ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 7 Apr 2022

Layangan Putus – Poligami, antara Syari’ah dan Perasaan?

 

Mengupas Drama yang Sedang Trending dari Perspektif Pemirsa melalui Studi Thematic Content Analysis

 

Oleh : 

Arbania Fitriani

Fakultas Psikologi, Universitas Esa Unggul

 

Desain penelitian kualitatif yang muncul sebagai suatu aliran post-positivism memiliki banyak keluwesan untuk memahami fenomena-fenomena sosial yang bersifat unik dan perlu pendalaman khusus. Dalam artikel kali ini, penulis akan membahas mengenai thematic content analysis. Mari kita lihat satu persatu definisi dari masing-masing teknik tersebut. Teknik content analysis atau analisa konten dapat kita ketemui dalam keseharian. Analisa konten merupakan teknik dimana peneliti menganalisa berapa banyak kata yang muncul dalam sebuah konten misalnya dalam al-qur’an berapa banyak kata manusia. Contoh lain lagi pada aplikasi analisa konten adalah melihat perbandingan rumah ibadah A dan B yang mengandung konten agresi dan non agresi serta bagaimana dampaknya terhadap jemaat. 

 

Analisis isi adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Analisis isi diartikan sebagai sebuah teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi. Pelopor analisis isi adalah Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai metode penelitian. Holsti menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosio antropologis (27,7 persen), komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik (21,5%). Contoh analisis isi adalah misalnya kita ingin mengetahui apakah lagu-lagu Indonesia sekarang ini lebih berorientasi pada kritik sosial daripada cinta apakah novel masa kini kebanyakan berpusat pada kehidupan konsumerisme; apakah pidato tokoh politik tertentu cenderung menggunakan kata-kata yang abstrak dan sloganistis, dsb.

 

Analisis isi banyak digunakan untuk menggambarkan karakteristik isi dari suatu pesan. Analisis isi dipakai untuk melihat pesan pada situasi yang berbeda, situasi disini dapat berupa konteks yang berbeda, sosial dan politik. Analisis isi dipakai untuk melihat pesan pada khalayak yang berbeda, khalayak disini merujuk pada pembaca, pendengar atau pemisa media yang berbeda. Analisis isi biasanya dimanfaatkan untuk melihat pesan dari komunikator yang berbeda. Analisis isi tidak hanya dapat dipakai untuk melihat gambaran suatu pesan namun juga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan penyebab dari suatu pesan. Dalam analisis isi yang menjadi fokus bukan deskripsi dari pesan, tetapi menjawab pertanyaan mengapa pesan "isi" muncul dalam bentuk tertentu. Ada beberapa syarat-syarat dalam penggunaan analisis konten yang tentunya harus diperhatikan yakni data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuskrip). Kemudian, ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut. Peneliti mempunyai kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan/data-data yang dikumpulkannya, karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik. Biasanya, peneliti yang menggunakan pendekatan analisis isi menggunakan aplikasi data science untuk membantu menghitung jumlah kata yang muncul. 

 

