ISSN 2477-1686 

Vol. 10 No. 06  Maret 2024

 

Upaya Mendorong Aktualisasi Diri Muda Mudi Indonesia dengan Pendekatan Cognitive Information Processing

Oleh:

Sari Zakiah Akmal

Fakultas Psikologi, Universitas YARSI 

Pengantar

Aktualisasi dari merupakan kebutuhan tertinggi (puncak) dari piramida kebutuhan manusia. Individu yang mencapai aktualisasi dirinya, umumnya mengetahui potensi yang dimiliki dan dapat memilih hal yang ingin mereka kerjakan untuk kepuasan dirinya. Hasil penelitian membuktikan bahwa aktualisasi diri dapat meningkatkan perkembangan individu (personal growth), kesehatan mental yang positif, well-being yang baik dan memprediksi work-related outcomes yang positif (seperti: kepuasan kerja, well-being di tempat kerja). Maslow menjelaskan bahwa individu akan bergerak dan termotivasi melakukan sesuatu karena dua kemungkinan, deficiency motivation (karena meerasa tidak puas terhdap kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi) atau growth motivation (karena keinginan untuk lebih mengeksplorasi, rasa ingin tahu, mengembangkan kreativitas dan urusan kemanusiaan). Individu yang sudah mencapai aktualisasi darinya adalah mereka yang sudah merasa terpenuhi (setidaknya hingga level tertentu) dan tidak mengalami defisiensi dengan kebutuhan dasarnya (basic needs), dan hal yang memotivasi mereka untuk bertindak adalah keinginan untuk lebih mengembangkan diri. Tulisan ini dibagi menjadi beberapa pokok bahasan, yaitu: (1) tanggapan penulis terkait tulisan “Aku Merdeka! Pengantar untuk Aktualisasi Diri” yang telah dipaparkan oleh Sri Fatmawati Mashoedi dan Eko A Meinarno; (2) karakteristik dan tantangan aktualisasi diri muda-mudi Indonesia (Gen Z); (3) penjelasan singkat mengenai pendekatan Cognitive Information Processing (CIP) sebagai dasar pemikiran pengembangan lembar kerja aktualisasi diri; dan (4) aplikasi CIP dalam mendorong aktualisasi diri individu.

Tanggapan terhadap tulisan Sri Fatmawati Mashoedi dan Eko A Meinarno Aku Merdeka! Pengantar untuk Aktualisasi Diri”

Gagasan yang disampaikan oleh Ibu Sri Fatmawati Mashoedi dan Bapak Eko A Meinarno mengenai karakteristik individu yang sudah mencapai aktualisasi diri dan pentingnya peranan lingkungan dan dukungan sosial dalam mendorong individu mencapai aktualisasi dirinya, memicu beberapa pertanyaan. Apakah muda-mudi saat ini (Gen Z – lahir tahun 1997 - 2012) memiliki pemikiran yang sama mengenai aktualisasi diri dengan generasi sebelumnya (Gen X dan Gen Y)? Apakah kemajuan teknologi mempermudah atau justru menjadi faktor penghambat pengembangan diri Gen Z? Tantangan apa saja yang Gen Z hadapi dalam mencapai aktualisasi diri? Pendekatan atau bagaimana cara yang mungkin dilakukan untuk dapat mengawinkan antara peranan indidividu dan lingkungan/dorongan sosial dalam pengembangan diri? Ibu Sri Fatmawati Mashoedi dan Bapak Eko A Meinarno menuliskan 15 karakteristik individu yang mencapai aktualisasi dirinya. Penulis berpendapat bawah beberapa karakteristik yang telah disebutkan tersebut perlu dipikirkan kesesuaiannya dengan karakteristika dan perkembangan Gen Z saat ini. Selain itu, dikatakan pula bahwa dukungan dari lingkungan juga diperlukan dalam membantu proses aktualisasi diri. Pada tulisan ini, penulis akan menggunakan pendekatan Cognitive Information Processing yang melibatkan aspek individual dan pertimbangan dari faktor lingkungan (orang tua, significant others, masyarakat, budaya, dsb) dalam mencapai aktualisasi diri.

