Vol. 9 No. 21 November 2023
Berbicara Itu Ada Seninya?
Mari Kita Telisik Penerapan Psikologi Komunikasi dalam Seni Berbicara
Oleh:
Fajar Nurisa Khoirini & Anissa Rizky Andriany
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA
“Bicara itu seperti main golf, mengendarai mobil atau mengelola toko”.
Bebicara sejatinya bagian dari proses komunkasi, tidak bisa kita hindari karena kita ditakdirkan sebagai manusia sosial yang saling berinteraksi, Kalimat di atas merupakan kutipan dari buku yang berjudul seni berbicara kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja yang ditulis oleh King & Filbert (2023). Berbicara adalah bakat alami pada seseorang, semakin sering Anda berbicara maka akan semakin mahir pula Anda melakukannya. Seperti halnya seorang pemain golf atau orang yang mengendarai mobil semakin sering berlatih melakukannya, maka semakin terampil dan ahli dalam hal tersebut. Berbicara merupakan bagian dari komunikasi, mengapa demikian? Mari kita pahami bersama.
Ilmu psikologi mengungkap komunikasi adalah penyampaian energi.
Komunikasi sejatinya melibatkan banyak energi, benar bahwa pandangan psikologi menyebutkan komunikasi merupakan penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak. Ketika seseorang mengalami suatu peristiwa kemudian menyampaikannnya maka disitu terjadi pengolahan informasi. Menurut Rakhmat (2017) komunikasi didefinisikan menjadi 6 hal yaitu pertama penyampaian energi dari satu tempat ke tempat yang lain, misalnya seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara. Kedua, penyampaian dan penerimaan signal atau pesan oleh organisme. Ketiga, berbicara merupakan bagian dari komunikasi yang di dalamnya terdapat pesan yang disampaikan. Keempat, komunikasi merupakan proses yang dilakukan oleh suatu sistem untuk mempengaruhi sistem yang lain melalui signal-signal yang disampaikan. Kelima, komunikasi merupakan pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam atau wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain. Terakhir adalah pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.
Ada beberapa seni yang perlu diperhatikan ketika berbicara.
Buku berjudul “Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, Dimana Saja” yang ditulis oleh King & Gillbert (2023) mengungkap beberapa tips seni berbicara untuk memecah kebekuan diantaranya:
1. Hindari Menggunakan Pertanyaan Ya atau Tidak.
Pertanyaan ya atau tidak merupakan musuh utama dalam percakapan yang hangat. Pertanyaan ini memiliki sifat yang menghasilkan jawaban satu atau dua kata saja. Oleh karenanya, gunakan lah topik atau arah pembicaraan yang menarik lawan bicara ke dalam hal-hal yang lebih substansif, yang bisa memberikan jawaban panjang dan lebar sehingga percakapan akan terus mengalir.
2. Menjadi Pendengar yang Baik.
Hukum pertama percakapan adalah mendengarkan, Jika ingin belajar banyak hal maka mulailah dengan mendengarkan. Agar dapat menjadi seorang pembicara yang baik, maka kita juga harus menjadi seorang pendengar yang baik. Salah satu hal yang membuat seseorang jengkel adalah ketika seseorang bertanya namun tidak mendengarkan jawabannya.
3. Perhatikan Bahasa Tubuh.
Bahasa tubuh sama halnya dengan bahasa lisan. Bahasa tubuh merupakan bagian alami dari suatu percakapan dan komunikasi. Bahasa tubuh bisa membuat komunikasi menjadi sangat efektif. Maka dari itu, bahasa tubuh yang Anda gunakan ketika berbicara sama halnya dengan isi pembicaraan itu sendiri. Oleh karenanya bersikaplah wajar dan bicaralah dari hati.
4. Perhatikan Kontak Mata.
Peliharalah kontak mata ketika lawan bicara sedang memberikan jawaban atas pertanyan yang Anda ajukan. Mempertahankan kontak mata yang baik tentu tidak sekedar dari awal hingga akhir. Meskipun penting membuat kontak selagi berbicara, Anda tidak harus terus menerus menatap mata orang.
Kemampuan komunikasi merupakan faktor penting apabila seseorang ingin sukses, karena komunikasi memiliki peran penting dalam dunia karir saat ini. Komunikasi yang baik adalah kunci seseorang dipandang dalam suatu komunitas, termasuk di ranah pekerjaan.
“Komunikasi adalah kunci untuk membuka hubungan (apapun)” – Tere Liye
Referensi:
Rakhmat, J. (2017). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
King, L. & Gillbert, B. (2023). Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, Dimana Saja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.