ISSN 2477-1686
Vol. 7 No. 18 Sep 2021
Nak, yang Sekolah Kamu atau Mama?
Oleh:
Ayundya Putri Pujanti, Hima Watun Hafi’ah, Gabby Ruvie Stafiati
dan Laila Meiliyandrie Indah Wardani
Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana
“Banyak pendidikan saat ini yang berjalan sangat tidak efektif. Kita terlalu sering memberikan generasi muda rangkaian bunga dimana kita seharusnya mengajarkan mereka bagaimana menumbuhkan tanaman mereka sendiri.”
-John W. Gardener-
Apa Itu Pendidikan?
Sebagaimana kita ketahui, pendidikan sangatlah penting, manusia tidak bisa terlepas dari pendidikan baik itu formal maupun informal karena pendidikan memungkinkan seseorang untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dan membentuk dirinya menjadi manusia yang berbudi. Sesuai UU No. 20 Tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional yang berisi “Pendidikan merupakan usaha secara terencana dan sadar guna menciptakan suasana dan proses belajar agar para peserta didik dapat mengembangkan potensi diri yang mereka miliki secara aktif guna memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepriadian, pengendalian diri, akhlak mulia, kecerdasan, juga keterampilan yang dibutuhkan oleh dirinya, bangsa dan negara.” Ki Hajar Dewantara sebagai seorang tokoh pendidikan menjelaskan bahwa Pendidikan adalah penuntun bagi peserta didik. Peserta didik dapat hidup selamat dan bahagia jika mengikuti tuntunan sebagaimana diajarkan dalam Pendidikan (Wedan, 2016).
Adapun beberapa manfaat pendidikan diantaranya adalah:
1. Sebagai sarana dalam menambah informasi, pemahaman, dan pengetahuan atas bidang-bidang tertentu;
2. Sebagai sarana dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang cerdas dan berkualitas;
3. Sebagai sarana / jalan untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan; dan
4. Sebagai sarana pembentukan kepribadian individu dan menjadikannya manusia yang berbudi dan berkarakter.
Dengan demikian, kita tahu bahwa pendidikan adalah proses pembelajaran yang tidak hanya tentang mempelajari ilmu pengetahuan dan memperoleh nilai saja, namun juga meliputi pembentukan kepribadian dan karakter individu (Karinov, 2018).
Pendidikan di Tengah Pandemi
Tahun 2020 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi seluruh manusia. Dunia dihadapkan dengan kondisi yang sangat jarang kita alami, pandemi. Tepat pada tanggal 9 Maret 2020 virus corona (Covid-19) dinyatakan sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO). Hal ini berarti penyebaran virus corona telah meluas di semua penjuru dunia (Covid19, 2021).
Mewabahnya virus ini berdampak pada segala sektor kehidupan termasuk sektor Pendidikan. Pemerintah mengeluarkan Surat Edaran No 4 Tahun 2020 perihal pelaksanaan kebijakan pendidikan pada masa darurat penyebaran virus corona pada tanggal 24 Maret 2020. Semua tingkatan sekolah mulai dari jenjang PAUD hingga Perguruan Tinggi ditutup dan digantikan dengan proses belajar di rumah (School from Home / SFH). Kebijakan ini dimaksudkan agar kegiatan belajar bisa tetap berlangsung tanpa harus memperluas penyebaran virus corona (Raihana, 2020). Proses pembelajaran bagi peserta didik dilaksanakan secara online selama pandemi. Hal ini dilakukan dengan menggunakam berbagai saluran komunikasi dan media yang tersedia. Sistem pembelajaran daring dilaksanakan secara langsung antara guru dan siswa secara online. Namun, fakta yang terjadi di lapangan, sitem pembelajaran melalui daring dapat menyebabkan stress akademik pada anak. Anak selaku peserta didik merasakan tekanan dari sekolah. Mereka juga dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Stres akademik ini rentan dialami oleh anak dan remaja karena mereka sedang dalam masa tumbuh kembang fisik, mental dan psikologis yang umumnya masih labil (Riyadi, 2018 dalam Palupi, 2020).
