ISSN 2477-1686

Vol. 7 No. 22 Nov 2021

Waspadai Helicopter Parent

 

Oleh

Krishervina Rani Lidiawati

Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan

 

 

Helicopter parenting?

Orang tua yang care terhadap anak…. Orang tua yang memiliki keterlibatan, perhatian itu baik nggak? Orang tua yang memiliki keterlibatan, perhatian itu baik nggak? 

 

Penelitian membuktikan adanya keterlibatan orang tua dapat membuat anak bisa diterima, dikasihi bahkan memiliki konsep diri yang lebih positif dan memengaruhi pada prestasi di sekolah (Bushra, Chohan, & Khan, 2010). Tentu peran orang tua terhadap anak diperlukan, namun bagaimana jika berlebihan? Apakah keterlibatan ini tetap berdampak positif pada anak? Apakah benar orang tua selalu tau yang benar tentang anak? Ternyata orang tua pun tetap perlu belajar bagaimana membesarkan anak agar kelak dikemudian hari membesarkan anak-anak yang sukses dalam hidupnya (Haims- Julie Lythcotth, 2015). Istilah yang dipakai dalam tipe pengasuhan yang bercirikan terlalu berlebihan dalam mengontrol dan terlibat dalam semua aspek kehidupan anak termasuk pengambilan keputusan dan pemecahan masalah disebut Helicopter Parenting (HP). Helicopter parenting terjadi pada orang tua yang memiliki minat berlebihan pada semua aspek kehidupan anak sehingga tak detik pun anak memiliki kebebasan untuk memilih atau kerap dikenal dengan micromanage

 

Gaya pengasuhan ini bisa terlihat dari cara memperlakukan anaknya yang berlebihan seperti over protecting,over controlling dan over shadowing. Kerapkali gaya pengasuhan ini dimulai sejak kecil, orang tua cenderung protektif namun tanpa orang tua sadar pola pengasuhan ini terbawa hingga anak sudah beranjak remaja atau bahkan dewasa (Bradley-Geist & Olson-Buchanan, 2014). Bayangkan pola asuh helikopter ini untuk usia anak 17 tahun yang duduk di bangku SMA atau bahkan mahasiswa, dimana anak seharusnya sudah bisa melakukan secara mandiri, sendiri seperti menentukan tugas mana yang harus dikerjakan, baju yang dipakai, menghubungi dosen dll. Namun yang terjadi orang tua yang meng – handle. Helicopter parenting dapat terjadi di semua usia, dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Sejak kecil anak tidak belajar bertanggung jawab dan tidak terlatih untuk melakukan pemecahan masalah sehingga ketika dewasa menjadi sulit untuk hidup mandiri. Contoh perilaku pola asuh helikopter seperti, orang tua memilihkan guru les, jenis les, tanpa meminta pendapat anak atau menawarkan beberapa pilihan. Orang tua juga melakukan kendali dalam proses pemilihan teman bahkan membantu menyelesaikan PR atau tugas sekolah meski seharusnya anak sudah bisa menyelesaikan sendiri. 

 

