ISSN 2477-1686
Vol. 10 No. 06 Maret 2024
Krisis Kesehatan Mental Pada Generasi Z:
Peranan Pola Asuh dan Media Sosial
Oleh:
Milazia Putri
Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara
Kesehatan mental saat ini menjadi perbincangan yang sering dibahas di Indonesia, terutama dikalangan Generasi Z. Lanier (2017) berpendapat bahwa Generasi Z adalah generasi yang lahir dari pertengahan tahun 1990-an hingga awal tahun 2010, namun umumnya berbagai pendapat menyatakan bahwa mereka yang merupakan bagian dari Generasi Z adalah individu yang lahir pada tahun 1995-2010. Generasi Z dikenal juga sebagai generasi pertama yang melek digital. Adapun generasi ini dinyatakan sebagai generasi pertama yang tidak dapat terlepas dari digital. Individu-individu yang masuk kedalam kategori Generasi Z lahir dan tumbuh dalam kondisi dunia yang penuh dengan perkembangan digital dan teknologi. Hal tersebut juga yang membuat mereka harus belajar menggunakan teknologi dan berinteraksi di media sosial sejak usia yang sangat muda, serta cenderung untuk kecanduan teknologi (Magano et al., 2020).
Karakteristik dari Generasi Z adalah individu yang berpikir lebih terbuka dan mendalam serta cenderung untuk bertindak sesuai dengan keinginannya (Benitez-Marquez et al., 2022). Generasi ini juga merupakan generasi yang memiliki kesadaran yang lebih baik terkait isu-isu sosial serta lebih terinformasi atas hal-hal yang sedang terjadi di dunia dibandingkan dengan generasi sebelumnya (Sladek & Grabinger, 2014). Generasi Z juga merupakan generasi yang mana mayoritas individunya menjunjung tinggi kebebasan berekspresi dan memiliki keterbukaan yang lebih besar dalam memahami berbagai jenis orang serta situasi tanpa mendiskriminasi apabila dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya (Francis & Hoefel, 2018). Pandangan hidup yang seperti ini menjadikan Generasi Z sebagai generasi yang memiliki perspektif unik dalam memahami orang lain, sembari berusaha untuk tetap setia pada diri mereka sendiri, nilai-nilai, dan tujuan mereka.
Adapun dibalik karakteristik dari Generasi Z yang terkesan positif dan kemampuan intelektual Generasi Z yang lebih berkembang, namun Generasi Z cenderung dipandang “sebelah mata” oleh masyarakat di Indonesia. Menurut Salsabilla (2023), adanya pandangan tersebut dikarenakan Generasi Z dinilai lebih rentan terkena masalah mental. Grelle et al. (2023) menyatakan bahwa rentannya Generasi Z untuk terkena masalah mental saat menghadapi situasi- situasi yang sulit dikarenakan adanya kecenderungan berperilaku yang tidak tepat dalam menghadapi suatu masalah dan resiliensi yang rendah. Hal-hal tersebut pada akhirnya membuat terciptanya lebih banyak permasalahan serta berdampak buruk pada kesehatan mental Generasi Z. Krisis kesehatan mental Generasi Z dapat disebabkan oleh dua faktor, yakni pola asuh orang tua dan media sosial. Menurut Wieland (2019) mayoritas orang tua dari Generasi Z mendidik dengan pola asuh helikopter, yaitu jenis pola asuh yang mana orang tua memiliki perasaan bahwa mereka harus senantiasa mengawasi tindakan anak mereka, siap melakukan intervensi kapan saja untuk mengatur kehidupan pribadi anak serta tidak memberikan anak untuk membuat keputusan secara mandiri. Orang tua dengan pola asuh helikopter memiliki keinginan untuk mengontrol kehidupan anak dan selalu ikut campur pada permasalahan anak. Pemantauan yang terus menerus oleh orang tua dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental dengan mengurangi rasa kemandirian dan efikasi diri Generasi Z. Generasi Z juga akan cenderung memiliki resiliensi yang rendah serta merasa tidak mampu untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan sehingga Generasi Z menjadi lebih rentan untuk mengalami permasalahan mental.
