ISSN 2477-1686
Vol. 7 No. 15 Ags 2021
Listen, Not Just Hear
Oleh:
Blessy Amiman & Sandra Handayani Sutanto
Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan
“Why is it that when I speak nobody listens to me?”
Pertanyaan yang banyak bermunculan hingga menjadi bahan pembahasan dalam situs TheConversation.com dan bahkan secara global dalam TheNewYorkTimes.com. Jawabannya sederhana, lebih banyak yang ingin didengarkan daripada mendengarkan. Siklus itulah yang terus berputar sehingga lebih banyak pembicara daripada pendengar. Dengan semakin berkembangnya dunia media sosial dan semakin besar eksposur terhadap informasi, mayoritas orang merasa bahwa mereka perlu mengungkapkan pendapat terhadap berbagai topik (Print, 2016). Lebih lanjut dijelaskan bahwa komunikasi yang terjalin hanya sebatas percakapan monolog di mana orang-orang saling mengungkapkan opini tanpa aktivitas mendengarkan. Padahal mendengarkan merupakan kemampuan yang krusial untuk dimiliki karena menjadi dasar dari terbentuknya komunikasi yang efektif (Sari, 2016). Bertepatan dengan Bulan Kesadaran Kesehatan Mental, artikel ini akan membahas pentingnya memahami dan menerapkan komunikasi yang baik, dimulai dengan bersedia untuk mendengarkan, karena akan menjadi fondasi hubungan yang efektif dan berkualitas.
Sebelum kita fokus pada solusinya, pertama-tama kita perlu mengetahui mengapa permasalahan ini dapat muncul. Apa yang menghambat seseorang untuk mendengarkan? Menurut Crespo (2010), berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Adanya prasangka: adanya interpretasi atau keyakinan personal yang telah dimiliki yang dapat memengaruhi dan menghalangi pendengar dalam memahami informasi yang diberikan berdasarkan pandangan lawan bicara. Contoh sederhananya, Anda diberikan proyek kerja dan diminta untuk bekerja sama dengan individu yang dipuji oleh atasan. Namun, Anda pernah melihat rekan kerja ini melakukan tugasnya dengan kurang baik dan memandang individu tersebut sebagai orang yang kurang dapat mengerjakan tanggung jawab dengan baik. Persepsi tersebut dapat menjadi halangan dalam Anda berkomunikasi dan mendengarkan opini rekan kerja Anda karena adanya pandangan personal tersebut.
2. Kesehatan fisik: terkadang kondisi fisik kurang mendukung untuk kita dapat mendengarkan yang dapat disebabkan oleh kesibukan sebelumnya, sakit, ataupun energi yang menurun seiring kita mendengarkan.
3. Reaksi emosional: emosi yang muncul ketika mendengarkan informasi yang diberikan, seperti cemas, sedih, atau ketakutan dapat menghalangi pendengar untuk kembali berkonsentrasi terhadap lawan bicara.
4. Kondisi lingkungan: suara eksternal serta tempat mendengarkan yang kurang kondusif dapat menutupi informasi yang sedang didengarkan.
What can we do about this? Back to the basics, learn how to be an active listener. Menurut Crespo (2010), active listening adalah usaha baik secara fisik maupun mental dalam mendengarkan lawan bicara dan menunjukkan bahwa pendengar memahami apa pesan yang disampaikan. Karena mendengarkan merupakan suatu kemampuan yang dapat dipelajari, berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjadi seorang active listener:
1. Fokus
Sebagai pendengar, kita perlu untuk mengerahkan perhatian dan konsentrasi kepada apa yang sedang dibicarakan. Ketika berhasil untuk fokus, kita dapat masuk ke dalam cerita dan mengerti perspektif lawan bicara sehingga dapat memahami informasi dari sudut pandangnya. Pemikiran yang ada serta emosi yang dirasakan dapat kita pahami.
2. Meminimalisasikan distraksi
Dalam mendengarkan pesan yang disampaikan, distraksi dapat menghalangi kita dalam menginterpretasi informasi tersebut. Distraksi tidak hanya berasal dari eksternal, seperti kebisingan lingkungan, melainkan dapat berasal secara internal, seperti pikiran kita sendiri. Yang perlu dilakukan adalah mengesampingkan semua hal tersebut agar dapat secara total berkonsentrasi terhadap apa yang didengarkan.
Artikel ini ditulis dengan tujuan untuk menekankan mengenai betapa pentingnya untuk mendengarkan di dunia yang selalu berbicara. In a buzzing world full of speakers, be a listener.
“Speaking is a necessity, listening is an art.”
Goehte
Reference:
Crespo, R. O. (2010). The Active Listener. Lulu.com.
Murphy, K. (2020, February 11). You’re Not Listening. Here’s Why. The New York Times. https://www.nytimes.com/2020/02/11/well/family/listening-relationships-marriage-closeness-communication-bias.html
Print, K. (2016, December 7). Everyone’s talking but no-one’s listening. The University of Sydney. https://www.sydney.edu.au/news-opinion/news/2016/12/07/everyone_s-talking-but-no-ones-listening.html
Sari, A. W. (2016). Pentingnya Ketrampilan Mendengar dalam Menciptakan Komunikasi yang Efektif. EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan dan Ilmu Sosial, 2(1).
Werder, O. (2016, December 2). Everyone’s talking but no-one ’s listening: it’s time to reclaim the art of communication. The Conversation. https://theconversation.com/everyones-talking-but-no-ones-listening-its-time-to-reclaim-the-art-of-communication-67233