Maka dari itu, dalam sistem ini, sukses atau tidaknya pembelajaran daring tergantung pada kerjasama antara guru dan orang tua. Hal ini dikarenakan dua sosok inilah yang mempunyai peran paling penting dalam kegiatan pembelajaran daring terutama untuk tingkat Sekolah Dasar. Namun dalam proses pendampingan anak, peran guru tentunya lebih banyak dipegang olah orang tua (Wardati et al., 2020 dalam Listiyanti, Wahyuningsih, 2020).
Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak
Perubahan yang terjadi di masa pandemi ini menimbulkan tanda tanya besar di kalangan anak-anak, dimana mereka seharusnya dapat bersekolah, bersosialisasi di lingkungan sekolah dan hal-hal lumrah yang seharusnya dilakukan anak-anak itu “hilang” setelah pandemi ini terjadi. Dalam situasi pandemi ini, orang tua utamanya ibu memiliki peran penting sebagai pendamping anak dalam belajar, namun di sisi lain ibu juga harus mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Hal ini tak jarang menimbulkan emosi negatif karena tekanan yang besar yang dihadapi ibu (Raihana, 2020). Inilah yang menyebabkan para ibu mengeluh tentang betapa sulitnya mereka dalam meminta anak-anaknya untuk belajar. Kurangnya kemampuan orang tua dalam mengelola emosi dan kondisi psikologis anak yang cenderung lebih senang bermain daripada belajar akhirnya sering menimbulkan konflik dalam hubungan antara orang tua dan anak. Tak hanya kesulitan dalam meminta dan mengawasi anak belajar, orang tua saat ini pun juga menjadi “repot” dalam mengerjakan tugas-tugas anaknya, terlebih dengan penggunaan teknologi yang tidak sepenuhnya dimengerti oleh para orang tua. Sebagian orang tua bahkan belum melek teknologi. Inilah sebabnya, tidak semua orang tua mengerti cara mengoperasionalkan gadget (Lestari & Gunawan, 2020 dalam Raihana, 2020).
Pembelajaran sistem daring ini banyak dikeluhkan oleh orang tua kepada guru yang memberikan tugas-tugas kepada peserta didik namun terkadang tidak disertai dengan penjelasan materi yang jelas terlebih dahulu. Hal ini membuat orang tua berpikir lebih keras lagi bagaimana cara mengarahkan anak-anak nya dalam menyelesaikan tugas secara online dirumah (Ihsan, 2020).
Sikap orang tua yang memilih untuk menyelesaikan tugas sekolah anaknya dengan dalih kesulitan dalam menasihati dan meminta anak untuk belajar bukan merupakan solusi yang paling baik. Dalam jangka pendek, memang tugas anak dapat terselesaikan dengan cepat. Namun, dalam jangka panjang, hal semacam ini dapat menjadikan anak semakin malas, tidak mandiri, cenderung bergantung pada orang lain, merasa selalu ada yang bisa diandalkan (misalnya orang tua), dan yang paling jelas, pengetahuan dan ilmu tidak mampu diserap oleh anak-anak (Abdi, 2020).
Anak-anak dalam kasus ini menjadi mengandalkan dan bergantung pada orang tua karena perlakuan dari orang tua yang tidak mau repot dalam mengarahkan anak dalam penyelesaian tugas pembelajaran daring, hal ini sejalan dengan teori Behaviourisme yaitu adanya rangsangan atau stimulan yang menghasilkan tindakan. Perlakuan orang tua sebagai rangsangan atau stimulan bagi anak, dan hasil berupa tindakan dari rangsangan tersebut adalah anak yang menjadi malas dan bergantung pada orang tua. Sejalan dengan teori Behaviourisme yang dikemukakan oleh B. F. Skinner, rangsangan dan lingkungan adalah factor yang menyebabkan manusia bergerak. Inilah yang dikenal dengan Operant Conditioning. Di dalam prosesnya makhluk hidup menerima rangsangan atau stimulan yang kemudian menimbulkan hasil berupa tindakan (Wikipedia, 2021).
