ISSN 2477-1686

Vol. 7 No. 13 Juli 2021

Penyintas Bunuh Diri dan Stigma: Bagaimana Dampaknya?

 

Oleh

Izma Aisyah

Magister Psikologi SainsUniversitas Sumatera Utara

 

Bunuh diri merupakan sesuatu yang sudah tidak asing untuk didengar. Adapun Hawton dan Heeringen (2009), mendefinisikan bunuh diri sebagai suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja oleh seseorang untuk menyebabkan kematian pada dirinya sendiri. Sehingga, dengan kata lain merupakan tindakan pembunuhan diri sendiri. Penyebab dari bunuh diri ini sendiri, menurut Suryanto (2012), tidak dapat dikaitkan dengan satu faktor tunggal saja. Hal tersebut dikarenakan, bunuh diri merupakan suatu hal kompleks dan terjadi karena adanya berbagai masalah yang pada akhirnya berdampak pada psikologis seseorang, serta menjadi pemicu munculnya keinginan untuk mengakhiri hidup.

 

Di Indonesia, meski bunuh diri bukan suatu hal yang baru untuk diketahui, namun perilaku bunuh diri masih saja sering dianggap tabu untuk dibahas. Bahkan, tidak jarang pula stigma negatif melekat pada perilaku bunuh diri. Sehingga, sering sekali kita tidak menyadari adanya orang-orang yang membutuhkan pertolongan kita, karena mereka yang memiliki kecenderungan bunuh diri tidak ingin terkena stigma negatif dari masyarakat.

 

Adapun dampak dari adanya rasa malu dan takut untuk terkena stigma negatif pada mereka yang memiliki kecenderungan bunuh diri tersebut, tidak akan dapat menghapuskan kecenderungan bunuh diri. Sebaliknya, mereka akan berusaha menyembunyikan kondisi kejiwaan mereka, dan menghindari untuk membicarakan hal tersebut ke orang lain maupun menolak untuk meminta pertolongan kepada profesional. Bahkan, hanya sedikit dari orang-orang yang memiliki kecenderungan bunuh diri berhasil untuk memberanikan diri dan mencari bantuan ke orang lain maupun pihak yang profesional. Akibatnya, sering terjadi bunuh diri yang dianggap oleh orang sekitar korban bunuh diri sebagai suatu hal yang tidak terduga, karena ketidakmampuan para korban untuk meminta pertolongan semasa hidupnya. Dan lebih parahnya, para korban tersebut masih saja mendapatkan pandangan negatif dari masyarakat dan dihakimi atas tindakan mereka meskipun para korban sudah tidak ada (Siauw, 2018).

 

Kemudian, bagaimana dengan mereka yang selamat dari bunuh diri tersebut?. Bagaimana dampaknya terhadap mereka para penyintas bunuh diri yang harus masih mengatasi masalah psikologis mereka sekaligus menghadapi stigma yang diberikan masyarakat kepada diri mereka atas percobaan bunuh diri yang pernah mereka lakukan?.

 

Berkaitan dengan hal tersebut, maka kita dapat melihat hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanschmidt et al (2016) tentang stigma pada penyintas bunuh diri dan dampaknya, yang mana pada penelitian tersebut memperlihatkan bahwa dampak dari adanya stigma yang diberikan oleh masyarakat pada para penyintas bunuh diri tidak hanya akan berdampak pada proses mereka mengatasi masalah psikologis mereka namun juga dapat memberikan dampak lain yang sangat merugikan bagi para penyintas bunuh diri. Adapun dampak berkaitan dengan proses mengatasi masalah psikologis ialah adanya stigma yang melekat pada penyintas bunuh diri, membuat para penyintas merasa terisolasi dari lingkungan sekitar, yang mana hal tersebut dikarenakan tidak jarang mereka dijauhi atau merasa dijauhi oleh orang sekitar mereka, dihakimi, serta membuat mereka merasa semakin malu dengan diri mereka sendiri karena adanya penghakiman dari orang-orang sekitar mereka. Selain itu, stigma tersebut juga membuat mereka merasa tidak mendapatkan dukungan sosial yang seharusnya mereka dapatkan. Hal-hal tersebut pada akhirnya akan membuat proses penyelesaian masalah psikologis yang mereka hadapi akan semakin lambat dan semakin banyaknya beban psikologis yang mereka rasakan. 

 

Kemudian, adapun dampak lain yang sangat merugikan dari adanya stigma terhadap penyintas bunuh diri ialah munculnya keinginan untuk melakukan bunuh diri lagi. Munculnya keinginan tersebut karena mereka merasa semakin tidak mampu mengatasi masalah mereka karena adanya stigma yang melekat pada diri mereka. Mereka juga dapat semakin menutup diri dan menolak untuk mendapat bantuan dari pihak lain. Sehingga, pada akhirnya stigma yang diberikan masyarakat kepada para penyintas bunuh diri menciptakan peluang bagi para penyintas untuk melakukan bunuh diri lagi (Hanschmidt et al, 2016).

 

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, kita dapat melihat bahwa dampak dari adanya stigma terhadap para penyintas bunuh diri sangat merugikan dan berbahaya. Oleh sebab itu, maka penting bagi kita sebagai bagian dari masyarakat untuk mulai menghapuskan stigma terhadap para penyintas bunuh diri maupun bunuh diri itu sendiri. Kita harus memperlihatkan sikap empati kepada mereka yang merupakan penyintas bunuh diri maupun yang memiliki kecenderungan untuk bunuh diri. Tidak menghakimi mereka dengan asumsi negatif disaat mereka menceritakan masalah mereka kepada kita, maupun merendahkan mereka karena ketidakmampuan untuk menghadapi permasalahan yang mereka hadapi. Bayangkan diri kita berada di posisi mereka, apakah kita menginginkan penghakiman atau pengertian dan bantuan?. Tentu saja kita tidak menginginkan penghakiman dari orang lain. Serta, penting pula bagi kita untuk lebih peka kepada sekitar kita, agar dapat menyadari adanya suara-suara teriakan minta tolong dari mereka yang membutuhkan pertolongan kita meskipun mereka berusaha untuk menutupinya.  Harapannya, dengan begitu secara perlahan-perlahan stigma di mata masyarakat berkaitan dengan bunuh diri dan penyintas bunuh diri akan hilang, dan kita tidak akan lagi kehilangan saudara-saudara kita karena bunuh diri. 

 

 

Referensi:

 

Hanschmidt, F., Lehnig, F., Riedel-Heller, S. G., & Kersting, A. (2016). The Stigma of Suicide Survivorship and Related Consequences-A Systematic Review. PLOS ONE. Retrieved from https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0162688

 

Hawton, K., & Heeringen, K. (2009). Suicide. Seminar, 373(9672). Retrieved from https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(09)60372-X/fulltext

 

Siauw, B. P. (2018). Bahaya dari Stigma Depresi dan Bunuh Diri di Sekitar Kita. Retrieved from Into The Light Indonesia: https://www.intothelightid.org/2018/06/11/bahaya-dari-stigma-depresi-dan-bunuh-diri-di-sekitar-kita/

 

Suryanto. (2012). Pengantar Psikologi Sosial. Surabaya: Airlangga University Press