ISSN 2477-1686
Vol. 9 No. 21 November 2023
Strategi Coping: Stres Prajurit Di Atas Kapal
Oleh :
Nasirotu Diniyah, Lintang Sumirat & Muhammad Erwan Syah
Program Studi Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
TNI Angkatan Laut merupakan alat pertahanan dan keamanan negara yang memungkinkan prajurit untuk bertugas di kapal selama berhari-hari hingga berbulan-bulan. Di dalam menjalankan tugasnya untuk menjaga kedaulatan serta keamanan laut nusantara oleh TNI AL digelar dengan membangun tiga kekuatan Armada Laut di Indonesia, yaitu Komando Armada I (Koarmada I) bermarkas di Jakarta, Komando Armada II (Koarmada II) di Surabaya, Jawa Timur dan Komando Armada III (Koarmada III) berlokasi di Sorong, Papua (Sitorus et al., 2019). Untuk menjadi seorang prajurit TNI AL dibutuhkan kesiapan fisik dan juga mental yang baik sebagai prajurit matra laut. Oleh karena berbagai hal yang menjadi pokok penting bagi seorang prajurit TNI yang bertugas di kapal tidaklah mudah.
Selain tuntutan tugas dan pekerjaan, para prajurit atau yang sering masyarakat sebut sebagai Angkatan Laut (AL) terkadang mengalami kondisi-kondisi tertentu seperti stres yang sebabkan oleh jarak mereka dengan keluarga serta kondisi lingkungan bekerja menjadi problem di saat bertugas. Stres merupakan sebuah keadaan ataupun suatu kondisi yang membuat individu merasa tertekan. Hal ini di sebabkan oleh banyaknya tuntutan dari dalam maupun dari luar yang harus terpenuhi. Stres dapat membuat seseorang hilang kendali dalam melakukan suatu aktivitas dan akan berdampak negatif pada suatu hal yang sedang dikerjakan. Sehingga perlunya penanganan atau coping stres pada individu yang mengalami stres khususnya pada prajurit di atas kapal.
Stres pada prajurit AL membawa dampak negatif bagi perkerjaan, tugas hingga jabatan. Terdapat data tahunan yang menyatakan bahwa pada tahun 2016 - 2018 Satuan Provos Detasemen Markas Komando Armada (Mako Koarmada I), laporan tahunan Polisi Militer Koarmada I tahun 2016 - 2018, dan laporan tahunan Polisi Militer Pangkalan Utama Angkatan Laut III, Jakarta tahun 2016 – 2018, pelanggaran prajurit yang sering muncul tiap tahunnya adalah desersi, dan mangkir (Sitorus et al., 2019). Hal tersebut karena tidak dapat terpenuhinya keinginan sehingga menimbulkan kegelisahan hingga stres pada prajurit. Dengan stres yang dialami prajurit akan membawa dampak tidak dapat berkonsentrasi penuh pada tugas yang sedang di lakukan, yang mengakibatkan tidak optimalnya pencapaian tugas tersebut.
Permasalahan yang mengakibatkan stres pada prajurit TNI AL meliputi berbagai hal, yaitu perpisahan dengan keluarga yang tidak sebentar, berada di atas kapal dalam kurun waktu yang cukup lama, perpindahan tempat atau lokasi yang mengharuskan para prajurit untuk bisa beradaptasi, perjumpaan dengan orang-orang lingkup kecil saja seperti di atas kapal, adanya stigma di kalangan prajurit sebagai “serdadu yang lemah” seolah-olah seorang prajurit tidak boleh sakit, dan adanya beban kerja yang berat, sehingga prajurit harus dapat berpikir cepat tanggap serta sigap dalam bertugas (Nandaka, 2021). Kondisi stres tersebut akan membuat para prajurit tertekan dan menganggap semua tugas dan tanggung jawabnya merupakan beban berat yang sulit untuk diselesaikan.
Berdasarkan permasalahan prajurit di atas kapal, diperlukan sebuah strategi untuk mengatasi masalah penyebab stres yang akan berdampak pada kinerja prajurit. Coping merupakan upaya untuk mengontrol, mengurangi dan belajar menoleransi ancaman yang dapat menimbulkan stres. Tanpa disadari setiap orang pasti memiliki strategi coping ketika mengalami permasalahan, demikian juga dengan para prajurit yang ada di atas kapal. Akan tetapi tidak semua strategi coping yang dilakukan dapat berhasil menyelesaikan permasalahan, ada dua tipe strategi coping yaitu bentuk coping yang jarang berhasil dan bentuk coping positif (Feldman, 2017).
Sebagian prajurit secara simultan akan menggunakan bentuk coping yang jarang berhasil dalam menyelesaikan permasalahan, salah satunya adalah coping menghindar. Dimana para prajurit akan menghindari atau melarikan diri dari permasalahan yang ada untuk mengurangi stres, seperti mengonsumsi obat-obatan. Sebagaimana data yang dikemukakan oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo pada tahun 2015 (Sitorus et al., 2019), bahwa kasus desersi dan kejahatan narkotika menjadi kasus pelanggaran disiplin paling marak.
Berdasarkan teori dari Folkman (Dian Damayanti et al., 2021), terdapat dua strategi coping positif untuk membantu mengatasi stres yang dialami para prajurit ketika sedang berlayar di atas kapal, yaitu : coping berfokus emosi, yang dapat dilakukan dengan cara mengatur emosi ketika menghadapi stres dan mengubah persepsi para prajurit dalam melihat sebuah permasalahan. Kemudian ada coping berfokus masalah, yang dapat dilakukan dengan cara berusaha memodifikasi masalah penyebab stres atau fokus pada cara menyelesaikan masalahnya. Strategi coping berfokus pada masalah sangat efektif diterapkan pada pekerjaan yang memiliki risiko tinggi, para prajurit yang menggunakan strategi ini dapat lebih mengembangkan potensi yang dimiliki.
Strategi coping berperan penting dalam mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan para prajurit di atas kapal ketika berada dalam situasi tertekan. Dengan menggunakan strategi coping yang benar, para prajurit akan lebih memiliki optimisme dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dan lebih yakin dengan kemampuan yang dimiliki, serta akan melihat sebuah tugas sebagai suatu tanggung jawab dan tantangan baru yang harus diselesaikan dengan baik.
Referensi:
Dian Damayanti, Dewi Mustami’ah, & Fauziah Julike Patrika. (2021). Hardiness, Efikasi Diri Dan Problem Focused Coping Pada Anak Buah Kapal Berstatus Lajang Di Kri “X” TNI Angkatan Laut. Jurnal Psikologi Poseidon, 4, 10–22. https://doi.org/10.30649/jpp.v4i2.53
Feldman, R. S. (2017). Pengantar Psikologi (Cetakan Ke-2). Salemba Humanika.
Nandaka, I. K. T. (2021). Peran Brain Stimulation TMS pada Prajurit Penderita Depresi yang Penugasan di Kapal Perang. Hang Tuah Medical Journal, 19(1), 1–14.
Sitorus, M. H., Suryanta, A., & Adi, S. (2019). Peran Pembinaan Mental Komando Armada I Dalam Meningkatkan Kesiapan Operasi Prajurit. Jurnal Pertahanan & Bela Negara, 9(3), 85. https://doi.org/10.33172/jpbh.v9i3.638