ISSN 2477-1686

Vol.6 No. 06 Maret 2020

Pengaruh Psikososial tehadap Kehadiran Virus Corona di Indonesia

Oleh

Nurhidaya

Fakultas Psikologi, Universitas Persada Indonesia YAI

Pendahuluan

Akhir tahun 2019, muncul informasi melalui berbagai media termasuk media sosial yang berkaitan dengan virus corona yang dapat mematikan itu. Virus corona ini berawal dari Negara Cina, tepatnya di Wuhan. Berawal dari Wuhan kemudian menyebar dan berdampak sosial ke seluruh dunia terutama Italia, Korea Selatan, Iran, Saudi Arabia, Turki, Jepang, Singapura hingga ke Indonesia. Virus ini menjadi epidemic dan akhirnya menjadi status tanggap darurat untuk mengantisipasi/mencegah penularannya. Virus corona merupakan virus yang dapat menular lewat bersentuhan, sehingga individu yang biasanya bersalaman saat bertemu, akhirnya tidak diberlakukan lagi untuk menghindari penularan virus ini. Sementara kita tahu bahwa manusia adalah makhluk sosial yang selalu berharap dapat berinteraksi antara satu sama lain.

Adanya informasi bahwa ada individu yang sudah tertular di Depok karena berinteraksi dengan orang dari Jepang, sehingga orang tersebut positif corona dan dimasukkan ke ruang isolasi di sebuah Rumah Sakit di Jakarta. Dengan informasi tersebut, masyarakat Indonesia mulai mengalami ketakutan dan kecemasan yang dilihat dari perilaku mencari masker dan menyiapkan kebutuhan stok makanan yang banyak untuk digunakan dan disimpan di rumah, ini salah satu fenomena yang menarik dicermati dalam perspektif psikologi sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia pada umumnya.

Psikologi sosial merupakan ilmu yang memahami tentang asal mula dan penyebab terjadinya pikiran serta perilaku seseorang dalam situasi sosial (Baron, 2003). Dengan adanya sikap masyarakat yang panik mencari masker, pembersih tangan (hand sanitizer) dan menyetok makanan dari pasar yang berlebihan merupakan perubahan sikap yang merespon informasi corona yang berlebihan.

Pengertian Virus Covid-19

Virus Covid-19 merupakan virus yang hampir sama dengan SARS dan MERS yang modelnya seperti mahkota, yang ditandai dengan protein S seperti sepatu yang tersebar mengelilingi permukaan Virus. Sementara dari LIPI menyatakan bahwa virus corona memiliki satu rantai RNA dan berpindah-pindah lebih cepat dibanding DNA hingga satu juta kali. Virus ini muncul disebabkan Pramyxovirus yaitu Respiratory Syncytial Virus (RSV) Newcastle disease, dan parainflenza. (Detik News, Minggu 2 Pebruari 2020). Virus corona, dapat ditandai dengan antara lain demam, batuk, mual, diare dan sesak napas.

Pencegahan Terhindar dari Covid-19

Adapun usaha preventif atau pencegahan terhadap penularan virus corona, adalah sebagai berikut:

1.    Cuci tangan dengan air yang mengalir disertai sabun minimal 20 detik atau cuci tangan dengan menggunakan 60 persen alcohol.

2.    Hindari bersentuhan langsung, dan menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum di cuci.

3.    Tinggal di rumah jika sedang sakit dan menggunakan masker.

Dampak Kecemasan Akibat Covid-19 di Indonesia

Kecemasan adalah reaksi emosional terhadap objek atau keadaan yang tidak memilki cukup alasan untuk ditakuti atau tidak rasional (Gunarsa,1996). Sedangkan kecemasan yang dialami masyarakat, merupakan kecemasan yang ditandai adanya respon terhadap situasi yang mengancam adanya perubahan, pengalaman  atau belum pernah dialami dan dilakukan. Dapat ditandai dengan ketakutan yang berlebihan, kekhawatiran mengenai situasi yang dihadapi atau yang akan datang tanpa sebab mengatasi ketakutan tersebut.

Faktor Penyebab Kecemasan

Maraknya beragam informasi terkait virus corona yang dapat mematikan siapa pun, menyebabkan individu dan masyarakat pada umumnya, mengalami gangguan kecemasan yang ditandai dengan kekhwatiran berlebihan, ketegangan dan emosi yang dialami seseorang. Secara teoretis, terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi kecemasan:

a.    Pikiran Negatif. Berpikir terhadap sesuatu diluar kenyataan yang sebenarnya karena terlalu meyakini beragam informasi yang belum diyakini kebenarannya.

b.    Kecemasan kognitif

Kecemasan kognitif adalah persepsi seseorang yang berkaitan dengan penilaian kognitif terhadap situasi yang dihadapi lingkungan masyarakat dengan respon somatic, yang biasanya ditandai dengan kekhwatiran, berkeringat dingin, dan lemas.

c.    Kecemasan Somatik

Kecemasan somatik adalah komponen fisiologis dari kecemasan/persepsi respon fisiologis ditandai dengan detak jantung lebih cepat, pernapasan dan ketegangan otot (Cox, 2012).