Selain itu, pada faktor kedua penyebab krisis kesehatan mental Generasi Z yakni media sosial disebabkan Generasi Z hidup disaat ponsel pintar berkembang pesat. Perkembangan ponsel pintar membuat mayoritas masyarakat memiliki ponsel pintar pribadi dan tentu saja ini membuat Generasi Z lebih mudah untuk mengakses media sosial dimana saja dan kapan saja. Kemudahan akses media sosial membuat Generasi Z menghabiskan banyak waktu di media sosial. Media sosial pun menjadi sumber informasi utama di kalangan Generasi Z. Hal tersebut tentu memiliki dampak negatif seperti kecanduan media sosial dan kondisi mental yang tidak baik karena kelebihan informasi. Informasi yang terlalu banyak dan beragam ini mengakibatkan munculnya stres, kelelahan, 'takut ketinggalan' dan 'phubbing', kecemasan, dan masalah-masalah lainnya yang dapat meningkat setiap harinya (Sharma et al., 2023).
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dilihat bahwa pola asuh orang tua dan media sosial memainkan peranan penting dalam mempengaruhi kesehatan mental Generasi Z. Selain itu, orang tua yang terlalu ikut campur dan media sosial yang seakan menuntut Generasi Z untuk memenuhi standar tertentu akan membuat Generasi Z merasa ragu dengan nilai-nilai pribadi mereka. Keraguan ini akan membuat keadaan mental Generasi Z semakin tidak stabil. Upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mengatasi permasalahan mental Generasi Z adalah dengan memberikan Generasi Z kesempatan untuk membuat keputusan-keputusan secara mandiri dan menghargai keputusan tersebut. Upaya lain yang dapat dilakukan oleh Generasi Z secara pribadi adalah dengan membatasi penggunaan media sosial, sehingga Generasi Z lebih fokus untuk mencapai tujuan-tujuan yang dimiliki tanpa terlalu memikirkan informasi-informasi di media sosial yang bisa membuat Generasi Z menjadi tidak fokus meraih tujuannya.
Referensi:
Benítez-Márquez, M. D., Sánchez-Teba, E. M., Bermúdez-González, G., & Núñez-Rydman, E. S. (2022). Generation z within the workforce and in the workplace: A bibliometric analysis. Front. Psychol., 12. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.736820
Francis, T., & Hoefel, F. (2018). True gen’: Generation z and its implications for companies. McKinsey & Company
Grelle, K., · Shrestha, N., & · Ximenes, M. (2023). The generation gap revisited: Generational differences in mental health, maladaptive coping behaviors, and pandemic‑related concerns during the initial covid‑19 pandemic. Journal of Adult Development, 30. 381–392. https://doi.org/10.1007/s10804-023-09442-x
Lanier, K. (2017). 5 things HR professionals need to know. Strategic HR Rev, 16. 288–290. https://doi.org/10.1108/SHR-08-2017-0051
Magano, J., Silva, C., Figueiredo, C., Vitória, A., Nogueira, T., & Dinis, P. M. A. (2020). Generation z: Fitting project management soft skills competencies—A mixed-method approach. Educ. Sci. 10. https://doi.org/10.3390/educsci10070187
Salsabilla, R. (2023). Alasan Utama Gen Z Rentan Kena Masalah Mental Menurut Studi. Retrieved from CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20230814104458-33-462679/alasan-utama-gen-z-rentan-kena-masalah-mental-menurut-studi
Sharma, M., Kaushal, D., & Joshi, S. (2023). Adverse effect of social media on generation Z user's behavior: Government information support as a moderating variable. Journal of Retailing and Consumer Services, 72. https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2023.103256
Sladek, S., & Grabinger, A. (2014). Gen z: The first generation of the 21st century has arrived. Richmond: XYZ University.
Wieland, D. M. (2019). Helicopter parenting and the mental health of igen college students. Journal of Psychosocial Nursing and Mental Health Services, 58(5).16–22. https://doi.org/10.3928/02793695-20191210-01