ISSN 2477-1686

Vol. 7 No. 14 Juli 2021

Implementasi Pemberian Reward Pada Siswa di Masa Pandemi Covid-19

 

Oleh:

Dyah Peni Puspitoningrum, Marwah Daud Sunarya, Salsa Rahmasari, 

dan Laila Meiliyandrie Indah Wardani

Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana

 

Pandemi Covid-19 yang tengah melanda negeri kita Indonesia, telah banyak memberikan dampak pada seluruh sektor yang ada. Salah satu sektor yang terkena dampak paling besar dengan adanya pandemi covid-19 ini adalah sektor pendidikan. Kita semua sudah mengetahui bahwa hampir seluruh sekolah di berbagai daerah ditutup akibat adanya virus corona. Hal ini dikarenakan kita semua tidak menginginkan tersebarnya virus corona di kawasan sekolah, dimana terdapat banyak anak-anak yang rentan sekali terpapar virus corona. Maka dari itu, pemerintah memberlakukan sistem pembelajaran secara daring guna mencegah terpaparnya virus corona pada peserta didik dan juga untuk menghindarkan penyebaran covid-19 di seluruh wilayah Indonesia.

Pembelajaran secara daring ini berati siswa melakukan aktivitas belajar mengajar dengan menggunakan teknologi komunikasi seperti ponsel dan laptop untuk belajar bersama guru dan kawan-kawan (Molinda, 2005). Sejauh ini, aplikasi yang biasa digunakan dalam pembelajaran daring adalah aplikasi google classroom untuk mengumpulkan tugas serta zoom atau google meet untuk melakukan tatap muka online. Tentu perubahan dalam pembelajaran ini memberikan dampak yang luar biasa bagi siswa. Dimana siswa yang tadinya duduk di bangku kelas, sekarang hanya bisa menatap layar ponsel atau laptop untuk melakukan pembelajaran. 

 

Kini siswa memerlukan adaptasi baru ketika melakukan pembelajaran jarak jauh. Dengan adanya perubahan ini, apakah membuat siswa semakin bersemangat atau justru semakin malas?, Banyak yang mengatakan bahwa selama dilaksanakannya pembelajaran daring ini, siswa merasa lebih malas dalam mengerjakan tugas dan lebih sering bermain gadget dibandingkan dengan belajar. Kebanyakan siswa seakan tidak mempunyai motivasi untuk belajar karena banyaknya hambatan yang dirasakan. Mereka jauh lebih tergoda untuk bermain gadget karena memang sehari-hari mereka selalu berurusan dengan gadget untuk melaksanakan pembelajaran. Lalu bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar siswa melalui pendekatan teori behaviorisme oleh B.F Skinner? Di bawah ini, kami akan mengulasnya secara singkat dan padat.

 

Bagaimana Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan Teori Behaviorisme Operant Conditioning B. F Skinner?

Teori behaviorisme erat kaitannya dengan tingkah laku manusia dan memang semua yang dibahas dan diteliti dalam teori behaviorisme adalah seputar tingkah laku. Teori ini menganggap bahwa tingkah laku diperoleh melalui proses belajar dan tingkah laku dipengaruhi oleh lingkungan tempat individu berada. Lebih lanjut, Skinner melalui teori operant conditioningnya berpendapat bahwa tingkah laku individu merupakan akibat dari adanya stimulus yang di control sehingga menghasilkan respon yang diinginkan. Teori ini memiliki peran untuk mencapai perubahan dalam pola perilaku, perasaan, dan pemikiran individu (Sanyata, 2012). Teori operant conditioningnya dapat digunakan untuk mendorong dan memotivasi siswa memberikan respon berupa tingkah laku yang membuat aktivitas belajarnya naik. Yaitu melalui pemberian imbalan (reward) kepada siswa sehingga siswa dapat memberikan respon berupa peningkatan dalam belajar, mempunyai motivasi yang tinggi, dan lain-lain. Karena salah satu faktor penting dalam keberhasilan pembelajaran adalah dengan adanya motivasi belajar (Arumsari, 2007). Dalam artikel ini, penulis akan lebih membahas mengenai cara meningkatkan motivasi belajar melalui pemberian imbalan (reward) pada siswa, khususnya di masa pandemi ini.

