ISSN 2477-1686
Vol. 7 No. 19 Okt 2021
Fenomena Demam Tiktok Pada Anak: Mengapa Tiktok Kian Digemari?
Oleh
Niken R. Fauziah, Septiyani, Windy Alfionita, dan Laila Meiliyandrie Indah Wardani
Fakultas Psikologi, Universitas Mercubuana
Pada zaman serba digital seperti sekarang ini tentunya memberikan warna tersendiri bagi kita. Dengan adanya perkembangan teknologi tentu saja memudahkan kita untuk mengakses informasi dan juga berbagi informasi, dan seiring dengan perkembangan teknologi ini tentunya bermunculan aplikasi – aplikasi yang menarik bagi para penggiat media social, salah satu aplikasi itu adalah aplikasi TikTok. Aplikasi TikTok ini merupakan salah satu aplikasi yang memungkinkan para penggunanya memposting video – video pendek. Sebagai sebuah aplikasi media sosial yang beralas video pendek TikTok telah menyajikan fitur – fitur yang memungkinkan penggunanya untuk membuat video, mengedit video, dan berbagi video – video pendek yang sudah dilengkapi dengan filter – filter yang eye-cathcing dan juga musik – musik yang easy listening sebagai pendukung. Fitur – fitur pada aplikasi ini biasanya dimanfaatkan oleh penggunanya untuk menunjukkan kreatifitas mereka.
Hingga Juli 2020, Indonesia menduduki peringkat keempat sebagai pengguna TikTok terbanyak di dunia dengan total unduhan 8,5 persen (Rayana, 2020) yang didominasi oleh generasi Z dan Y yang memiliki rentang usia dibawah 14 – 24 tahun (Rakhmayanti, 2020). Meski TikTok telah menerapkan batasan umur dengan batas minimal usia 14 tahun sebagai penggunanya masih banyak anak yang berusia dibawah 14 tahun yang berhasil mengunduh aplikasi TikTok dengan memalsukan identitasnya.
Salah satu fenomena yang menarik dengan adanya aplikasi TikTok ini adalah trend “Joget TikTok” yang hingga saat ini masih sangat digandrungi oleh pengguna TikTok disemua kalangan mulai dari anak – anak, remaja, hingga orang dewasa dimana para pengunggah video – video ini berjoget dengan gerakan – gerakan yang energetik dan kreatif dengan diiringi musik yang menarik. Entah siapa yang memulai trend ini, tapi dengan banyaknya influencer / seleb TikTok atau sebutan untuk pengguna TikTok yang memiliki jumlah followers yang cukup banyak mengikuti trend joget TikTok ini, membuat trend joget TikTok ini semakin digemari dan diikuti oleh anak – anak. Bahkan bagi mereka yang tidak memiliki aplikasi TikTok pun tidak dapat terhindar dari trend ini karena sering kali muncul di feed media sosial lainnya seperti facebook, twitter, mapun instagram
Anak belajar dari meniru
“Anak si peniru ulung” kiasan ini adalah sesuatu yang sarat akan makna. Anak diartikan sebagai seorang individu laki-laki atau perempuan yang belum dewasa dan belum mengalami masa pubertas. Peniru ulung sendiri diterjemahkan sebagai suatu kegiatan mengikuti perilaku orang dewasa atau yang lain, biasanya perilaku ini didasari karena melihat sekaligus merasakan hal-hal yang menarik. Anak-anak yang mengikuti trend TikTok ini tentu sedikit banyak dipengaruhi dari contoh orang dewasa disekitarnya, apalagi banyak public figure yang juga menggunakan aplikasi ini.
Seperti apa yang dikatakan oleh Albert Bandura bahwa pembelajar yang paling cepat adalah anak, dimana proses belajar anak dilakukan melalui tingkah laku orang lain yang diamati (Praptomojati, 2018), anak akan mencontoh perilaku orang lain dengan mengamati dan mempelajari perilaku – perilaku orang lain yang dijadikan sebagai model sebagai salah satu cara untuk mengembangkan tingkah lakunya (Tentama, 2019). Melalui teori belajar sosial, Bandura menekankan bahwa pengamatan, modelling, dan juga peniruan tingkah laku, sikap, dan emosi orang lain sangatlah penting. Bandura juga mengatakan bahwa perilaku dipelajari dari proses pembelajaran observasional (McLeod, 2016).
Modeling learning adalah belajar dari contoh, dimana anak bukan hanya sekedar meniru tapi juga mengamati dengan penuh waktu. Ada 4 tahap yang mengatur pembelajaran sosial yang kemukakan oleh Albert Bandura, yaitu (Kurt, 2020):
1. Attention
Individu perlu memperhatikan perilaku dan konsekuensi serta membentuk representasi mental dari perilaku tersebut. Untuk meniru suatu tingkah laku tentunya perilaku tersebut harus dapat menarik perhatian (McLeod, 2016). Pada fenomena trend joget TikTok, video - video yang dilihat oleh anak tentunya menarik perhatian mereka yang akhirnya membuat anak berpersepsi bahwa trend tersebut adalah hal yang menyenangkan.