Sementara itu, dari sisi orang tua, ketidaksanggupan atau kewalahan dalam pendampingan belajar anak dapat meningkatkan stress yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan, kecemasan, kesulitan tidur, gangguan konsentrasi, bahkan sampai depresi (Listiyanti, Wahyuningsih, 2020). Melaksanakan tanggungjawab pekerjaan sekaligus mendampingi proses belajar anak selama masa pandemi tentu bukan hal mudah. Beberapa orang tua bahkan tidak siap menghadapi situasi ini (Yulianingsih, Suhanadji, Nugroho, & Mustakim, 2020 dalam Raihana, 2020).
Dalam kondisi seperti ini, apabila orang tua mengalami kesulitan dalam mendampingi proses belajar anak di masa pembelajaran daring, orang tua dapat meminta bantuan kepada guru pembimbing atau menyewa tutor yang bisa membantu mendampingi dan mengajari anak tentang materi yang ia atau orang tua belum pahami. Selain itu tidur yang cukup dan berolahraga dapat membantu para orang tua dalam mengeola emosi dengan baik (Tirto, 2020).
Referensi:
Abdi, N. (2020, November 25). Belajar Daring, ada Orang tua Kerjakan Tugas Sekolah Anaknya. Antara News.Retrieved from https://www.google.co.id/amp/s/m.antaranews.com/amp/berita/1857884/belajar-daring-ada-orang-tua-kerjakan-tugas-sekolah-anaknya
Covid19. (2021). Apa yang dimaksud dengan Pandemi?. Retrieved from https://covid19.go.id/tanya-jawab?search=Apa%20yang%20dimaksud%20dengan%20pandemi
Hakim, C. (2020, Juli 28). Dampak Psikologis pada Anak yang Sekolah dari Rumah. Kompas. Retrieved from https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/28/065652165/dampak-psikologis-pada-anak-yang-sekolah-dari-rumah?page=1
Ihsan, D. (2020, September 15). Ini “Curhat” Guru, Siswa, Mahasiswa, dan Orang tua Soal Pembelajaran Daring. Kompas. Retrieved from https://www.kompas.com/edu/read/2020/09/15/095539371/ini-curhat-guru-siswa-mahasiswa-dan-orangtua-soal-pembelajaran-daring?amp=1&page=2
Karinov. (2018, November 3). Manfaat dan Pentingnya Pendidikan bagi Generasi Muda, Karinov. Retrieved from https://wiki.karinov.co.id/manfaat-pendidikan-generasi-muda/
Listiyanti, H., Wahyuningsih, R. (2020). Manajemen Stres Orangtua Dalam Pendampingan Pembelajaran Daring. Literasi Jurnal Kajian Keislaman Multi-Perspektif, 1(1).
Palupi, N. T. (2020). Tingkat Stres Pada Siswa-Siswi Sekolah Dasar Dalam Menjalankan Proses Belajar Di Rumah Selama Pandemi Covid-19. JP3SDM, 9(2), 20.
Raihana. (2020). Pengelolaan Emosi Ibu pada Anak Selama Pembelajaran dari Rumah (Dampak Pandemi Covid 19). Generasi Emas Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 3(2), 132-134.
Tirto. (2020, September 29). [7 Langkah] Manajemen Stres Mendampingi Anak Sekolah Online. Ibu & Balita. Retrieved from https://www.ibudanbalita.com/artikel/7-langkah-manajemen-stres-mendampingi-anak-sekolah-online
Wedan, M. (2016). Pengertian Pendidikan dan Tujuan Pendidikan Secara Umum. Silabus. Retrieved from https://silabus.org/pengertian-pendidikan/
Wikipedia. (2021). Behaviorisme. Retrieved from https://id.m.wikipedia.org/wiki/Behaviorisme