ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 6 Mar 2022

Tips Kesehatan Mental Bagi Tenaga Pendidik 

Di Tengah Situasi Tidak Pasti Pandemi Covid-19

 

Oleh:

Agnes Clarissa & Adhityawarman Menaldi

Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia

 

Dua tahun lamanya pandemi Covid-19 berlangsung di Indonesia. Coronavirus disease (Covid-19) yang bermula dari ditemukannya penyakit tak dikenal pada Desember 2019 kini telah merambah ke berbagai negara dengan tingkat penularan dan tingkat kematian yang tinggi. Pemerintah menerapkan berbagai protokol kesehatan dan regulasi pembatasan mobilisasi penduduk untuk menghambat penularan virus, seperti regulasi PSBB hingga PPKM level 4 (Gitiyarko, 2021). Nyatanya, situasi ini bukan lagi sebatas isu kesehatan, melainkan sebuah hentakan pada seluruh aspek kehidupan untuk mengikuti perubahan.

 

Bagaimana dampak situasi pandemi Covid-19 terhadap profesi pendidikan?

Berbagai lapisan profesi pekerjaan terpaksa mengubah aktivitas yang umumnya dilakukan secara tatap muka (offline) menjadi secara daring (online). Tenaga kesehatan mengalami dampak berupa berkembangnya risiko mengalami PTSD dan gangguan psikologis lainnya (D’Ettorre dkk., 2021). Sistem pendidikan turut mengalami tantangannya tersendiri dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19. Walau perubahan ini terjadi pada berbagai aspek kehidupan, apa yang membuat sektor pendidikan perlu mendapat perhatian khusus?

 

Dalam dua tahun, sistem pembelajaran telah mengalami perubahan selama tiga kali. Pertemuan tatap muka (PTM) yang beralih menjadi PJJ ternyata beralih pula menjadi metode kombinasi antara PTM konvensional dan PJJ, bernama Pertemuan Tatap Muka (PTM) terbatas. Situasi yang menuntut para pendidik untuk cepat beradaptasi menghasilkan beragam metode pembelajaran dalam satu waktu yang sama, seperti daring, luring, blended learning, hingga hybrid learning. Di Indonesia, metode PTM terbatas telah berlangsung sejak dikeluarkannya SKB 4 Menteri pada 8 April 2021 yang lalu, dari tingkat pendidikan PAUD, SD, hingga pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi sederajat. 

 

Perubahan kurikulum seperti apa yang terjadi di Indonesia?

Menurut McCown (2010), penerapan PTM terbatas perlu diikuti implementasi pendidikan yang tepat sehingga kedua metode pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Selain itu, tenaga pendidik juga perlu membuat perencanaan ulang terhadap aktivitas pembelajaran dan strategi pendidikan (Bordoloi, Das, & Das, 2021). Berdasarkan wawancara dengan tiga tenaga pendidik di tingkat PAUD dan SD sederajat yang telah melaksanakan PTM terbatas, tenaga pendidik dituntut untuk berpikir kreatif dalam membuat desain dan aktivitas yang menarik untuk mempertahankan atensi muridnya. Hal ini disebabkan instansi pendidikan mulai menghilangkan kewajiban untuk memiliki buku paket dan digantikan dengan aktivitas online dalam mencapai proses pembelajaran. Selain itu, tenaga pendidik juga dituntut mampu mengoptimalkan teknologi dan alat digital lainnya. 

Adanya kendala dalam menilai hasil kerja murid akibat campur tangan pihak rumah, keterbatasan waktu untuk berinteraksi dan mengeksplorasi pemahaman murid, sulit melakukan manajemen kelas akibat dua metode di waktu bersamaan, jam kerja berlebih untuk merancang ulang modul, mengikuti training tambahan, serta untuk merespon orang tua murid hingga malam hari menghasilkan rasa stres, burnout, kekhawatiran berlebih, dan ketidakpuasan terhadap performa diri (Batac, Baquiran, & Agaton, 2021; Ozamiz-Etxebarria dkk., 2021).

