ISSN 2477-1686
Vol. 8 No. 5 Mar 2022
Memahami Untuk Mengatasi: Bagaimana Pemahaman Terhadap COVID-19 Dapat Memutus Rantai Penularannya
Oleh:
Farrah Akmaliah
Fakultas Psikologi, Universitas YARSI
Pandemi COVID-19 pertama kali muncul di Indonesia pada 2 Maret 2020 yang menimpa dua warga Depok, Jawa Barat (Ihsanuddin, 2020a). Berdasarkan data terbaru pada tanggal 1 Juni 2021 yang tercantum di situs Worldometer (2021), kasus kematian di Indonesia yang disebabkan oleh COVID-19 mencapai angka lebih dari 50 ribu jiwa. Pemerintah Indonesia mengupayakan program PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sebagai pencegahan penularan virus COVID-19. Pada masa new normal, pemerintah menghimbau masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak atau yang biasa disebut sebagai 3M (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Baik dari pemerintah maupun situs-situs berita memaparkan banyak informasi tentang COVID-19. Informasi valid yang masyarakat miliki, dapat mengoptimalkan perilaku positif dalam rangka melakukan upaya-upaya memutus rantai penularan COVID-19.
Virus COVID-19 merupakan salah satu penyakit pernapasan yang memiliki gejala paling umum hingga serius. Gejala yang paling umum, seperti batuk, pilek, demam, dan kehilangan rasa atau bau. Virus COVID-19 ini tidak menular melalui udara melainkan melalui tetesan air (droplet) yang dikeluarkan dari mulut ketika batuk, bersin, ataupun berbicara. Virus COVID-19 diketahui menyebar dengan mudah dan dalam kurun waktu yang cukup singkat dan WHO telah menetapkan sebagai pandemi global pada 11 Maret 2020 lalu (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Dalam kondisi darurat seperti ini, pemerintah serta masyarakat perlu melakukan strategi pencegahan agar penyakit ini tidak menyebar lebih luas lagi. Penyebaran COVID-19 dapat diperlambat dengan memberlakukan program social distancing secara tepat.
Meskipun masyarakat telah memiliki pengetahuan tentang physical distancing, tetapi kesadaran untuk melakukannya dan menjauhi kerumunan masih tergolong rendah (Pertiwi & Budiono, 2021). Kurangnya sumber informasi ataupun melihat masih ada sebagian masyarakat yang berkerumun dapat mempengaruhi perilaku physical distancing menjadi negatif, begitu pula sebaliknya apabila masyarakat memperoleh informasi yang baik maka akan memiliki pengetahuan yang baik dan dapat berpengaruh terhadap perilaku physical distancing yang positif. Perilaku juga tidak hanya dipengaruhi pengetahuan saja namun juga dapat dipengaruhi oleh sikap seseorang. Misalnya saja, sikap apatis dan keras kepala.
Pengetahuan tentang penyakit COVID-19 merupakan salah satu hal yang sangat penting agar tidak menimbulkan peningkatan jumlah kasus penyakit COVID-19. Pengetahuan masyarakat tentang pencegahan COVID-19 dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pendidikan, umur, pekerjaan, dan faktor eksternal lainnya (Mujiburrahman et al., 2020). Menurut pendapat penulis, status pendidikan yang tinggi serta lingkungan sosial sangat mempengaruhi perilaku individu dalam melakukan pencegahan COVID-19. Pengetahuan tentang COVID-19 dapat diperoleh dari orang-orang sekitar, internet, koran, dan masih banyak lainnya.
Masyarakat harus kritis dalam memilih informasi karena terdapat berita palsu atau hoaks yang begitu banyak tersebar. Menurut catatan Kementrian Komunikasi dan Informasi per tanggal 12 Februari 2020, terdapat sekitar 86 berita hoaks terakit virus Corona yang tersebar di masyarakat Indonesia (Kundari et al., 2020). Berita palsu atau hoaks tersebut dapat membuat masyarakat terkecoh sehingga memiliki argumentasi yang saling bersebrangan. Tidak jarang terdapat argumentasi yang menjurumuskan kepada pemahaman yang salah tentang COVID-19. Pemahaman yang salah dapat membuat individu berperilaku negatif dan apatis terhadap protokol kesehatan. Ketidakpatuhan individu terhadap protokol kesehatan juga mungkin disebabkan oleh faktor lain, misalnya, karena banyak berita palsu atau hoaks yang tersebar membuat individu ragu untuk menerapkan perilaku pencegahan, terbatasnya fasilitas untuk menerapkan perilaku pencegahan, atau kurangnya dorongan atau motivasi secara langsung dari lingkungan sosial (Kundari et al., 2020).
Respon individu dalam menghadapi situasi pandemi COVID-19 sangat beragam, tergantung bagaimana individu mempersepsi dan memahami informasi yang didapatnya. Dalam bahasa psikologis, terdapat sikap yang terlalu percaya diri (overconfidence) dan bias optimistic. Bias optimistic terjadi jika harapan lebih besar dari realitas (Sharot, 2011). Bias-bias tersebut berpengaruh terhadap pikiran dan tingkah laku individu. Skema kognitif yang terbentuk diawal, bahwa orang Indonesia kebal terhadap virus Corona, virus tersebut tidak dapat hidup di iklim panas, atau tidak membahayakan, menjadikan kita terjebak pada skema awal yang kita bentuk, sehingga berpotensi membentuk pemahaman yang salah dan terlalu percaya diri. Skema kognitif tersebut membuat masyarakat sulit patuh terhadap protokol kesehatan dan memperlambat upaya-upaya penanggulangan pandemi COVID-19 (Agung, 2020).