Cara Mengurangi Kecemasan

Untuk mengurangi kecemasan individu harus memiliki self-efficacy atau keyakinan diri yang kuat (Bandura, 1997). Self-efficacy merupakan penilaian individu berupa keyakinan terhadap kemampuan yang bisa menjamin diri untuk tidak tertular virus corona dengan hidup bersih dan berusaha tidak kontak langsung dengan orang yang terkena virus Corona, atau berkunjung ditempat-tempat yang ramai. Adapun faktor yang mempengaruhi keyakinan diri diantaranya:

1. Pengalaman orang berhasil.

    Dengan pengalaman pecegahan melawan atau menyembuhkan virus Corona di Wuhan dan Di Vietnam, merupakan bukti keberhasilan dalam melawan keganasan virus Corona, sehingga ini membuat suatu keyakinan masyarakat bahwa virus Corona itu bisa disembuhkan ketika kita menerapkan perilaku hidup sehat.

2. Mengamati Orang Lain

Mengamati informasi yang diperoleh dari pemerintah atau dari media sosial bahwa orang yang terkena virus Corona dapat sembuh total ketika melaporkan diri cepat ke rumah sakit dan langsung di isolasi sehingga memutus rantai penularan terhadap virus Corona. Sehingga masyarakat Indonesia dapat melakukan hal tersebut sebagai hasil pengamatan dari beberapa kasus yang terjadi dari aspek positifnya.

3. Persuasi Verbal

Adanya kasus virus corona ini dapat kita tahu karena melalui berbagai media, termasuk media sosial tentang, apa itu virus Corona, apa penyebabnya dan bagaimana pencegahannya dapat informasi dari media. Sehingga dengan informasi kita dapat menyimak dan mengkomunikasikan dalam diri bahwa kita mampu memutuskan mata rantai virus corona melalu hidup sehat dan tidak berkumpul di tempat yang ramai serta menghindari kontak lansung dengan orang lain, sehingga melahirkan suatu keyakinan diri bahwa seorang individu atau masyarakat dapat mengatasi masalahnya terkait penyebaran virus corona ini.

Penutup

Beragam informasi terkait fenomena perkembangan virus corona di masyarakat, menyebabkan timbulkan kecemasan yang berlebihan. Hal ini perlu diminimalisir agar tidak terjadi kepanikan yang berlebihan yang dapat menyebabkan stress. Stress dalam psikologi perlu dihindari oleh individu atau masyarakat, karena hal ini dapat menurunkan kondisi tubuh. Jadi, jika sekelompok individu atau masyarakat mengalami tindkat stress yang tinggi, tentu tidak dapat melakukan upaya pencegahan secara maksimal, malah dapat menyebabkan imunitas tubuhnya juga terpengaruh.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengurangi kecemasan diantaranya, Pertama, meminimalisir pikiran negatif. Karena dengan selalu berpikir negatif dapat menyebabkan strees dan perilaku berlebihan. Kedua, selalu mencari informasi yang akurat terkait pencegahan virus Corona. Misalnya dengan mencari informasi dari sumber yang layak dipercaya (www. Covid19. go.id). Ketiga, Membudayakan perilaku hidup sehat, dengan berolahraga secara teratur dan banyak mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan imunitas tubuh serta istirahat yang cukup. Keempat, mengikuti saran pemerintah untuk melakukan physical distancing yaitu dengan mengurangi aktivitas di luar rumah, kurangi kontak langsung dengan keramaian, serta menjaga jarak aman saat berinteraksi dengan individu lain paling tidak 1 sampai 2 meter. Kelima, Jika kondisi batuk, pilek, atau demam, segera periksakan diri ke dokter dan Rumah Sakit terdekat. Keenam, selalu berikhtiar untuk melakukan hal terbaik dan jangan lupa berdoa kepada Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

Referensi:

Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi olahraga prestasi, Jakarta: Gunung Mulia.

Cox, R. H. (2012) Sport psychology: Concept and Application. New York: McGraw-Hill

Awisol, (2004). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press.

Bandura, A. (1997). Self efficacy the execise of control. New York: W. H.  Freeman and Comapy.

Sarwono, S.W., & Meinarno, E. A. (2009). Psikologi sosial. Jakarta:  Salemba Humanika