ISSN 2477-1686  

   Vol.5 No. 15 Agustus 2019

 

Hargai Kaum Perempuan, Stop Street Harassment

 

Oleh

 

Dalila Salsabila, Mira Sekar Arumi dan Selviana

 

Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jaya dan

 

Universitas Persada Indonesia YAI

 

 

 

Salah satu pengalaman sosial yang banyak kaum perempuan alami saat di jalan adalah godaan-godaan dari laki-laki asing seperti menatap, bersiul, menyentuh, mengajak berkenalan, dan sebagainya. Hal ini disebut street harassment. Dari  sebuah organisasi street harassment (2011) menyatakan, street harassment dianggap sebagai bagian dari pengalaman sosial yang dialami banyak perempuan pada usia muda dan sebanyak 80% perempuan di seluruh dunia mengalami setidaknya sesekali hal yang tidak diinginkan di tempat umum yang dilakukan laki-laki. Menurut Kearl (2011), street harassment adalah bentuk terorisme seksual yang terjadi di tempat umum yang dilakukan oleh orang asing yang tak dikenal. Meskipun banyak perempuan pernah mengalami hal ini, namun banyak dari mereka tidak menyadari bahwa street harassment adalah sebuah masalah. Beberapa pelaku tidak menyadari bahwa perilakunya dianggap tidak sopan, mengganggu, atau dalam beberapa kasus yang lebih mengancam, membuat para perempuan merasa tidak dihargai, sehingga mereka berpikir bahwa street harassment hanyalah bagian dari kehidupan sehari-hari. 

 

Street harassment sebenarnya sudah ada sejak jaman dahulu, namun selama bertahun-tahun masalah ini telah diabaikan. Jaman sekarang laki-laki dan perempuan bersaing untuk mendapatkan akses yang sama di ruang publik, hal ini menjadikan laki-laki lebih terbuka dengan menggoda hak perempuan pada akses ruang publiknya. Akhirnya para perempuan menjadi cemas saat berada di ruang publik (Kearl, 2010). Lebih lanjut, menurut Fairchild (2008), beberapa perilaku yang dianggap sebagai bentuk ‘menggoda’ termasuk membuat gerakan cabul, bersiul, menatap, mencubit, meraba, dan menggosokan kemaluan pada perempuan. Namun demikian, street harassment itu unik karena dilakukan oleh orang asing yang tidak dikenal (bukan orang akrab yang dikenal akrab seperti bos, guru, atau teman) dan seringkali terjadi di kota besar. Kemudian dilansir pada media, street harassment adalah bentuk pelecehan seksual yang terdiri dari komentar-komentar, gerakan-gerakan yang tidak diinginkan, siulan catcalling, mengikuti, dan menyentuh yang dilakukan oleh orang-orang asing di tempat umum seperti dijalan, pusat perbelanjaan dan trasportasi umum (Wikipedia, 2018). Lebih spesifik lagi, menurut organisasi stop street harassment (2011), mendefinisikan yang termasuk street harassment yaitu siulan yang tidak diinginkan, melirik, meminta perkenalan nama, meminta nomor telepon namun setelah mereka diacuhkan berkomentar dengan nama seksual, mengikuti, berkedip, masturbasi publik, meraba-raba, kekerasan seksual, dan yang paling parah adalah pemerkosaan.

 

Akibat dari Street harassment yaitu keamanan dan kenyamanan kaum perempuan yang sering kali terganggu saat berjalan keluar rumah yang meskipun jaraknya dekat. Tapi, rasa cemas akan muncul ketika terpaksa harus melewati segerombolan laki-laki tak dikenal. Bahkan tidak sedikit berujung pada kekerasan seksual. Perempuan yang mendapatkan perilaku street harassment akan mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan (Davidson, 2016). Lebih lanjut, menurut Kowalski (2000) kecemasan adalah pengalaman afektif yang ditandai oleh rasa khawatir, perasaan tegang, dan berbagai reaksi fisiologi yang merupakan masalah kesehatan mental yang paling umum terjadi.

