ISSN 2477-1686
Vol. 10 No. 20 Oktober 2024
“Dari tantrum menjadi tentram: Filial play sebagai solusi orang tua dalam mengatasi perilaku temper tantrum pada anak usia dini”
Oleh:
Winston Lovevinzy Kakampu, Thania Shely Fang Tjoa
Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Perjalanan tumbuh kembang manusia, seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (1997) adalah proses unik yang melibatkan berbagai tahapan dengan tugas dan tantangan tersendiri. Masa kanak-kanak awal, atau yang dikenal sebagai golden age (2-5 tahun), menjadi periode krusial dalam membangun fondasi berbagai aspek perkembangan, termasuk kecerdasan sosio-emosional (Murni, 2017). Sukatin, dkk (2023) menekankan pentingnya pembelajaran sosio-emosional pada masa ini untuk membantu anak berinteraksi dan mengelola emosi, serta mencegah stres dan kecemasan. Namun, fenomena temper tantrum, dijelaskan pula oleh Wenar & Kerig (2000) sebagai ledakan emosi akibat kesulitan anak dalam mengekspresikan perasaannya, menjadi tantangan signifikan.
Kasus tantrum di Indonesia meningkat (Putri, 2021; Mardhatillah dkk, 2022) dengan potensi dampak jangka panjang yang serius (Alini, 2019; Wakschlag dkk, 2020). Meskipun dukungan orang tua sangat penting bagi perkembangan emosional anak (Fuadia, 2022; Salsabilla dkk, 2023), banyak orang tua masih menggunakan metode pengasuhan yang kurang sesuai (Zainuri, 2018; Taib dkk, 2020). Untuk mengatasi masalah ini, pendekatan filial play diusulkan sebagai solusi potensial untuk mendukung perkembangan emosional anak dan mencegah masalah perkembangan di masa depan (Ilham, 2022).
Filial play, yang dikembangkan oleh Guerney (1960), adalah metode terapi yang bertujuan mengurangi masalah perilaku anak dan orang tua, memperbaiki hubungan mereka, serta meningkatkan keterampilan komunikasi orang tua kepada anak. Metode ini membimbing orang tua menjadi agen terapi melalui sesi bermain bebas non-direktif, dengan empat pendekatan utama: structuring, empathetic listening, child-centered imaginary play, dan limit setting (Guerney, 1960; Topham & Vanfleet, 2011). Vanfleet (1994) menekankan perlunya kesiapan orang tua untuk mengintervensi jika diperlukan. Efektivitas filial play didukung oleh penelitian Halim, dkk (2022) yang menunjukkan peningkatan regulasi emosi orang tua.
Bandura (1986) menegaskan pentingnya modeling, sementara Nurjanah et al. (2019) dan Wijayanto (2020) mengonfirmasi bahwa anak cenderung meniru perilaku tenang orang tua. Stiffelman (2012) menjelaskan bahwa dalam kondisi tentram, anak dapat mengontrol emosinya lebih baik dan berinteraksi positif. Ashori & Karimnejad (2021) serta Soemarmi & Hariyani (2024) menekankan bahwa melalui filial play, orang tua dapat lebih memahami kebutuhan emosional anak, memungkinkan anak mencapai potensi maksimal dan tumbuh menjadi individu yang seimbang dan tangguh.
Referensi :
Alini, W. J., & Jannah, W. (2019). Hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian temper tantrum pada anak usia pra sekolah di kelompok bermain permata. Jurnal Ners, 3(2), 1–10.
Ashori, M., & Karimnejad, R. (2021). The effect of filial therapy on the interaction of deaf mothers with their hearing children. International Journal of Play Therapy, 30(3), 195.
Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action. Englewood Cliffs, NJ, 1986(23-28), 2.
Fuadia, N. N. (2022). Perkembangan sosial emosi pada anak usia dini. Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta, 3(1), 31-47.
Guerney Jr, B. (1964). Filial therapy: Description and rationale. Journal of Consulting Psychology, 28(4), 304.