Anak-anak dengan pola asuh ini kerap kali disebut zero alone time yaitu tidak adanya waktu untuk anak bisa menikmati kesendirian, menentukan pilihan. Helicopter parenting mengacu pada excessive engagementketerlibatan berlebihan orang tua yang serupa seperti melayang-layang di sekitar anak-anak mereka untuk menyelamatkan dari bahaya dan mencegah mereka mengalami kegagalan. Perlakuan ini membuat anak kurang mampu mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah dan keterampilan dalam membuat keputusan. Berikut ini beberapa sikap helicopter parent. Masa anak-anak, orang tua mencoba untuk mencegah anak jatuh, menghindarkan dari resiko apapun, tidak mengijinkan anak bermain sendiri, secara intensif menanyakan progress ke guru, tidak mendorong anak dapat mandiri. Memasuki usia sekolah dasar, orang tua berusaha untuk memilihkan teman untuk anaknya, memasukkan ke tempat les tanpa menanyakan ke anak, menyelesaikan tugas sekolah anak, menolak atau tidak membiarkan anak menyelesaikan, memecahkan masalah secara mandiri. Bahkan ketika anak sudah berusia 10 tahun ke atas tetap tidak membiarkan berteman dengan siapa saja atau cenderung masih menentukan siapa saja yang boleh menjadi temannya. Kerap kali menghubungi guru atau pengajar tentang nilai anaknya yang buruk. Orang tua cenderung campurtangan atas perselisihan anak dengan orang lain bahkan ketika sudah dewasa bisa saja campur tangan ketika ada perselisihan dengan teman kerja. Adapun beberapa dampak dari pola asuh helikopter ini membuat anak cenderung kesulitan untuk mengambil keputusan, bertanggung jawab atas hidupnya.

 

Berdasarkan penelitian Montgomery menemukan bahwa Terdapat korelasi antara helicopter parenting dengan neuoroticism, cenderung kurang terbuka terhadap pengalaman baru dan cenderung kurang bisa mandiri atau dependent (Bradley-Geist & Olson-Buchanan, 2014). Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah seperti orang tua belajar memberi kesempatan anak untuk berekplorasi, memberi tanggung jawab sederhana. Meski tidak langsung membantu namun mata tetap mengawasi. Selain itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dalam melakukan rutinitas. Ketika anak gagal maka penting untuk tetap memberikan apresiasi. Dalam lingkungan sosial, penting anak diberikan ruang untuk memilih teman dan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan konflik secara mandiri. Hal ini juga sekaligus untuk memberikan kesempatan anak mampu bertanggung jawab atas masalah atau kesalahan yang ia lakukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Julie Lythcott-Haims dari Universitas Harvard bahwa untuk mendidik dan membesarkan anak-anak yang kelak menjadi sukses maka anak diperlukan cinta atau kasih sayang dan diberikan tanggung jawab pekerjaan rumah. Tugas sederhana seperti merapikan tempat tidur, mencuci tempat makanannya sendiri, menyapu rumah, merapikan buku, mainan dan semua pekerjaan yang seharusnya ia dapat lakukan sendiri penting untuk ditanamkan sejak kecil (Ashdown & Faherty, 2015; Haims- Julie Lythcotth, 2015). 

 

Kesimpulan

Peduli, sayang terhadap anak adalah suatu hal yang natural, wajib dan memang sudah sewajarnya dilakukan orang tua. Namun mengasihi anak bukan berarti harus melindungi secara berlebihan dan terus-menerus memantau. Hal ini justu akan menimbulkan masalah dikemudian hari seperti anak cenderung cemas dalam mengambil keputusan dan kurang mampu hidup secara mandiri. Bahkan cenderung mudah putus asa karena tidak terbiasa dengan kegagalan atau kesulitan hidup (Haims- Julie Lythcotth, 2015). 

 

Raising children with Love and Chores prepare children to be successful. 

-Julie Lythcott-Haims -

 

 

Referensi:

 

Ashdown, B. K., & Faherty, A. N. (2015). Excessive hovering: Helicopter parenting and its consequences. PsycCRITIQUES60(42). https://doi.org/10.1037/a0039662

 

Bradley-Geist, J. C., & Olson-Buchanan, J. B. (2014). Helicopter parents: An examination of the correlates of over-parenting of college students. Education and Training56(4), 314–328. https://doi.org/10.1108/ET-10-2012-0096

 

Bushra, M., Chohan, I., & Khan, R. M. (2010). Impact of Parental Support on the Academic Performance and Self Concept of the Student. Journal of Research and Reflections4(1), 14–26. Retrieved from http://www.ue.edu.pk/jrre

 

Haims- Julie Lythcotth. (2015). Break free of the overparenting trap and prepare yur kid for success: How to raise an adult. New York: Henry Holt and Company.