Karakteristik dan Tatantangan Aktualisasi Diri Gen Z

Tulgan dan RainmakerThinking (2013) menyimpulkan lima karakteristik Generasi Z yang membedakannya dengan generasi lainnya: (1) selalu terkoneksi dengan dunia luar melalui sosial media, (2) dapat berinteraksi secara profesional meskipun tidak terlalu menyukainya, (3) perbedaan kemampuan antara yang bisa dan suka belajar sangat berbeda dengan mereka yang tidak tertarik untuk mengembangkan diri, (4) memiliki pola pemikiran global dan (5) toleransi yang tinggi terhadap perbedaan dan sulit mendefinisikan identitas dirinya. Melihat karakteristik yang ditampilkan Gen Z dan kedekatan mereka dengan teknologi, diperkirakan akan menimbulkan tantangan tersendiri untuk mewujudkan aktualisasi diri mereka. Pertama, secara tidak disadari atau tidak Gen cenderung mengevaluasi pencapaian dirinya dan membandingkan dengan orang lain dari informasi yang beredar di internet. Kedua, kemampuan Gen Z dalam mengelola stres, daya lenting ketika menghadapi tantangan dan kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah cenderung rendah karena pola pengasuhan yang over protektif. Ketiga, Gen Z belum mampu menyaring dan menganalisa informasi dengan tepat, belum dapat membedakan informasi yang penting dan tidak penting untuk mereka ikuti saat ini. Terakhir, Gen Z memilki perbedaan cara pandang terhadap karier dan masa depan (kenyamanan vs gaji dan posisi) jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Gen Z diajarkan untuk mengikuti passion-nya. Mereka juga memiliki kemampuan reflektif yang baik, sehingga cukup memahami dirinya. Dibandingkan dengan generasi terdahulu, Gen Z lebih dapat mengidentifikasi hal yang diminatinya. Keterbukaan informasi mengenai berbagai hal juga menjadi peluang bagi mereka untuk mencari inforamsi lebih banyak mengenai berbagai peluang aktualisasi diri. Akan tetapi, informasi yang terlalu banyak dan dengan berbagai kemudahan yang mereka nikmati selama ini, Gen Z mengalami kendala dalam pengambilan keputusan. Dapat dikatakan, Gen Z sudah cukup dengan tugas eksplorasi dirinya, namun masih membutuhkan pengembangan dalam ”action” terkait aktualisasi diri, seperti: cara pengambilan keputusan, penetapan tujuan dan pembuatan rencana menuju aktualisasi diri. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk menggunakan pendekatan Cognitive Information Processing untuk membantu Gen Z dalam menentukan tujuan aktualisasi dirinya.

Cognitive Information Processing: Sebuah Pendekatan

Pendekatan Cognitive Information Processing (CIP) dikenalkan oleh Peterson, dkk (2002) dan digunakan untuk membantu individu dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan karier. Menurut Sampson dkk (2002) pendekatan CIP dibangun berdasarkan dua konsep utama yaitu: Pyramid of Information Processing Domains dan CASVE Cycle. Pyramid of Information Processing Domains terkait dengan konten (informasi, kemampuan, pemikiran) dari pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah karier, sedangkan CASVE Cycle menjelaskan mengenai proses (urutan) yang perlu dilalui dalam pengambilan keputusan. Integrasi kedua konsep tersebut terdapat pada Gambar 1.

Gambar 1.

Integrasi Pyramid of Information Processing Domains dan CASVE Cycle dalam CIP

 Pyramid of Information Processing Domains

Piramida ini menggambarkan elemen kognitif dari proses pengambilan keputusan karier. Terdapat tiga faktor penting yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan karier, yaitu: knowing about myself (pengenalan diri: value, minat, kemampuan, preferensi, karakteristik kepribadian), knowing about my options (pengetahuan mengenai bidang pekerjaan atau target pengembangan diri) dan decision making skills – knowing how I make decisions (keterampilan dalam pengambilan keputusan – CASVE). Pengenalan diri dan pengetahuan mengenai bidang pekerjaan/target masa depan merupakan komponen dasar yang harus terpenuhi agar mempermudah proses pengambilan keputusan. Dengan bekal pengetahuan tersebut, individu mulai dapat menganalisa kesesuain antara gambaran dirinya dan target pengembangan diri sehingga dapat menentukan atau memilih satu prioritas yang paling memungkinkan untuk dicapai. Proses pengambilan keputusan dijelaskan lebih lanjut dalam sub-bahasan CASVE

CASVE Cycle

CASVE merupakan akronim dari Communication -  Analysis – Synthesis – Valuing – Execution. Siklus CASVE ini merupakan siklus ideal yang dijalani individu ketika mereka akan mengambil keputusan, terutama keputusan karier.