Diperlukan adanya sosialisasi dan upaya-upaya promosi kesehatan yang gencar sehingga terdapat perubahan pada kognitif, afektif dan psikomotor masyarakat dalam pencegahan COVID-19 (Saqlain et al., 2020 dalam Utami et al., 2020). Selain itu, pemerintah harus memaparkan data secara terbuka, jujur, dan akurat tentang pandemi ini. Menyembunyikan atau memalsukan data justru akan membuat masyarakat tidak percaya untuk mematuhi himbauan yang telah ditetapkan pemerintah (Utami et al., 2020).
Namun, masih banyak individu yang melanggar protokol kesehatan walaupun pengetahuan tersebut sudah dikampanyekan pemerintah melalui berbagai media. Sikap egois, serta kurang empati dan simpati tergambar dari para pelanggar protokol kesehatan. Media online Kompas mencatat bahwa pemerintah membuat sanksi yang berupa teguran lisan atau teguran tulisan, kerja sosial, denda administratif, atau penutupan sementara penyelenggara usaha (Ihsanuddin, 2020b). Sanksi tersebut mulai berlaku pada tanggal 5 Agustus 2020.
Memiliki pemahaman yang baik tentang COVID-19 akan memunculkan sikap patuh terhadap protokol kesehatan yang secara suka rela melakukan langkah-langkah pencegahan penyebaran virus COVID-19. Sebagai upaya mendukung program pemerintah dalam menekan angka kenaikan COVID-19, sudah seharusnya masyarakat menggali pengetahuan tentang pandemi ini melalui sumber-sumber yang valid dan terpercaya, telitilah dalam memilih berita, dan jangan mudah terprovokasi oleh oknum-oknum yang tidak percaya akan adanya virus COVID-19. Saling mengingatkan satu sama lain tentang manfaat mematuhi protokol kesehatan juga merupakan hal yang tidak kalah penting. Mematuhi protokol kesehatan dapat dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Dengan begitu, sikap ini bisa menjadi contoh dan menyadarkan orang lain untuk melakukan upaya-upaya pencegahan COVID-19 seperti yang diimbau oleh pemerintah.
Referensi:
Agung, I. M. (2020). Memahami Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Psikologi Sosial. Psikobuletin:Buletin Ilmiah Psikologi, 1(2), 68–84. http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Psikobuletin/article/view/9616/5058
Ihsanuddin. (2020a). Fakta Lengkap Kasus Pertama Virus Corona di Indonesia Halaman all - Kompas.com. Kompas.Com. Diakses Mei 31, 2021, dari: https://nasional.kompas.com/read/2020/03/03/06314981/fakta-lengkap-kasus-pertama-virus-corona-di-indonesia?page=all
Ihsanuddin. (2020b). Jokowi Terbitkan Inpres, Atur Sanksi Pelanggar Protokol Kesehatan. Kompas.Com. Diakses Mei 31, 2021, dari: https://nasional.kompas.com/read/2020/08/05/18174851/jokowi-terbitkan-inpres-atur-sanksi-pelanggar-protokol-kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri (APD) Dalam Menghadapi Wabah Covid-19. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, April, Hal: 5-6, 9.
Kundari, N. F., Hanifah, W., Azzahra, G. A., Islam, N. R. Q., & Nisa, H. (2020). Hubungan Dukungan Sosial dan Keterpaparan Media Sosial terhadap Perilaku Pencegahan COVID-19 pada Komunitas Wilayah Jabodetabek Tahun 2020. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 30(4), 281–294. https://doi.org/10.22435/mpk.v30i4.3463
Mujiburrahman, Riyadi, & Ningsih. (2020). Pengetahuan Berhubungan dengan Peningkatan Perilaku Pencegahan COVID-19 di Masyarakat. Jurnal Keperawatan Terpadu, 2(2), 130–140. http://www.elsevier.com/locate/scp
Pertiwi, G. S., & Budiono, I. (2021). Indonesian Journal of Public Health and Nutrition Perilaku Physical Distancing Masyarakat Pada Masa Pandemi Covid-19 Gunungpati adalah Kelurahan Sumurrejo Berdasarkan data Puskesmas Gunungpati Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Physical Distancing Ma. 1(1), 90–100.
Sharot, T. (2011). The optimism bias. Current Biology, 21(23), R941-R945. doi: 10.1016/j.cub.2011.10.030
Utami, R. A., Mose, R. E., & Martini, M. (2020). Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Masyarakat dalam Pencegahan COVID-19 di DKI Jakarta. Jurnal Kesehatan Holistic, 4(2), 68–77. https://doi.org/10.33377/jkh.v4i2.85
Worldometer (2021). Coronavirus Cases in Indonesia. Diakeses Juni 1, 2021, dari: Indonesia COVID: 1,826,527 Cases and 50,723 Deaths - Worldometer (worldometers.info)