 

Dunia kembali memasuki perubahan, apakah para tenaga pendidik siap?

Berpacu dengan waktu, situasi yang mendadak terjadi tidak memberi kesempatan tenaga pendidik mempersiapkan diri. Setelah dua tahun berjalan, tenaga pendidik mulai beradaptasi dengan rancangan pembelajaran yang dibuat serta tanggung jawab yang diemban dalam mengelola murid pada kedua metode. Walau begitu, kondisi pandemi Covid-19 yang mereda pada Desember 2021 membuat pemerintah kembali mendorong sistem pembelajaran menjadi PTM konvensional yang pelaksanaannya akan dilakukan paling lambat Januari 2022 ini (Kemdikbud, 2021). Tenaga pendidik bersiap, namun adanya peningkatan varian virus Covid-19 membuat dunia pendidikan kembali was-was terhadap perubahan metode ajar mendadak kembali menjadi online, apakah tenaga pendidik siap?

Perlunya adaptasi terhadap metode baru, kekhawatiran terhadap risiko penularan virus Covid-19, alokasi waktu yang berlebih untuk persiapan, pelaksanaan, dan merespon murid atau orang tua murid di luar jam kerja, diikuti tanggung jawab kehidupan di luar pekerjaan menghasilkan tenaga pendidik memiliki tingkat kelelahan mental, burnout, stres, cemas, dan depresi dibandingkan dengan kelompok pekerjaan lainnya (Batac dkk., 2021; Ozamiz-Etxebarria dkk., 2021; Pepe dkk., 2021). 

 

Apa yang perlu dilakukan tenaga pendidik?

Kondisi mental yang kurang baik pada tenaga pendidik ditemukan berhubungan dengan menurunnya kepuasan hidup, antusiasme dan komitmen pekerjaan, kualitasnya sebagai pengajar, motivasi dan pencapaian murid, serta meningkatnya perilaku murid yang tidak patuh (Herman, Hickmon-Rosa, & Reinke, 2018; Rafsanjani & Rahmawati, 2019; Herman, Reinke & Eddy, 2020). Maka dari itu, harapannya pendidik dapat mulai menerapkan beberapa hal berikut:

1.    Menyadari pentingnya kesehatan mental diri

Mengalami kesulitan dalam menghadapi perubahan merupakan suatu hal yang wajar. Namun, hal ini perlu diikuti dengan perilaku menjaga kesehatan mental diri. Refleksikan kondisi kesehatan mental saat ini dan identifikasilah hal-hal yang memicu stres, rasa lelah, atau emosi negatif lainnya. Beri waktu istirahat dan cari hal-hal yang dapat membantu menghadapi emosi negatif, baik berupa dukungan sosial dari rekan kerja, teman, dan keluarga, atau dengan cara memberi batasan waktu dalam bekerja dan kehidupan personal.

2.    Tanamkan mindset bahwa kesehatan mental pendidik yang baik akan menghasilkan pembelajar yang baik

Berdasarkan ulasan di atas, kita dapat mengetahui bagaimana peran pendidik erat hubungannya dengan performa, motivasi, dan sikap murid. Mengelola kesehatan mental diri akan meningkatkan performa dan kualitas hidup diri. Selain itu, toleransi terhadap perilaku murid dalam proses pembelajaran juga akan meningkat sehingga kita dapat menjalankan peran secara lebih optimal.

3. Ambil langkah dalam mencari bantuan terhadap layanan kesehatan mental, baik dalam bentuk informasi maupun intervensi (konseling)

Mengelola kesehatan mental memerlukan bantuan orang sekitar, baik dari teman, keluarga, rekan kerja, atau bahkan tenaga profesional seperti konselor terlatih dan psikolog agar proses dapat berjalan lebih optimal. Mencari bantuan merupakan hal yang wajar untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi. Bantuan dapat berupa informasi terpercaya maupun dengan cara mengakses layanan kesehatan mental yang kini telah tersedia dan dapat diakses secara online maupun offline. Selain itu, layanan konseling khusus profesi guru atau tenaga pendidik juga telah tersedia sehingga harapannya kita dapat merasa lebih dipahami terkait beban kerja yang dihadapi.