 

Meningkatkan motivasi belajar siswa dimasa pandemi covid-19 ini bisa kita lakukan dengan menggunakan teori Operant Conditioning Skinner. Melalui pendekatannya yakni positive reinforcement, kita dapatmenghasilkan suatu perilaku yang diinginkan melalui pemberian reward. Menurut Semiawan (2009), motivasi belajar didapat dan dibentuk dari lingkungan dan bukanlah sesuatu yang tiba-tiba siap. Jadi motivasi pun perlu dibentuk terlebih dahulu. Dimana sekarang, di masa pandemi covid 19 ini, para pelajar rata-rata tidak memiliki motivasi belajar yang kuat karena berbagai faktor yang ada seperti tidak bisa berkomunikasi secara langsung untuk membahas materi pelajaran sehingga membuat siswa tidak minat belajar dan lebih nyaman melakukan aktivitas lain yang akibatnya rasa malas akan tumbuh didalam diri. Tidak adanya management control waktu yang tepat dan tidak adanya perhatian dari orang tua di rumah membuat siswa merasa bebas, tidak perlu belajar, dan banyak menghabiskan waktunya untuk bermain game.

 

Disini, peran guru dan orang tua penting dalam memajukan proses pembelajaran. Sudah sepatutnya guru dan orang tua memberi penguat positif bagi siswa agar siswa menjadi lebih termotivasi dan bangkit untuk lebih giat belajar. Pemberian reward ini seperti kita memberikan kata-kata motivasi, kata-kata penyemangat, maupun hadiah. Jika penguat positif yang diberikan kurang atau tidak terpenuhi maka bisa jadi akan menjadi ancaman buruk bagi keberhasilan siswa. Tidak menutup kemungkinan, siswa akan merasa gagal serta tidak dihargai. 

 

Upaya pemberian reward atau motivasi ini sangat dibutuhkan para siswa dalam membangun semangat yang bukan berasal dari dirinya namun dari orang diluar dirinya. Reward adalah memberi hadiah, pengargaan atas apa yang telah dicapai siswa sehingga dapat mendorong atau membangkitkan siswa untuk melakukan hal yang lebih baik terutama agar siswa menjadi tidak malas.

 

Secara psikologis, setiap orang memerlukan motivasi yang kuat dari dalam dirinya dan tidak hanya itu tapi dari lingkungannya juga. Motivasi yang kuat dari dalam diri seseorang akan mampu membantu untuk merubah cara bepikirnyahal ini bisa menjadi suatu acuan tersendiri dalam membangun semangat dalam diri orang tersebut. Pada masa pandemi covid 19 ini, reward yang diberikan guru maupun orang tua kepada siswa bisa berupa pemberian hadiah ataupun respon positif selepas siswa mengerjakan tugasnya. Hal ini dapat memacu serta memotivasi siswa untuk lebih semangat lagi dalam melaksanakan pembelajaran.

 

Dalam pembahasan ini, penulis memberitahukan bahwa reward tidak hanya berupa barang-barang bagusnamun bisa dengan diberikannya senyuman, kata-kata penyemangat serta sikap pengharapan kepada siswa saat mereka mampu melakukan tugasnya sebagai pelajar. Menurut Purwanto (2006), reward diberikan supaya siswa merasa senang sebab apa yang telah ia kerjakan mendapat umpan balik / penghargaan. Jadi penghargaan dan motivasi itu sangat diperlukan dimasa pandemi ini. Siswa akan menjadi lebih percaya diri dan semangat bila diberikan penguatan positif dari orang lain. 

 

Pemberian reward dimasa pandemi ini harus terus dilakukan. Reward disini menjadi suatu stimulus pembangkit yang akan memunculkan suatu perilaku. Bila pemberian reward tidak dilakukan atau tidak maksimal, maka akibat yang ditimbulkan mungkin saja buruk bagi siswa. Siswa akan merasa tidak dihargai dan gagal dalam proses belajar.   Hal tersebut akan memutus rasa semangat belajarnya di masa pandemi. Oleh karena itu, pemberian reward sangat penting dalam rangka menyukseskan pembelajaran yang efektif. Reward ini dapat diberikan oleh guru maupun orang tua di masa pembelajaran daring, dengan waktu dan jumlah yang bisa disesuaikan sesuai kebutuhan.

 

Referensi:

 

Arumsari, R. (2017). Perbedaan motivasi belajar antara siswa yang berasal dari jawa dan dari papua di sman 1 kediri tahun ajaran 2016/2017. Jurnal Simki-Pedagogia, 1(01), 1-7.

 

Molinda, M. (2005). Instructional Technology and Media for Learning. New Jersey Columbus, Ohio.

 

Purwanto, N. (2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

 

Sanyata, S. (2012). Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling. Jurnal Paradigma, 14(7), 1-11.

 

Semiawan, C. (2009). Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta: Indeks.