Teknik lain juga akan dibahas dalam artikel ini adalah thematic analysis atau analisa tematik. Menurut Braun & Clarke (2006), thematic analysis merupakan salah satu cara untuk menganalisa data dengan tujuan untuk mengidentifikasi pola atau untuk menemukan tema melalui data yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Cara ini merupakan metode yang  sangat efektif apabila sebuah penelitian bermaksud untuk mengupas secara rinci data-data kualitatif yang mereka miliki guna menemukan keterkaitan pola-pola dalam sebuah fenomena dan menjelaskan sejauhmana sebuah fenomena terjadi melalui kacamata peneliti (Fereday & Muir-Cochrane, 2006). Pendapat senada datang dari Holoway & Todres (2003) yang menyatakan bahwa thematic analysis ini merupakan dasar atau pondasi untuk kepentingan menganalisa dalam penelitian kualitatif. Thematic analysis sangat penting untuk dipelajari karena dianggap sebagai pengetahuan dasar untuk melakukan analisa dalam penelitian-penelitian kualitatif. Lebih jauh lagi dapat dikatakan bahwa pengidentifikasian tema yang mejadi ciri khas thematic analysis ini merupakan salah satu generic skills (ketrampilan umum) bagi sebagian besar metode analisa kualitatif (Holloway & Todres, 2003). Beberapa tahapan dalam melakukan analisa data ini kurang lebih sama dengan teknik analisa kualitatif yang lain, misalnya adalah tahapan paling awal yang dilakukan, yaitu memahami data yang telah diperoleh. Dalam thematic analysis peneliti perlu untuk meluangkan waktunya untuk ‘mengenal lebih dekat’ data yang mereka telah peroleh sebelum melakukan tahapan-tahapan berikutnya. Tahapan berikutnya adalah menyusun kode, dan terakhir adalah mencari tema. 

 

Dari penjelasan mengenai teknik analisa isi dan analisa tematik, penulis terpikir sebuah ide penelitian mengenai drama webseries berjudul Layangan Putus yang sedang viral di berbagai media sosial dan menjadi perhatian publik saat tulisan ini dengan menggabungkan metode thematic content analysis untuk melihat tema apa saja dari pesan-pesan yang tersampaikan melalui drama tersebut . Berangkat dari kisah nyata, berupa curhat seorang ibu dengan inisial Mommy ASF di Facebook, kemudian dibukukan ke dalam sebuah novel dan diangkat menjadi sebuah cerita drama. Viral di Instagram, Twitter, hingga Facebook, unggahan kisah Layangan Putus telah banyak diunggah ulang dan dibicarakan oleh warganet. 

 

Kisah layangan putus ini menceritakan tentang seorang istri dengan empat orang anak yang harus dibesarkannya. Di dalam ceritanya itu dikisahkan bahwa sang suami cukup dikenal religius bahkan punya beberapa channel YouTube dakwah. Belakangan sang suami diketahui menikah dengan seorang selebgram yang kini telah hijrah. Berikut sedikit cuplikan tulisan dari Mommy ASF sebagai pengantar mengapa penulis tertarik untuk meneliti pesan apa yang tersampaikan kepada penonton atau netizen yang tidak ikut menonton langsung namun melihat cuplikan-cuplikan yang dianggap penting dan di unggah ulang oleh netizen. 

 

Lembar putusan Pengadilan Agama mengenai perceraian sudah kuterima. Aku hela nafas panjang. Lega, sedih, sesak, bercampur di setiap hembusan nafas. Aku baca lagi berulang. “Alhamdulillah” batinku, berusaha menyempatkan untuk bersyukur dalam setiap keadaan. Resmi sudah aku sendirian. Aku yang bertanggung jawab atas diriku sendiri, dan menanggung segala keputusan kedepan.Seperti kehilangan satu kaki, aku berusaha tetap tegak melangkah. Pun selama setahun setengah menjalani poligami, yang aku rasakan memang kakiku sudah sakit sebelah. Ibarat dalam sisi medis, saran terbaiknya adalah mengamputasi kaki yang sudah luka dan membusuk. Sebelum menjalar menyakiti organ lainya.

Betapa remuknya hatiku melihat dia sudah pergi kesana lebih dulu dengan istrinya yang baru. Istri muda yang baru 12 hari dinikahinya.Aku tak kenal perempuan itu. Aku tak pernah bertemu perempuan itu. Yang kutahu dari suamiku, wanita itu cantik dan muda.Aku marah dan murka. Aku merasa dikhianati. Maaf dari Mas Arif tak cukup membuatku tenang.Ya Rabb… Ampuni aku.