Halim, S. M., Milfayetty, S., & Masganti, M. (2022). Efektivitas filial play dalam meningkatkan kemampuan orang tua meregulasi emosi dan empati selama mendampingi anak belajar dari rumah di sekolah maitreyawira, deli serdang. Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS), 5(2), 1507- 1519.
Hurlock, E. B. (1997). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Erlangga.
Ilham, L. (2022). Dampak pola asuh otoriter terhadap perkembangan anak. Islamic EduKids: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 63-73.
Landreth, Garry L. (2017). Play therapy: The art of the relationship. Routledge.
Manning, B. L., Roberts, M. Y., Estabrook, R., Petitclerc, A., Burns, J. L., Briggs Gowan, M., Wakschlag, L. S., & Norton, E. S. (2019). Relations between toddler expressive language and temper tantrums in a community sample. Journal of Applied Developmental Psychology, 65, 101070.
Mardhatillah, M., Wardiati, W., & Agustina, A. (2022). Determinan temper tantrum pada anak usia prasekolah di desa gegerung kecamatan wih pesam kabupaten bener meriah tahun 2022. Journal of Health and Medical Science, 82-92.
Murni, M. (2017). Perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial pada masa kanak kanak awal 2-6 tahun. Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 3(1), 19-33. Nurjanah, N., Miranti, I., & Dwiastuty, N. (2019). Manajemen emosi pada anak usia dini. Jurnal PkM (Pengabdian kepada Masyarakat), 2(03), 259-264. Putri, A. A. (2021).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tantrum pada anak di tk bunda dharmasraya. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(10), 2041-2048.
Salsabilla, S., Oktamarinda, L., Rahmayanti, I., & Lestari, P. (2023). Emosional pada anak usia dini (Studi di TK kemala bhayangkari 01 palembang). SIGNIFICANT: Journal Of Research And Multidisciplinary, 2(02), 128-138.
Soemarmi, S., & Hariyani, I. T. (2024). Keefektifan filial play dalam meningkatkan kemampuan orangtua meregulasi emosi anak usia dini. Dinamika Pembelajaran: Jurnal Pendidikan dan bahasa, 1(3), 40-56.
Stiffelman, S. (2012). Parenting without power struggles: Raising joyful, resilient kids while staying cool, calm, and connected. Simon and Schuster.
Sukatin, S., Mutaqin, K., Astuti, P., Widiyansih, W., & Putri, Y. (2023). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal pendidikan dan ilmu sosial (JUPENDIS), 1(3), 186-194.
Taib, B., Ummah, D. M., & Bun, Y. (2020). Analisis pola asuh otoriter orang tua terhadap perkembangan moral anak. Jurnal Ilmiah Cahaya Paud, 2(2), 128- 137.
Topham, G. L., & VanFleet, R. (2011). Filial therapy: A structured and straightforward approach to including young children in family therapy. Australian and New Zealand Journal of Family Therapy, 32(2), 144–158.
VanFleet, R. (1994). Filial therapy: Strengthening parent-child relationships through play. Sarasota, FL: Professional Resource Press.
Wakschlag, L. S., Krogh-Jespersen, S., Estabrook, R., Hlutkowsky, C. O., Anderson, E. L., Burns, J., Briggs-Gowan, M. J., Petitclerc, A., & Perlman, S. B. (2020). The early childhood irritability-related impairment interview (E-CRI): A novel method for assessing young children’s developmentally impairing irritability. Behavior Therapy, 51(2), 294–309.
Wenar, C., & Kerig, P. (2000). Developmental psychopathology: From infancy through adolescence. McGraw-Hill.
Wijayanto, A. (2020). Peran orangtua dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak usia dini. Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 4(1), 55-65.
Yulianti, T. R. (2014). Peranan orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini. EMPOWERMENT: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, 3(1), 11-24.
Zainuri, A. (2018). Pendidikan karakter di keluarga. Tadrib, 4(2), 260-279.