ISSN 2477-1686
Vol. 7 No. 14 Juli 2021
Affirmation Jar: Strategi Meningkatkan Self-efficacy Mahasiswa dalam Mencapai Prestasi di Tengah Pandemi COVID-19
Oleh:
Nidya Almira Xavier Herda Putri
Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga
Pada Maret 2020, pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai pembelajaran secara daring bagi seluruh jenjang pendidikan di Indonesia. Kebijakan ini dilakukan dalam rangka menekan angka penyebaran COVID-19. Sayangnya, kebijakan ini juga menimbulkan dampak yang cukup signifikan pada mahasiswa. Survei pada 3353 mahasiswa di Indonesia menunjukkan bahwa terjadi penurunan tingkat motivasi berprestasi pada mahasiswa selama menjalani kebijakan belajar dari rumah (Arifa, 2020). Menurunnya motivasi berprestasi mahasiswa ini diakibatkan adanya perubahan-perubahan yang membuat mahasiswa perlu kembali melakukan adaptasi pada kehidupan perkuliahan, terutama dalam mencapai prestasi. Untuk itu, dibutuhkan suatu modal yang dapat membantu mahasiswa dalam mencapai prestasi di tengah pandemi COVID-19 ini.
Menurut Bandura (2012), salah satu modal utama pada motivasi berprestasi adalah self-efficacy. Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang ia miliki untuk melakukan sesuatu dengan baik. Seseorang dengan self-efficacy yang rendah cenderung berfokus pada pemikiran negatif, dimana ia akan memandang sesuatu yang harus dihadapi sebagai hal yang menakutkan, bukan menantang. Sehingga, pada akhirnya ia akan menetapkan tujuan atau harapan yang lebih rendah dari yang sebenarnya ia mampu lakukan. Sebaliknya, orang dengan self-efficacy yang tinggi cenderung berusaha mengatasi –bahkan menguasai- situasi yang mereka hadapi, sehingga mereka mampu melakukan sesuatu dengan lebih baik dan beradaptasi lebih mudah pada situasi baru (Yusuf, 2011).
Hal ini dikarenakan self-efficacy berperan penting dalam menentukan bagaimana seseorang bersikap, berpikir, dan berperilaku saat menghadapi situasi baru (Bandura, 2012). Ketika seseorang yakin pada kemampuannya, maka itu akan menjadi kekuatan yang membuatnya menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Jika ia berhasil melakukan pekerjaannya dengan baik, maka ia akan terus percaya bahwa ia mampu melakukan hal lainnya dengan baik pula. Oleh sebab itu, seseorang dengan self-efficacy yang tinggi mampu beradaptasi pada situasi baru dengan lebih mudah. Adapun hal ini juga menjelaskan mengapa self-efficacy merupakan modal yang dibutuhkan bagi mahasiswa dalam mencapai prestasi di tengah pandemi COVID-19.
Maka dari itu, penting untuk meningkatkan self-efficacy sebagai modal bagi mahasiswa dalam menghadapi berbagai tantangan perkuliahan hingga mendorong tercapainya prestasi di tengah pandemi COVID-19 ini. Namun, strategi apa yang dapat mahasiswa lakukan untuk meningkatkan self-efficacy?
Self-efficacy dapat ditingkatkan melalui berbagai cara, salah satunya adalah dengan memupuk pemikiran positif terhadap diri sendiri melalui ungkapan atau pernyataan positif. Situasi ini dikenal dengan istilah self-affirmation. Self-affirmation sendiri merupakan teori yang dicetuskan oleh Steele (1988) untuk menggambarkan pemikiran serta perilaku dalam menjaga dan meningkatkan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri melalui pernyataan positif. Cohen dan Sherman (2014) juga mengungkapkan bahwa self-affirmation ini berkorelasi secara positif dengan self-efficacy, dimana semakin sering seseorang menerapkan self-affirmation, maka akan semakin meningkatkan self-efficacy pada dirinya.
Mengapa self-affirmation dapat meningkatkan self-efficacy? Menurut Cohen dan Sherman (2014), self-affirmation mendorong seseorang untuk memandang aspek yang ada pada dirinya sendiri dengan lebih positif. Hal ini juga didukung oleh beberapa penelitian yang mengungkapkan bahwa self-affirmation mampu mengembangkan pola pikir optimis yang membuat seseorang lebih fleksibel dalam melihat nilai, kemampuan, dan potensi dalam dirinya serta mengurangi kecenderungan untuk terus berlarut memikirkan situasi yang kurang menyenangkan (Howell, 2017; Moore, 2021). Ketika seseorang dapat mengatasi situasi negatif dan mengarahkannya pada pemikiran yang lebih positif, maka orang tersebut akan menjadi lebih adaptif untuk menghadapi situasi negatif lainnya. Sehingga, ia akan menumbuhkan rasa yakin pada dirinya sendiri (Moore, 2021). Oleh karena itu, self-affirmation berperan dalam meningkatkan self-efficacy.
