometri adalah 2 hari”

 

Dari dua pernyataan tersebut, manakah batas waktu yang akan mahasiswa pilih? Berdasarkan Jamila (2020) menunjukkan bahwa bagi pelajar, salah satunya adalah mahasiswa, mayoritas akan memilih tenggat waktu yang lama, dalam hal ini berarti mahasiswa akan memilih pengerjaan tugas yang memiliki durasi pengerjaan yaitu 1 minggu. Salah satu alasan yang dilansir oleh Syukur, dkk (2020) menjelaskan bahwa tingkat kesulitan dari pekerjaan yang dilakukan dapat dipengaruhi oleh durasi waktu pengerjaan yang diberikan. Berdasarkan beberapa pernyataan yang disampaikan oleh mahasiswa di Universitas X (2022) menyebutkan bahwa selama apapun waktu yang diberikan kepada mereka untuk mengerjakan tugas, mereka akan cenderung tetap mengerjakan pada hari mendekati batas waktunya, atau mahasiswa akan menerapkan sistem pembelajaran yang familiar di sebut sebagai SKS (Sistem Kebut Semalam). SKS merupakan salah satu metode belajar yang banyak dilakukan para pelajar, termasuk mahasiswa untuk mengerjakan tugas, maupun belajar menghadapi ujian dengan hanya mengandalkan jarak waktu semalam bahkan beberapa jam sebelum tugas atau ujian tersebut dilaksanakan (Umar, dkk, 2018). Terlebih dengan masa online saat ini, semakin minim pengawasan yang diberikan pihak universitas terhadap mahasiswanya, sehingga dapat menimbulkan ketidakteraturan dalam belajar, dan semakin tinggi pula peluang SKS ini untuk terus dilakukan (Lestari, 2020).

 

Fenomena mengenai SKS ini dibahas pula oleh seorang pakar sejarawan Inggris sekaligus penulis dengan lebih dari 60 buku yang sudah diterbitkan, yaitu dr. Northcote Parkinson. Pada tahun 1957, ia menerbitkan buku yang berjudul “Parkinson’s Law”. Dalam bukunya ia mengatakan bahwa “Work expands so as to fill the time available for its completion”, artinya semakin banyak waktu yang kita sediakan untuk mengerjakan tugas, maka akan semakin lama juga waktu untuk menyelesaikannya, meskipun sebenarnya tugas tersebut dapat diselesaikan dengan waktu lebih cepat (Parkinson, 1958). Parkinson’s law juga menjelaskan beberapa dampak yang dapat terjadi ketika mahasiswa terjebak di dalam fenomena ini adalah kurangnya efisiensi waktu untuk mengerjakan pekerjaan lainnya, dapat berdampak pula pada kesehatan fisik maupun psikis karena harus merasa terburu-buru (Parkinson, 1958; Shantz, 2008).

 

Melalui permasalahan tersebut, mahasiswa sudah seharusnya dapat mulai memperbaiki pola belajar mereka menjadi lebih berkualitas, terlebih di masa perkuliahan yang menerapkan metode Blended LearningBlended Learning merupakan salah satu cara yang sedang dilaksanakan di beberapa Universitas Indonesia.Blended learning mengkolaborasikan teknik pembelajaran online dan tatap muka (face to face) (Abdullah, 2018). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Eggers, dkk (2021) menyebutkan bahwa metode blended learning efektif untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dalam manajemen waktu. Selain itu, melalui blended learning juga membantu untuk melatih interaksi antar peserta didik maupun tenaga pengajar (Uz & Uzun, 2013). Namun, dalam implementasinya, metode Blended Learning masih sulit diikuti oleh mahasiswa khususnya. Hal ini dikarenakan mahasiswa dituntut untuk mandiri, fokus dan konsentrasi yang belum sepenuhnya terhadap pembelajaran, serta diharapkan mahasiswa mampu menerapkan manajemen emosi, diri, dan waktu yang baik (Ramadani, dkk, 2019).

 

Maka dari itu, untuk memfasilitasi mahasiswa dalam melaksanakan metode Blended Learning, perlu adanya self-regulation dalam diri masing-masing mahasiswa (Uz & Uzun, 2013). Self-regulation merupakan suatu proses aktif yang dimiliki individu untuk memantau perilaku, pemikiran, dan emosi individu itu sendiri, serta melakukan penilaian terhadap hal-hal yang telah individu tersebut lakukan untuk mencapai tujuannya (Eggers, dkk., 2021). Self-regulation dibutuhkan mahasiswa agar mampu menyesuaikan, dan mengarahkan dirinya sendiri, secara khusus dalam menghadapi setiap tugas dan tanggung jawab yang harus dihadapi (Darmiany, 2016). Berkaitan dengan dilaksanakanannya Blended Learning di perkuliahan, self-regulationberperan untuk meningkatkan tanggung jawab, komitmen, dan semangat mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan (Dziuban  et  al.,  2013). 

 

Oleh sebab itu, mahasiswa perlu untuk memiliki dan meningkatkan self-regulation pada dirinya sendiri. Salah satu cara yang sederhana dan efektif dilakukan mahasiswa adalah dengan melakukan Pomodoro Techniques. Pomodoro techniques merupakan salah satu teknik belajar yang dicetuskan oleh Francesco Cirillo pada tahun 1980. Pomodoro techniques diartikan sebagai suatu teknik manajemen waktu yang mendorong individu supaya dapat bekerja dengan fokus, sesuai  dalam rentang waktu tertentu. Cirillo menjelaskan dalam bukunya bahwa pomodoro techniques bermanfaat untuk meningkatkan fokus, konsentrasi, problem solving, dan self-regulation secara khusus dalam melakukan pembelajaran (Cirillo, 2007; Noteberg, 2010). 