 

Yuk, Bangun Bangsa yang Baik dengan Menjadi Teladan Kesehatan Mental!

Demikian hal-hal yang dapat dilakukan tenaga pendidik dalam menjaga kesehatan mentalnya di tengah perubahan yang secara konstan terjadi ini. Semoga artikel ini dapat membantu kita menyadari dan memberi perhatian lebih terkait kondisi kesehatan mental tenaga pendidik di tengah kondisi pandemi Covid-19. Harapannya, tenaga pendidik juga dapat menjadi teladan kesehatan mental dan turut membangun bangsa yang peduli terhadap kesehatan mental.

 

 

Referensi:

Batac, K. I. T., Baquiran, J. A., & Agaton, C. B. (2021). Qualitative Content Analysis of Teachers’ Perceptions and Experiences in Using Blended Learning during the COVID-19 Pandemic. International Journal of Learning, Teaching and Educational Research, 20(6), 225-243. https://doi.org/10.26803/ijlter.20.6.12

Bordoloi, R., Das, P., & Das, K. (2021). Perception towards online/blended learning at the time of Covid-19 pandemic: An academic analytics in the Indian context. Asian Association of Open Universities Journal, 16(1), 41-60. https://doi.org/10.1108/AAOUJ-09-2020-0079

D’ettorre, G., Ceccarelli, G., Santinelli, L., Vassalini, P., Innocenti, G. Pietro, Alessandri, F., Koukopoulos, A. E., Russo, A., D’ettorre, G., & Tarsitani, L. (2021). Post-traumatic stress symptoms in healthcare workers dealing with the covid-19 pandemic: A systematic review. International Journal of Environmental Research and Public Health18(2), 1–16. https://doi.org/10.3390/ijerph18020601

Gitiyarko, V. (2021, Agustus 1). PSBB Hingga PPKM, Kebijakan Pemerintah Menekan Laju Penularan COVID-19. https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/psbb-hingga-ppkm-kebijakan-pemerintah-menekan-laju-penularan-covid-19

Herman, K. C., Hickmon-Rosa, J. E., Reinke, W. M. (2018). Empirically derived profiles of teacher stress, burnout, self-efficacy, and coping and associated student outcomes. Journal of Positive Behavior Interventions, 20(2), 90–100. https://doi.org/10.1177%2F1098300717732066

Herman, K. C., Reinke, W. M., Eddy, C. L. (2020). Advances in understanding and intervening in teacher stress and coping: The Coping-Competence-Context Theory. Journal of School Psychology. 78, 69–74. https://doi.org/10.1016/j.jsp.2020.01.001)

McCown, L. J. (2010). Blended courses: the best of online and traditional formats. Clinical Laboratory Science : Journal of the American Society for Medical Technology23(4), 205–211. https://doi.org/10.29074/ascls.23.4.205

Ozamiz-Etxebarria, N., Berasategi Santxo, N., Idoiaga Mondragon, N., & Dosil Santamaría, M. (2021). The Psychological State of Teachers During the COVID-19 Crisis: The Challenge of Returning to Face-to-Face Teaching. Frontiers in Psychology11, 3861. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.620718

Pepe, A., Addimando, L., Dagdukee, J., & Veronese, G. (2021). Psychological distress, job satisfaction and work engagement: a cross-sectional mediation study with a sample of Palestinian teachers. Educational Studies, 47(3), 275–291. https://doi.org/10.1080/03055698.2019.1701990

Rafsanjani, M. A., & Rahmawati, E. D. (2019). Stress Exposure and Psychological Well-being: Study on Beginning Teacher. Jabe (Journal of Accounting and Business Education)3(2), 162. https://doi.org/10.26675/jabe.v3i2.5757