 

Salah satu lokasi yang saat ini paling sering diberitakan sebagai tempat terjadinya street harrassment di Indonesia adalah di KRL. Layanan KRL yang masih diandalkan terkait ketepatan waktu dan keekonomisan biaya menjadikan gerbong KRL seringkali penuh sesak, sehingga memperlebar kesempatan untuk melakukan harrassment oleh oknum tidak bertanggung jawab. Dilansir oleh media, Velarosdela (2019) menuliskan terjadi pelecehan seksual di Kereta Api Jakarta menuju Surabaya, pelaku berinisial AR melakukan aksinya saat korban BN terlelap dalam perjalanan. Korban merasa ketakutan dan hanya bisa bersembunyi dibalik selimut yang disediakan untuk penumpang. Korban tak tau apa yang harus dilakukan, apalagi salah satu tangannya dipegang AR. Dalam keadaan ketakutan dan tak mampu melawan, BN mengirim pesan kepada teman dan kekasihnya dengan menggunakan tangan sebelahnya dan salah satu temannya membaca pesan singkatnya, kemudian BN memberanikan diri untuk pindah tempat duduk dan melaporkan kepada petugas keamanan kereta. Berita tersebut banyak mendapatkan respons serta komentar negatif  dari para perempuan seperti marah, khawatir,  merasa jadi takut untuk naik kereta kalau sebelahnya adalah penumpang laki-laki dan menyarankan untuk tidak bersikap ramah terhadap orang yang tidak dikenal.

 

Peristiwa seperti ini, hendaknya menjadi pelajaran bagi kaum perempuan untuk lebih waspada menjaga dirinya saat berada di ruang publik dan segera bertindak bila mulai merasa terganggu dengan perlakuan laki-laki asing yang menggoda. Untuk laki-laki yang dilahirkan dari seorang perempuan (ibu), hargai kaum perempuan, stop street harrassment.

 

 

Referensi:

Campbell, D. &. (2009). An Ecological Model of the Impact of Sexual Assault on Women's Mental Helth. Trauma, Violence & Abuse, http://dx.doi.org/10.1177/1524838009334456.

Davidson. (2016). The Mediating Role of Perceived Safty on Street Harassment. Psychology of Violance 6, https://doi.org/10.1037/a0039970.

Fairchild, K. (2008). Everyday stranger harassment and women‘s objectification. Social Justice, http:// dx.doi.org/10.1007/s11211-008-0073-0.

Febrianti, V. (2019). Alami Pelecehan Seksual di dalam KRL yang Penuh dan Sesak, Wanita Ini Tonjok Wajah Pelakunya. Retrieved Juli 25, 2019, from Tribunnews Bogor: https://bogor.tribunnews.com/201903/11/alami-pelecehan-seksual-di-dalam-krl-yang-penuh-sesak-wanita-ini-tonjok-wajah-pelakunya

Fisher, L. &. (2017). The Effect of Exposure to catcalling on Women’s State Self-Objectification and Body Image. Springer Science+Buisness Media, https://doi.org/10.1007/s12144-017-9697-2.

Kearl, H. (2010). Stop Street Harassment Making Public Pleaces Safe and Welcoming for Women. California: Greenwood Publishing Group.

Kearl, H. (2011). The Impact of Street Harassment on Women. p. from www.csmonitor.com.

Kowalski, R. M. (2000). Anxiaty. Encyclopedia of psychology.

National Institute of Mental Health. (2013). Statistics: Any anxiety disorder among adults, http://www.nimh.nih.gov/statistics/ 1anyanx_adult.shtml.

Stop street harassment. (2011). Stop street harassment: http://www.stopstreetharassment.org.

Velarosdela, R. N. (2019). Viral, Penumpang Wanita Alami Pelecehan Seksual Saat Naik Kereta Jakarta-Surabaya. Line Today, Kompas.com: https://today.line.me/ID/arikel/onvgGp?utm_source=lineshare.

Vesga-López, O. S. (2008). Gender differences in generalized anxiety disorder: Results from the National Epidemiologic Survey on Alcohol and Related Conditions (NESARC). Clinical Psy-chiatry, http://dx.doi.org/10.4088/JCP.v69n1011.

Wikipedia. (2018). Wikipedia the Free Encyclopedia. Retrieved Oktober 2018, 2018, from Wikipedia: https://en.wikipedia.org/wiki/Street_harassment.