 

Dalam kaitannya dengan usaha untuk meningkatkan self-regulation dalam diri mahasiswa, Cirillo menjelaskan step by step yang dapat dilakukan mahasiswa, sebagai berikut:

 

Tahap 1: Menyiapkan tugas atau pekerjaan yang akan dilakukan, pastikan bahwa tugas tersebut adalah tugas yang sangat diprioritaskan.

 

Tahap 2: Set timer tepat 25 menit, bebas untuk menggunakan alarm handphone maupun jam weker/jam alarm. Selama waktu 25 menit tersebut, pastikan untuk menjauhkan hal-hal yang dapat menimbulkan distraksi (handphone, snack, makanan, dsb).

 

Tahap 3: Setelah waktu 25 menit selesai, tutup tugas atau pekerjaan yang sedang dikerjakan, dan wajib untuk beristirahat selama 5-10 menit. Di waktu istirahat tersebut, individu dapat melakukan hal-hal lain seperti peregangan, olahraga kecil, mengambil air minum, ke toilet, dan lain sebagainya. Diusahakan untuk tidak bermain handphone, maupun gadget lain supaya tidak lupa akan waktu untuk melakukan pomodoro techniques selanjutnya. 

 

Tahap 4: : Setelah waktu istirahat selesai, lakukan kembali tahap 2 dan 3 selama 4 kali, setelah 4 kali melakukan pomodoro techniques tersebut, individu dipersilakan untuk beristirahat lebih lama, sekitar 20 - 30 menit, atau menyelesaikan pekerjaannya dan melakukan pekerjaan lain.

 

Melakukan pomodoro techniques ini bermanfaat khususnya secara psikologis untuk membiasakan diri agar dapat fokus, melatih konsentrasi, mengatur skala prioritas, memanfaatkan waktu, belajar menjadi pribadi yang lebih teratur (self-regulation), serta membiasakan diri untuk bekerja dibawah tekanan (Arviani, dkk., 2021). Pomodoro techniques ini berbeda dengan SKS yang masih sering dilakukan mahasiswa, pomodoro techniques berfokus pada pengaturan dan regulasi diri (self-regulation) melalui pembatasan waktu untuk belajar, namun juga diselingi dengan waktu istirahat. Sehingga, proses belajar individu tetap berjalan dengan baik, mahasiswa tetap merasa nyaman menjalani tanggung jawabnya sebagai pelajar dengan kondisi blended learning saat ini. Selain itu, melalui penerapan teknik ini, mahasiswa dapat menjalani keseharian menjadi lebih tenang, merasa tidak terburu-buru dan tetap memiliki waktu untuk merelaksasi fisik maupun psikis mereka ketika berada di bawah tekanan.

 

 

Referensi:

 

Abdullah, W. (2018). Model Blended Learning Dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan Manajemen Islam7(1), 855-866.

 

Arviani, H., Claretta, D., & Achmad, Z. A. (2021). Peningkatan Kualitas Belajar Siswa Dengan Teknik Pomodoro, Cornell Notes, Dan Feynman Di Sanggar Belajar Professor Kota Madiun. Khidmatuna: Jurnal Pengabdian Masyarakat2(1), 67-85.

 

Batubara, Y. P. (2020, August 27). Pomodoro Technique: Teknik Efektif Untuk Bekerja Produktif. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Retrieved March 21, 2022, from https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-manado/baca-artikel/13344/Pomodoro-Technique-Teknik-Efektif-Untuk-Bekerja-Produktif.html

 

Cirillo, F. (2007). The Pomodoro Technique (The Pomodoro). California: Creative Commons.

 

Darmiany. (2016). Self-Regulated Learning Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Tahun Pertama. Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling2(1), 72-82.

 

Eggers, J. H., Oostdam, R., & Voogt, J. (2021). Self-regulation strategies in blended learning environments in higher education:A systematic review. Australasian Journal of Educational Technology37(6), 175-192. 10.14742/ajet.6453

 

Jamila. (2020). Konsep Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal EduTech6(2), 257-261.

 

Lestari, H. (2020, August 17). Stop Kebiasaan Belajar Sistem Kebut Semalam (SKS). OSC Medcom.id. Retrieved March 09, 2022, from https://osc.medcom.id/community/stop-kebiasaan-belajar-sistem-kebut-semalam-sks-1161

 

Noteberg, S. (2010). Pomodoro Technique Illustrated: The Easy Way to Do More in Less Time. Raleigh: Pragmatic Bookshelf.

 

Parkinson, N. (1958). Parkinson’s law: or, The pursuit of progress. London: J. Murray.

 

Ramadani, A. D., Sulthoni, & Wedi, A. (2019). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Implementasi Blended Learning Di Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Malang. Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan2(1), 62-67.

 

Shantz, J. A. S. (2008). Battling Parkinson's Law. Canadian Medical Association Journal179(9), 968. 10.1503/cmaj.081266

 

Syukur, M., Awaru, O. T., & Megawati. (2020). Fenomena Prokrastinasi Akademik Di Kalangan Mahasiswa. Jurnal Neo Societal5(4), 374-380. 10.52423/jns.v5i4.11923

 

Umar, W. R., Rahayu, A. S., & Rostikawati, Y. (2018). Dampak Sistem Kebut Semalam terhadap Tingkat Plagiarisme Tugas Mahasiswa IKIP Siliwangi. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia1(4), 497-502.

 

Uz, R., & Uzun, A. (2013). The Influence of Blended Learning Environment on Self-Regulated and Self-Directed Learning Skills of Learners. European Journal of Educational Research7(4), 877 – 886.