2. Retention
Agar suatu perilaku dapat ditiru tentunya perilaku tersebut harus diingat. Tingkah laku tersebut disimbolisasikan dalam bentuk verbal maupun imajinasi/ gambaran. Simbolisasi dalam bentuk verbal memungkinkan individu menilai tingkah laku yang diamati secara verbal, sedangkan simbolisasi dalam bentuk imajinasi / gambaran menguatkan latihan di dalam pikiran secara simbolik, tanpa harus melakukan tingkah laku tersebut secara fisik (Abdullah, 2019) . Pada tahap ini anak akan mensimbolisasi gerakan – gerakan yang mereka lihat ke dalam imajinasi pikiran mereka.
3. Reproduction
Pada tahap peniruan tingkah laku model ini sangat dipengaruhi oleh 2 tahap pertama yaitu, attention & retention (Kurt, 2020). Setelah melewati tahap – tahap tersebut individu akan mengarah untuk melakukan perilaku yang telah diamati. Ketika mengubah simbolisasi yang ada dipikiran ke dalam tingkah laku akan membutuhkan evaluasi tentang “bagaimana melakukannya?”, “apa saja yang harus dikerjakan?”, “apakah yang dilakukan sudah benar?”. Dan seiring dengan berjalannya waktu dan dengan latihan lebih lanjut tentu akan mengasah kemampuan individu tersebut (Yanuardianto, 2019). Setelah melewati tahap attention dan retention anak akan mulai melakukan peniruan, imajinasi tentang gerakan – gerakan yang awalnya hanya ada di dalam pikiran mulai diubah menjadi sebuah tingkah laku.
4. Motivation
Tahap yang terakhir adalah motivasi. Agar pembelajaran berhasil tentunya diperlukan motivasi untuk meniru perilaku yang dilakukan oleh model. Pada tahap ini penguatan dan hukuman akan sangat mempengaruhi motivasi (McLeod, 2016). Pada tahap yang terakhir ini ketika anak mengikuti trend joget TikTok dan menemukan kesenangan, maka anak akan melakukan hal itu secara terus menerus sehingga mengubah ketertarikan terhadap trend tersebut menjadi sebuah perilaku.
Berdasarkan teori belajar sosial yang dicetuskan oleh Albert Bandura, dapat disimpulkan bahwa dampak dari modelling dan proses tahap – tahap belajar sosial dapat membentuk perilaku anak melalui proses peniruan dari apa yang dilihat baik dalam lingkungan sosial berupa keluarga, teman, maupun dari media sosial. Hal ini mengingatkan para orang dewasa untuk selalu memberikan contoh yang positif bagi para anak – anak, karena pada usia ini anak masih cepat merespons apa yang dilihat, dengar atau rasakan sehingga pada saat bersamaan otaknya berkembang begitu cepat menanggkap segala informasi itu, tanpa disaring dahulu mana baik buruknya.
References:
Abdullah, S. M. (2019). Social Cognitive Theory : A Bandura Thought Review published in 1982-2012. Journal PSIKODIMENSIA, 18 (01), 85-100.
Kurt, D. S. (2020, January 6). Social Learning Theory: Albert Bandura. Retrieved from Educational Technology: https://educationaltechnology.net/social-learning-theory-albert-bandura/#:~:text=Bandura%20is%20known%20for%20his,observation%2C%20imitation%2C%20and%20modeling.
McLeod, S. (2016). Albert Bandura's Social Learning Theory. Retrieved from simplypsychology: https://www.simplypsychology.org/bandura.html
Praptomojati, A. (2018). Dinamika Psikologis Remaja Korban Perceraian: Sebuah Studi Kasus Kenakalan Remaja. JURNAL ILMU PERILAKU, 2 (1), 1-14.
Rakhmayanti, I. (2020, February 11). Pengguna TikTok di Indonesia Didominasi Generasi Z dan Y. Retrieved from SINDONEWS.com: https://tekno.sindonews.com/berita/1523692/207/pengguna-tiktok-di-indonesia-didominasi-generasi-z-dan-y
Rayana, U. (2020, September 2020). Meski Indonesia Salah Satu Pengguna TikTok Terbesar, ByteDance Pilih Singapura Sebagai Sasaran Investasi. Retrieved from selular.id: https://selular.id/2020/09/meski-indonesia-salah-satu-pengguna-tiktok-terbesar-bytedance-pilih-singapura-sebagai-sasaran-investasi/
Tentama, F. (2019). PERILAKU ANAK AGRESIF:ASESMEN DAN INTERVENSINYA. JURNAL KESMAS UAD.
Yanuardianto, E. (2019). TEORI KOGNITIF SOSIAL ALBERT BANDURA (Studi Kritis dalam Menjawab Problem Pembelajaran di MI). Jurnal Auladuna, 01 (02), 94-111.