ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 3 Feb 2022

Pribadi Callous Unemotional menurut pandangan Psikologi Forensik dalam Kasus Pembunuhan

 

Oleh

Diah Suci Rahmawati dan Putri Pusvitasari

Program Studi Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani

 

Pada pertengahan tahun 2020 dunia maya di Indonesia digemparkan oleh berita tetang anak berusia 15 tahun  yang  membunuh  seorang  balita  di kawasan  Jakarta.  Menurut  Tirto.id  anak  tersebut melakukan tindakan pembunuhan pada balita dengan cara menenggelamkan di dalam bak mandi kemudian jasadnya disumpal dengan tisu dan disimpan di dalam lemari, namun setelah melakukan pembunuhan tersebut anak tersebut tidak menyesal namun merasa puas atas perbuatannya tersebut. Dalam Tirto.id juga mengungkapkan bahwa anak tersebut membunuh karena terinspirasi dari beberapa film horor seperti Chucky dan Slender Man.

 

Kasus pembunuhan yang dilakukan oleh anak dibawah umur memang sedang marak, sebagian melakukan tindakan pembunuhan lantaran ingin membela diri. Sama seperti yang dilakukan oleh remaja ini, ia membunuh lantaran ia juga korban dari kekerasan seksual yang dilakukan oleh paman dan pacarnya. Dalam penyidikan terungkap bahwa anak tersebut tengah mengandung dengan usia 14 minggu. Dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh psikolog forensik, anak tersebut memiliki kepribadian Callous Unemotional atau suatu sifat kurangnya empati terhadap sekitar dan saat melakukan suatu kesalahan mereka tidak merasa bersalah atau berskiap datar, hal ini terjadi karena individu kurang mampu untuk mengekspresikan emosinya. Dimana Callous dapat diartikan sebagai kurangnya rasa empati atau perhatian, perasaan bersalah atau penyesalan atas tindakan yang dilakukannya yang menimbulkan kerugian pada orang lain, dan Unemotional diartikan sebagai kecenderungan individu untuk tidak mengekspresikan perasaan atau emosi pada orang lain

 

Dalam kasus ini psikolog forensik mengatakan bahwa anak tersebut bukan memiliki kepribadian psikopat, melainkan pribadi Callous Unemotional. Mengapa demikian? Karena istilah psikopat lazimnya digunakan untuk orang dewasa, memang psikopat dan Callous Unemotional, namun ada persamaan indikator perilaku yang muncul dari keduanya, yaitu sama-sama kurang memiliki empati dengan lingkungan sekitar dan kesulitan untuk mengekspresikan emosi dengan benar. Menurut Seto Mulyadi dalam Suara.com mengungkapkan bahwa Callous Unemotional dapat terjadi karena bakat yang dimiiki dan lingkungan sekitar yang mendorong untuk melakukan tindakan sadis dan dapat mencelakai orang lain tanpa adanya empati.

 

Menurut beberapa penelitian pelaku bullying juga termasuk dalam salah satu tindakan yang dapat terjadi dari individu yang memiliki kepribadian Callous Unemotional. Essau, Sasagawa, & Frick, (2006) mengugkapkan bahwa ada 3 aspek yang dapat menunjukkan seseorang tersebt memiliki kepribadian Callous   Unemotional, yaitu callousness kurangnya perasaan   bersalah   setelah melakukan sesuatu yang merugikan orang lain, uncaring atau perasaan tidak peduli terhadap orang lain, dan unemotional kurang peka dan tidak memiliki rasa empati terhadap orang lain. Psikolog forensik menemukan beberapa fakta dalam kasus ini, setelah menganalisa gambar-gambar yang dibuat oleh pelaku, Psikolog forensik menduga bahwa anak tersebut memiliki kecerdasan yang tinggi, terlihat dari detail dan rincian gambar, dalam gambar tersebut juga mengungkapkan kepribadian dari anak tersebut. Dengan gambar tersebut psikolog forensik dapat memberikan kesaksian mengenai keadaan psikologis pelaku, diamna pelaku juga menjadi korban kekerasan seksual dari paman dan juga pacarnya, selain itu dari gambar tersebut juga terlihat bagaimana kondisi emosi pelaku dimana ia merasa terkekang dan tidak bebas.

 

Dalam kasus ini psikolog forensik berperan dalam mencari dan menggali informasi psikologis korban, serta menjadi saksi ahli  dalam  persidangan. Dalam  memberikan kesaksian psikolog forensik harus memberikan pernyataan berdasarkan hasil dari pemeriksaan psikologis yang ada. Maka dalam persidangan psikolog forensik juga membutuhkan laporan hasil dari asesmen yang dilakukan guna menjadi pernyataannya dalam persidangan.

 

Salah satu yang harus diperhatikan dan diteliti lebih detail adalah dalam proses menggali informasi. Dalam kasus ini seperti yang dijelaskan oleh Reza dimana terdapat empat dimensi yang dimiliki individu dengan pribadi Callous Unemotional yaitu impulsivitas, agresi, manipulatif, dan defiant. Dimana sikap manipulativ inilah yang perlu diperhatikan bagi para penyidik terutama psikolog forensik. Ketika N berinisiatif untuk menyerahkan diri kepada polisi dan mengakui bahwa dirinya telah membunuh seseorang, hal ini perlu ditelisik lebih lanjut, apakan pengakuan tersebut dilandasi dari rasa penyesalan atau dirinya sedang mengikuti sebuah aturan. 

 

Referensi:

Briantika, A. (2020, Mei 16). Fakta baru NF si pembunuh anak: korban kekerasan & hamil 3,5 Bulan. Tirto.id. Diakses Juni 20, 2021, dari https://tirto.id/fakta-baru-nf-si-pembunuh-anak-korban-kekerasan-hamil-35-bulan-fumm

Rahmawati, Y., & Chozanah, R. (2020, Mei 20). Kak Seto sebut NF bersifat callous unemotional, apa itu? Suara.com. Diakses Juni 20, 2021, dari  https://www.suara.com/health/2020/05/20/200000/kak-seto-sebut-nf-bersifat-callous-unemotional-apa-itu

Sarifa, A. W., & Mahanani, F. K. (2020). Callous unemotional traits dan perundungan maya pada remaja (Callous unemotional traits and cyberbullying in adolescents). Jurnal Psikologi, 1(9).