Self-affirmation juga bekerja pada alam bawah sadar manusia. Ini merupakan hal yang penting mengingat alam bawah sadar merupakan salah satu peran utama yang mendorong manusia untuk meyakini serta berusaha merealisasikan apa yang alam bawah sadarnya pikirkan dan inginkan (Lively, 2014). Sebagai contoh, seseorang yang seringkali mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ia mampu menguasai bahasa Inggris akan merasa lebih yakin dan semangat untuk meningkatkan potensinya dalam bahasa Inggris, sehingga pada akhirnya dapat membuatnya mencapai prestasi dalam bahasa Inggris.
Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis bermaksud mengemukakan strategi yang dapat meningkatkan self-efficacy pada mahasiswa melalui penerapan self-affirmation, yaitu dengan Affirmation Jar. Affirmation Jar merupakan toples berisi ungkapan positif, potensi, serta keinginan dari dan untuk diri sendiri. Affirmation Jar tidak membutuhkan banyak waktu, tenaga, dan biaya dalam pembuatannya; yang dibutuhkan hanyalah toples, sticky notes, serta alat tulis. Penggunaan toples juga dapat diganti dengan botol bekas yang telah dibersihkan.
Untuk membuat Affirmation Jar, kita hanya perlu menyiapkan toples dan tambahkan hiasan agar toples terlihat lebih menarik. Letakkan toples di tempat yang sering kita kunjungi atau mudah terlihat, seperti meja belajar. Langkah selanjutnya adalah yang terpenting: menuliskan ungkapan afirmasi untuk diri sendiri pada sticky notes setiap hari, dan memasukkannya ke dalam toples. Setiap harinya –disarankan ketika di pagi hari-, ambilah satu sticky notes secara acak dari dalam toples dan tempelkan di tempat yang mudah terlihat selama satu hari penuh. Ketika suatu saat kita dalam kondisi yang kurang menyenangkan, ambilah lebih dari satu ungkapan afirmasi dari dalam toples untuk meyakinkan dan menguatkan diri kita saat menghadapi kondisi tersebut.
Kondisi yang kurang menyenangkan mungkin akan tetap datang dan menghalangi kita untuk berpikir positif, atau bahkan hingga membuat kita merasa ragu dengan apa yang telah kita tuliskan pada Affirmation Jar. Oleh karena itu, Whitney Goodman, seorang psikoterapis asal Florida menyarankan bahwa ungkapan afirmasi sebaiknya menunjukkan harapan untuk berkembang (Estrada, 2020). Contohnya, seperti ungkapan ‘Aku akan berusaha menunjukkan kalau aku bisa berprestasi!’, ‘Aku bisa menjadi juara’ atau ‘Aku bisa berprestasi dengan kekuatan yang kumiliki’.
Menuliskan ungkapan afirmasi bukan berarti menunjukkan bahwa kita merupakan orang yang sempurna dan serba bisa, namun untuk membuktikan bahwa kita mampu melakukan maupun menjadi seperti yang kita tuliskan. Ungkapan afirmasi juga bukan berarti kita menolak perasaan negatif atau situasi yang kurang menyenangkan, melainkan sebagai cara untuk mengembangkan perspektif kita sehingga dapat lebih memahami diri sendiri, dan melihat potensi serta harapan yang kita miliki. Sebab, kekuatan terbesar yang kita miliki sebagai mahasiswa untuk menghadapi berbagai tantangan dan keterbatasan di tengah pandemi COVID-19 ini adalah diri kita sendiri.
Meskipun terdengar sederhana, namun menulis ungkapan afirmasi pada Affirmation Jar akan membantu kita dalam memberikan label positif dan penghargaan untuk diri kita sendiri. Label positif inilah yang dapat menjadi dasar bagi kita, mahasiswa, untuk meningkatkan self-efficacy dengan meyakini potensi serta hal positif pada diri sendiri dalam mencapai prestasi di tengah pandemi COVID-19.
Referensi:
Arifa, F. N. (2020). Tantangan Pelaksanaan Kebijakan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat COVID-19. Info Singkat: Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, 12(7), 13–18.
Bandura, A. (2012). On the Functional Properties of Perceived Self-Efficacy Revisited. Journal of Management, 38(1), 9–44.
Cohen, G. L., & Sherman, D. K. (2014). The psychology of change: Self-affirmation and social psychological intervention. Annual Review of Psychology, 65, 333–371.
Estrada, J. (2020). 6 Ways To Practice Positive Self-Talk Without Feeling Like You’re Straight-Up Lying to Yourself. Retrieved March 26, 2021, from Well and Good website: https://www.wellandgood.com/positive-self-talk/
Howell, A. J. (2017). Self-Affirmation Theory and the Science of Well-Being. Journal of Happiness Studies, 18(1), 293–311.
Lively, K. J. (2014). Affirmations: The Why, What, How, and What If?
Moore, C. (2021). Positive Daily Affirmations: Is There Science Behind It? Retrieved March 26, 2021, from Positive Psychology website: https://positivepsychology.com/daily-affirmations/
Steele, C. M. (1988). The psychology of self-affirmation: Sustaining the integrity of the self. Advances in Experimental Social Psychology, 21(2), 261–302.
Yusuf, M. (2011). The impact of self-efficacy, achievement motivation, and selfregulated learning strategies on students’ academic achievement. Procedia Social and Behavioral Sciences, 15, 2623–2626.