ISSN 2477-1686
Vol. 7 No. 12 Juni 2021
Menyambut Titik Terang Pandemi COVID-19:
Vaksin Ditolak, Bagaimana Bertindak?
Oleh:
Helsa & Catherine Yunizabeth Soesanto
Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia membuat para ilmuwan di berbagai negara berlomba-lomba menemukan vaksin. Sejumlah negara terlibat dalam penemuan vaksin untuk COVID-19, diantaranya Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Rusia, dan Australia (Dwianto, 2020), juga beberapa negara di Asia meliputi Cina, Thailand, Jepang, termasuk Indonesia. Saat ini, ada 6 jenis vaksin COVID-19 yang telah beredar di Indonesia, diantaranya vaksin Merah Putih, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer, dan Sinovac. Penemuan vaksin ini sangat penting karena vaksin dapat menciptakan respons antibodi, mencegah terjangkit virus COVID-19, dan menghentikan penyebaran virus serta melindungi orang-orang di sekitar kita dengan membentuk herd immunity (Anindita, 2021). Akan tetapi, masih terdapat masyarakat yang melakukan penolakan terhadap vaksin akibat adanya keraguan dalam diri individu, sehingga mungkin saja herd immunity gagal terbentuk (Putri, 2020).
Mengapa terjadi penolakan vaksin?
Munculnya penolakan vaksin ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia. Taylor et al. (2020) menemukan bahwa kelompok negara maju, seperti Amerika Serikat dan Kanada, juga mengalami penolakan vaksin oleh masyarakatnya. Lebih lanjut, data menunjukkan bahwa 25% masyarakat Amerika Serikat dan 20% masyarakat Kanada menolak vaksinasi. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Pada dasarnya, manusia selalu ingin mencari tahu. Keingintahuan dikatakan sebagai komponen dasar dari kodrat manusia, sehingga kita selalu mencari cara untuk menjawab apa yang kita pertanyakan (Hayden & Kidd, 2015). Saat ini, internet menjadi sumber utama untuk mencari informasi. Informasi tentang vaksinasi COVID-19 baru marak sejak awal tahun 2021, sehingga mungkin saja banyak informasi yang simpang siur. Hal ini memungkinkan terjadinya gap (kesenjangan) pengetahuan antara persepsi masyarakat terhadap vaksinasi dan informasi yang akurat. Bateman et al. (2020) menyatakan bahwa adanya kesenjangan antara kebutuhan yang tinggi terhadap informasi dan ketersediaan informasi yang kredibel memberi kesempatan bagi kesesatan informasi untuk mengisi gap ini.
Tak jarang hoaks atau kesesatan informasi yang beredar menimbulkan emosi negatif, seperti rasa takut dan cemas bagi pembacanya. Dr. Chrysalis Wright dalam wawancaranya dengan American Psychological Association menyatakan ketika kita membaca suatu informasi yang menimbulkan emosi tertentu, kita merasa perlu langsung membagikannya kepada orang lain, sehingga kita akan segera membagikan dan mengirimkannya kepada semua orang (Wright, 2019). Padahal, informasi yang kita baca belum tentu akurat atau belum menggambarkan keseluruhan informasi yang ada. Hal ini akan menjadi siklus yang berkelanjutan. Apalagi, informasi dapat memengaruhi sikap, bahkan perilaku kita. Hal ini sejalan dengan penelitian Taylor et al. (2020) yang menemukan bahwa penolakan vaksin berkorelasi kuat dengan sikap negatif terhadap vaksin COVID-19, termasuk isu tentang keamanan dan efikasi vaksin, serta keraguan akan efektivitas vaksinasi.
Bagaimana mengatasinya?
Pemerintah Indonesia telah berupaya agar masyarakat memiliki sikap positif terhadap program vaksinasi ini, salah satunya adalah dengan siaran langsung vaksinasi Presiden Joko Widodo dan jajarannya beberapa waktu lalu. Pada kesempatan tersebut, beberapa tokoh masyarakat turut diundang. Hal ini merupakan sebuah upaya yang baik untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap program vaksinasi. Akan tetapi, penelitian menunjukkan bahwa terbukanya informasi dari pihak otoritas memiliki pengaruh yang lebih kuat untuk mendorong masyarakat mengikuti program vaksinasi, dibandingkan sekadar mendapatkan dukungan dari pemimpin komunitas atau tokoh masyarakat (Taylor et al., 2020).
Maka dari itu, agar dapat mengambil keputusan yang tepat, masyarakat perlu memiliki pengetahuan yang akurat dan cukup terkait COVID-19 dan perkembangan vaksin. Pemerintah perlu meyakinkan masyarakat bahwa pengembangan vaksin COVID-19 telah melalui rangkaian proses yang ketat, teruji efektivitasnya, dan tidak memberi kesan bahwa vaksin terburu-buru diproduksi sehingga mengabaikan kualitasnya. Informasi ini perlu disampaikan secara transparan dan dikemas dalam bahasa yang mudah dipahami masyarakat, sehingga masyarakat bisa menyerap informasi secara utuh dan meminimalisasi terjadinya kesenjangan informasi.
Di lain sisi, masyarakat juga perlu pandai dalam menyaring informasi. Kemajuan teknologi memang memudahkan kita dalam mendapatkan informasi dari berbagai sumber dalam sekejap waktu. Namun, tidak semua informasi memiliki sumber yang kredibel, sehingga perlu diuji kebenarannya. Tahanlah jempol sebelum membagikan berita kepada orang lain. Tumbuhkanlah minat membaca dan kritisilah apa yang dibaca. Pilihlah sumber-sumber informasi yang kredibel, seperti akun media sosial yang terverifikasi, pendapat ahli/profesional di bidangnya, jurnal penelitian terpercaya, atau situs berita resmi. Dengan upaya ini, kita bisa mendapatkan informasi yang akurat dan menentukan pilihan sikap kita terhadap program vaksinasi COVID-19 ini.
Referensi:
Anindita, K. (2021, Januari 8). Sederet Manfaat Vaksin COVID-19, Salah Satunya Menciptakan Antibodi. Retrieved from DetikHealth: https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5325788/sederet-manfaat-vaksin-covid-19-salah-satunya-menciptakan-antibodi
Dwianto, A. R. (2020, April 24). 6 Negara Ini Berlomba-lomba Lakukan Uji Coba Vaksin Corona pada Manusia. Retrieved from DetikHealth: https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4989306/6-negara-ini-berlomba-lomba-lakukan-uji-coba-vaksin-corona-pada-manusia
Hayden, B., & Kidd, C. (2015). The psychology and neuroscience of curiosity. Neuron, 8(5), 583–592. https://doi.org/10.1016/j.neuron.2015.09.010.
Putri, G. S. (2020, Desember 22). Banyak Orang Ragu Terhadap Vaksin Covid-19, Kenapa Bisa Terjadi?Retrieved from Kompas.com: https://www.kompas.com/sains/read/2020/12/22/130300423/banyak-orang-ragu-terhadap-vaksin-covid-19-kenapa-bisa-terjadi-?page=all
Taylor, S., Landry, C. A., Paluszek, M. M., Groenewoud, R., Rachor, G. S., & Asmundson, G. J. G. (2020). A Proactive Approach for Managing COVID-19: The Importance of Understanding the Motivational Roots of Vaccination Hesitancy for SARS-CoV2. Frontiers in Psychology, 11(October), 1–5. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.575950
Wright, V. (Host). (2019). Chrysalis Wright. [Interview]. In Speaking of Psychology: Fake News and Why It Matters. https://www.apa.org/research/action/speaking-of-psychology/fake-news