Gambar 2.

CASVE Cycle 

Berikut penjelasan mengenai tahapan yang perlu dilewati:

1.    Communication; merupakan tahapan awal dari siklus CASVE. Pada tahapan ini, individu sudah memiliki kesadaran akan pentingnya tindakan/upaya yang mereka lakukan untuk mengambil keputusan dan merencanakan karier demi pencapaian aktualisasi diri.

2.  Analysis; pada tahapan ini fokus utama individu adalah mengeksplorasi diri (self-knowledge) dan alternatif tujuan aktualisasi diri (occupational–konwledge) dan identifikasi seberapa besar gap antara tujuan yang ingin dicapai dan kondisi diri saat ini.

3.  Synthesis: fokus pada strategi/upaya apa yang perlu dilakukan untuk memperkecil gap antara target aktualisasi diri dengan gambaran diri saat ini. Individu juga perlu memikirkan sebanyak mungkin alternatif pilihan pekerjaan atau target aktualisasi diri (synthesis elaboration), tanpa ada yang terlewat, namun juga tidak membuat individu terlalu terbebani untuk memikirkannya. Setelah itu, individu perlu mengerucutkan kembali pilihannya dengan berbagai analisa dan pertimbangan yang dilakukan, menyisakan hanya 5 pilihan  (synthesis crystallization).

4.    Valuing; memberikan penilaian mengenai pengorbanan/costs/sisi negatif dan juga keuntungan/benefits/ hal positif untuk setiap pilihan target aktualisasi yang sudah ditetapkan pada tahapan synthesis. Penilaian plus-minus dari setiap opsi ini dilakukan dengan melihat bagaimana pengaruhnya terhadap diri sendiri, significant others, kelompok budaya atau kelompok masyarakat yang lebih luas. Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, individu kemudian harus memilih satu target yang akan direalisasikan.

5.  Execution; adalah tahapan akhir yang mempersiapkan individu untuk merealisasikan targetnya, mewujudkan ide-ide/gagasan/pemikiran menjadi tindakan nyata. Individu harus menentukan target dan membuat rencana detail mengenai cara untuk mewujudkannya. Tiga aktivitas utama yang dilakukan: merencanakan, uji coba dan menerapkan strategi.

 

Aplikasi Cognitive Information Processing dalam Mendorong Aktualisasi Diri Muda Mudi Indonesia

Berikut ini adalah contoh lembar kerja yang dirancang dengan menggunakan pendekatan CIP-CASVE yang sudah pernah penulis gunakan untuk membantu mahasiswa Psikologi tahun pertama membuat rencana pengembangan dan aktualisasi diri di perguruan tinggi

 

Referensi:

Cognitive Information Processing Theory (CASVE) - Marcr. (2023, February 25). Marcr. https://marcr.net/marcr-for-career-professionals/career-theory/career-theories-and-theorists/cognitive-information-processing-theory/

Rakhmah, D. (2021, February 4). Gen Z Dominan, Apa Maknanya bagi Pendidikan Kita? Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Dan Teknologi. Retrieved February 23, 2024, from https://pskp.kemdikbud.go.id/produk/artikel/detail/3133/gen-z-dominan-apa-maknanya-bagi-pendidikan-kita.

Peterson, G. W., Sampson, J. P., Jr., Lenz, J. G., & Reardon, R. C. (2002). Becoming career problem solvers and decision makers: A cognitive information processing approach. In D. Brown (Ed.), Career choice and development (4th ed., pp. 312-369). San Francisco: Jossey-Bass.

Sampson, J. P., Jr., Peterson, G. W., Lenz, J. G., & Reardon, R. C. (1992). A cognitive approach to career services: Translating concepts into practice. The Career Development Quarterly, 41, 67-74.

Strohm, D. A. (2008). The impact of a cognitive information processing intervention on dysfunctional career thoughts and vocational identity in high school students. http://krex.k-state.edu/dspace/bitstream/2097/993/1/DavidStrohm2008.pdf.