 

Dari cuplikan singkat di atas, bagi yang belum sempat menonton drama tersebut dapat merasakan emosi dari seorang perempuan yang mengetahui suaminya telah berselingkuh dan melakukan poligami. Dua tema ini sangat menarik untuk diteliti mengingat pelaku perselingkuhan adalah seorang pendakwah dan memiliki channel dakwah di youtube. Menariknya lagi, poligami bagi sebagian besar  perempuan muslim dianggap sebagai sebuah syariah yang wajib diterima. Namun, pada kenyataannya, tanggapan netizen yang kebanyakan adalah wanita muslim justru bernada negatif bertentangan dengan apa yang mereka yakini sebagai anjuran dalam agama. 

 

Penelitian dengan pendekatan thematic content analysis pada drama webseries Layangan Putus bertujuan untuk melihat apa saja konsep, pesan, dan tema yang muncul dalam opini penonton atau netizen terkait perselingkuhan dan poligami antara perasaan dan syariat. Dari sini juga dapat diperoleh informasi mengenai pandangan jujur para wanita terkait konsep poligami yang cukup dilematis. Perspektif penelitian bisa diperkaya dengan membagi tipe informan dari wanita muslim antara wanita berjilbab syar’i (jilbab ala timur tengah), jilbab modern, dan tidak berjilbab, yang sudah menikah versus belum menikah, yang belum menikah bisa dibagi lagi antara yang punya pacar dan tidak, antara penonton yang langsung melihat dari kanal resmi dan menonton secara utuh, atau penonton yang menonton cuplikan dari sosial media seperti tiktok, instagram, dll, antara yang melihat komentar netizen dengan tidak. Bisa juga dibandingkan perspektif perempuan dan pria atau melihat perspektif dari perempuan yang pernah atau sedang menjadi wanita kedua dalam suatu hubungan rumah tangga. Dari penelitian ini juga bisa digali apakah pemahaman mereka terhadap syariah poligami menjadi berbeda. Jika terdapat perbedaan, apa saja tema yang muncul. Dari pembagian tipe informan tersebut, kemudian peneliti bisa menggali tema apa dan pesan “teks” apa saja yang muncul pada masing-masing tema berdasarkan karakteristik informan. Dari informasi yang muncul pada penleitian dapat memberikan perspektif yang lebih luas dan luwes untuk menyikapi satu fenomena. Dalam hal ini, fenomena yang sangat dilematis yakni poligami sebagai suatu syariah dimana para wanita percaya akan janji surga dan membantu wanita lain, namun di sisi lain perasaan sebagai suatu hal yang sangat manusiawi dimana hampir tidak ada insan manusia yang rela jika pasangannya berkhianat dan berselingkuh.  

 

Dari berbagai sudut pandang yang bisa digali dari satu tema penelitian kualitatfi, dapat terlihat bahwa pendekatan kualitatif memiliki fleksibilitas tinggi dan kekayaan informasi dalam menggali sebuah fenomena. Melalui pendekatan thematic content analysis, peneliti bisa mempertajam ketrampilannya untuk bisa mencari tema apa saja yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu fenomena sehingga dapat menyajikan informasi baru bagi pembaca terutama bagi kalangan akademisi yang akan memanfaatkan hasil penelitian tersebut sebagai referensi untuk penelitian lanjutan. 

 

Referensi:

 

Boyatzis, R.E. (1998). Transforming qualitative information: Thematic analysis and code development. Thousand Oaks: Sage.

 

Braun, V., & Clarke, V. (2006). Using thematic analysis in psychology. Qualitative Research in Psychology, 3(2), p.77-101. Retrieved from http://eprints.uwe.ac.uk/11735/2/thematic_analysis_revised_- _final.pdf 

 

Holloway, I., & Todres, L. (2003). The status of method: flexibility, consistency and coherence. Qualitative Research, 3(3), 345-357.

 

https://www.liputan6.com/showbiz/read/4102269/layangan-putus-viral-ini-cerita-lengkapnya